Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Dena Rachman Cerita Pernah Tak Percaya Tuhan hingga Putuskan Pindah Agama
18 November 2020 17:00 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ia mengungkap penyebab dirinya tak percaya akan keberadaan Tuhan. Selain karena pengalaman dan pergumulan dalam hidup, berbagai doktrin hingga stigma turut menjadi faktor.
"Makanya, gue dulu sering banget mempertanyakan diri sendiri, bertanya ke Tuhan, bertanya tentang eksistensi-Nya. Kayak, 'Kalau memang Lo ada dan sayang sama umat Lo, kenapa gue dibikin kayak gini, kenapa?' Jadi, gue penuh kebencian waktu itu. Gue enggak percaya Tuhan. Gue bisa bilang dulu gue ateis," ucapnya.
Diceritakan Dena Rachman, sejak kecil ia memang punya rasa penasaran yang tinggi terhadap banyak hal dan gemar belajar. Saat masih duduk di bangku SD, perempuan berusia 33 tahun itu suka membaca kisah nabi-nabi di buku pelajaran agama Kristen.
Saat sudah dewasa, selama menjalani hidup sebagai ateis, Dena Rachman hanya mengandalkan dirinya sendiri dalam segala hal. Ia ingin meraih berbagai pencapaian dan kesuksesan.
ADVERTISEMENT
Namun, lama-kelamaan ia merasa tersesat lantaran tak punya pegangan hidup. Dena Rachman pun mengalami masa-masa penuh pergumulan. Belum lagi, dirinya banyak menghadapi kegagalan.
"Gue sangat mengandalkan diri gue, harus sukses, begini, begitu menurut definisi gue dan dunia. Ujungnya capek, draining, dan enggak nyampe. Gue pernah mengalami masa ketika gue merasa kegagalan adalah nama tengah gue. Kayak, gue gagal dalam segala hal, dalam hubungan, dalam bisnis, enggak berbuah seperti yang gue mau," tuturnya.
Momen ketika Dena Rachman Tersentuh untuk Pindah Agama
Dari masa-masa penuh pergumulan itulah, Dena Rachman mulai bertanya-tanya, mencari jawaban mengapa dirinya harus mengalami hal-hal tersebut.
Suatu ketika, ia berlibur ke Los Angeles, Amerika Serikat. Di sana, Dena Rachman iseng berjalan-jalan, mengunjungi satu gereja ke gereja lain.
ADVERTISEMENT
"Gue tiba-tiba buka brosur, kayak, 'Kami terbuka untuk semua orang, termasuk semua warna kulit, semua gender, semua.' Gue jadi kayak terkejut, merasa di-welcome. Gue datang ke yang lain, sama brosurnya. Kok, apa ini?" ujarnya.
Akhirnya, Dena Rachman memutuskan datang ke salah satu gereja. Ia merasakan energi yang luar biasa dan mendengarkan kotbah yang tepat sasaran sehingga berulang kali kembali ke gereja tersebut di kemudian hari.
Tak sampai di situ, Dena Rachman kemudian ikut ke gereja bersama salah seorang teman. Di sanalah ia betul-betul tersentuh untuk menjadi pengikut Yesus.
"Gue nangis dan gue masih ingat, waktu itu ada perkataan begini, 'Helplessness is a situation, hopelessness is a decision.' Itu gue lagi hopeless banget, lho. Itu gue lagi mengalami kegagalan dalam hal apa pun. Gue ngerasa gue enggak punya harapan. Tiba-tiba, hancur, sih. Gue langsung nangis. Itu gila, sih. Itu benar-benar kayak kasih energi ke hidup gue. Enggak ngerti lagi. Jadi, kayak tiba-tiba gue punya harapan lagi, gue mau hidup lagi, mau usaha lagi, tiba-tiba gue mau ikut Yesus gitu," bebernya.
ADVERTISEMENT
Respons Keluarga saat Dena Rachman Memutuskan Pindah Agama
Menurut Dena Rachman, keluarganya memang terbilang open minded. Namun, tetap tak mudah bagi mereka menerimanya yang memutuskan untuk pindah agama.
"Awalnya, mereka syok, sih. Jadi, gue bisa bilang... Kayaknya, ya, ini menurut gue, mereka lebih gampang waktu gue memutuskan untuk ganti gender," ungkap Dena Rachman diakhiri tawa.
Meski demikian, lambat laun keluarga bisa menerima keputusan Dena Rachman dengan lapang dada. Sebab, ia menunjukkan perubahan ke arah yang lebih positif; dari yang awalnya penuh kepahitan hingga pada akhirnya penuh kedamaian dan sukacita.