Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Tertawa atau mengernyit. Mungkin itulah reaksi orang-orang ketika membaca judul-judul berita koran Lampu Hijau, media cetak yang fokus pada berita kriminal.
ADVERTISEMENT
Judul-judulnya yang "atraktif" dan "meliuk-liuk" membuat media massa yang berdiri sejak 2001 itu tetap eksis hingga kini.
Salah satu sosok di balik Lampu Hijau ialah sang pemimpin redaksi, Syahroni. Lelaki berambut panjang sebahu itu menceritakan kisah di balik pembuatan judul-judul berita Lampu Hijau yang kerap dianggap sensasional dan bombastis.
Roni, sapaan akrab Syahroni, mengatakan bahwa sejak berdiri, Lampu Hijau telah menyasar pasar pembaca kalangan menengah ke bawah. Target pasar tersebut lantas menentukan gaya penjudulan berita.
“Karena pasar kami menengah ke bawah, kami pakai bahasa yang mudah dicerna sama mereka. Kami menampilkan judul-judul yang atraktif biar orang tertarik baca,” kata Roni.
Lulusan Sastra Inggris Universitas Gunadarma itu mengatakan bahwa korannya terbiasa mendapat berbagai macam respons dari pembaca.
ADVERTISEMENT
Judul dan isi berita yang dimuat Lampu Hijau memang kerap menjadi pro-kontra. Gaya bahasanya yang “khas” sering memancing berbagai tanggapan. Ada tanggapan positif, tidak sedikit pula tanggapan negatif.
“Kalau masalah nyinyir mah kami udah kebal. Cuma kami menanggapinya positif, berarti kan ada yang baca koran kami,” kata Roni saat berbincang dengan kumparan di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kamis (8/2).
Lampu Hijau, menurut Roni, terus berupaya berinstrospeksi dan memperbaiki diri.
“Kalaupun bahasa koran kami dinilai ‘jorok’, kami ganti dengan kata-kata bahasa yang lebih lucu, yang dimengerti anak-anak sekarang,” ucap Roni.
Lampu Hijau yang sebelumnya bernama Lampu Merah didirikan oleh Direksi Group Rakyat Merdeka sejak 26 November 2001. Lampu Merah berubah nama menjadi Lampu Hijau sejak 20 Oktober 2008.
ADVERTISEMENT
Pada pengantar edisi perdana Lampu Hijau tertulis bahwa mereka ingin mengubah citranya menjadi koran yang lebih “teduh” sesuai dengan filosofi warna hijau yang kini dipakai.
Hingga kini, Lampu Hijau masih fokus pada pemberitaan kriminal. Namun belakangan, ujar Roni, mereka lebih menonjolkan pemberitaan kriminal yang memiliki sisi human interest.
“Misalnya kekerasan dalam rumah tangga yang sering terjadi di kalangan menengah ke bawah dan jarang diungkap oleh media-media lain,” ujar lelaki yang bergabung dengan redaksi Lampu Hijau sejak 2004.
Terlepas dari julukan koran kuning --surat kabar yang kerap membuat berita sensasi-- yang diterima medianya, Roni mengatakan penjualan Lampu Hijau justru cenderung naik dari tahun ke tahun.
Januari 2017, oplah Lampu Hijau bisa mencapai 40.000 eksemplar per hari. Jumlah itu menunjukkan Lampu Hijau sanggup bertahan di saat banyak media cetak lain sudah gulung tikar.
ADVERTISEMENT