Dewi Lestari Soroti Cara Berkomunikasi Gen Z hingga Tips Jaga Kesehatan Mental

8 November 2024 17:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dewi Lestari di Universitas Pendidikan Indonesia. Foto: Istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Dewi Lestari di Universitas Pendidikan Indonesia. Foto: Istimewa.
ADVERTISEMENT
Penyanyi sekaligus penulis Dewi 'Dee' Lestari menjadi salah satu pembicara dalam acara generasi campus roadshow yang digelar di Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Di situ, Dee berbagi pandangannya tentang komunikasi generasi muda dan kesehatan mental di tengah derasnya arus informasi saat ini. Dee juga mengungkap banyaknya tantangan komunikasi lintas generasi di era saat ini.
Di sesi awal, istri dari mendiang Reza Gunawan ini menyinggung soal perbedaan gaya komunikasi Gen Z dengan generasi sebelumnya, termasuk fenomena 'chatting' dengan dosen yang tengah viral di media sosial.
"Cara komunikasi kita memang beda-beda, dan sering kali Gen Z dianggap kurang sopan hanya karena gaya komunikasinya singkat atau kurang struktur,” ungkap Dee Lestari, belum lama ini.
Dewi Lestari di Universitas Pendidikan Indonesia. Foto: Istimewa.
Menurut Dee, fenomena ini memperlihatkan adanya kesenjangan komunikasi yang membutuhkan pemahaman lintas generasi. Selain soal etika, Dee juga menyoroti beban informasi yang kerap dialami oleh Gen Z.
ADVERTISEMENT
"Informasi yang kita terima sekarang ini kalau dilihat dari sudut pandang evolusi sudah terlalu banyak. Tak heran banyak dari kita mengalami masalah kesehatan mental," katanya.

Dee Lestari Bagikan Tips Sederhana Jaga Kesehatan Mental

Dee pun membagikan tips sederhana namun menantang untuk menjaga kesehatan mental kita sebagai masing-masing individu. Dee menyarakan untuk kita bisa "melamun" dan memberikan ruang kosong tanpa terditraksi dengan handphone.
"Sisihkan waktu untuk berdiam sejenak dan beri nutrisi pada pikiran kita dengan membaca,” tuturnya.
Dee juga mengajak Gen Z untuk memperkaya diri dengan kebiasaan membaca dan belajar dari berbagai sumber yang mendalam. Menurutnya, membaca teks panjang dan berstruktur adalah cara efektif melatih kemampuan berpikir kritis.
ADVERTISEMENT
"Kebiasaan membaca pesan singkat atau caption saja tidak cukup untuk mengasah 'otot' berpikir kita. Sebaliknya, membaca dan menulis materi yang lebih kompleks akan memperkuat daya pikir secara signifikan, seperti latihan bagi otot fisik," ujarnya.
Dewi Lestari di Universitas Pendidikan Indonesia. Foto: Istimewa.
Selain itu, Dee menekankan pentingnya berbahasa yang baik dan terstruktur sebagai cerminan intelektualitas seseorang. Kemampuan berbahasa dengan baik menjadi cara sederhana untuk menunjukkan kualitas diri.
Mengusung tema POV/XYZ: Generasi Bicara Generasi, acara ini bertujuan mengajak generasi muda dan generasi sebelumnya bertukar insight dan saling menggali potensi diri, serta saling memahami dan mendukung.