Efektivitas Digital untuk Industri Musik saat Pandemi

19 Desember 2020 15:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi promotor konser. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi promotor konser. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 berdampak pada berbagai industri di seluruh dunia. Industri musik pun menjadi salah satu yang terkena dampaknya.
ADVERTISEMENT
Industri musik tak bisa berjalan dengan baik, karena berbagai konser dan festival off-air tidak diperbolehkan digelar. Semua pihak di industri musik harus memutar otak untuk terus berjalan.
Di acara ICON 2020 yang tayang di Kaskus TV masalah industri musik Indonesia dibahas oleh dua narasumber. Mereka adalah Gumilang dark Musica Studios dan Anton Wirjono DJ sekaligus founder dari Future 10.
Gumilang, Musica Studios. Foto: ICON 2020/Kaskus TV
Gumilang mengungkapkan saat awal pandemi Musica Studios sempat bingung dan kehabisan akal untuk memutar roda di industri. Namun, enggan berlarut-larut dalam kebimbangan, tim langsung memutuskan untuk terus berkarya dengan media yang bisa digunakan.
"Setelah 2 atau 3 minggu pusing, saya putuskan untuk kita 99 persen pindah ke digital, mau event off air atau meet and greet ditiadakan dan difokuskan ke digital, " ungkap Gumilang di ICON 2020 hari terakhir, Jumat (18/12).
ADVERTISEMENT
Menurut Gumilang, hingga saat ini Musica Studios dan berbagai pihak di industri musik Indonesia masih beradaptasi dengan sistem digital. Sebab, ada berbagai hal yang akhirnya tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal.
"Saat kita coba beralih ke online, tahunya penjualan tiketnya, ya begitu aja. Tapi, akhirnya kita coba cari sponsor dan pelan-pelan sekarang, dari konser ke konser, makin baik hasilnya," tuturnya.
Anton Wirjono, Future 10. Foto: ICON 2020/Kaskus TV
Di sisi lain, Anton Wirjono sang pembentuk Future 10 adalah salah satu yang pertama menginisiasi acara musik EDM secara virtual. Berbeda dari Gumilang, ia sudah memprediksi bahwa suatu hari industri musik akan bergantung pada digital.
Namun, Anton mengaku belum pernah benar-benar serius mengalihkan fokusnya pada industri musik ke digital. Karena itu, di awal pandemi, sempat ada berbagai kendala-kendala.
ADVERTISEMENT
"Pas pandemi hit, ini kayak menampar kita dan tiba-tiba harus percepatan industri ke digital. Ini juga mendampaki semua industri, karena kita enggak tahu ini akan berlangsung berapa lama. Memang untungnya kita sudah ada pemikiran untuk ke sana dari 2 tahun lalu," kata Anton.
Ilustrasi mendengarkan musik di kantor Foto: Shutterstock
Anton merasa, meski industri musik sekarang bisa berjalan secara digital, tetap saja ada berbagai sisi lemah. Salah satu sisi lemahnya adalah penonton musik Indonesia yang ogah membayar tiket.
"Itu pembahasan yang cukup lama tuh kemarin. Mungkin kalau band besar, berbayar is okay. Tapi, untuk majority musician agak susah," ujarnya.
Namun, tetap ada cara yang bisa ditempuh agar acara musik bisa tetap berjalan dan musisi yang terlibat mendapat keuntungan secara finansial.
ADVERTISEMENT
"Seperti kami, saat ini fokusnya bukan membuat konser berbayar, tapi mencari views agar dapat monetisasi dari sponsor. Tapi, memang untuk masalah itu kita masih adjustment, kita masih terus berusaha mengoptimasi views," kata Anton.