Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Enno Lerian soal Komentar Pedas Juri KDI: Jangan-jangan Settingan?
21 Juli 2018 8:52 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Penyelenggaraan ajang pencarian bakat Kontes Dangdut Indonesia (KDI) 2018 menuai polemik. Sebabnya, dalam sebuah episode acara tersebut sempat menampilkan seorang peserta audisi yang masih remaja 16 tahun mendapat perlakuan tak mengenakkan dari dewan juri lantaran tak merias wajahnya.
ADVERTISEMENT
Ya, tiga orang juri yang terdiri dari Iis Dahlia, Trie Utami, dan Beniqno meminta anak tersebut keluar dari ruang audisi karena tak berdandan. Peserta audisi yang diminta keluar dari ruang audisi itu bernama Waode Sofia. Dia merupakan seorang anak yang berasal dari Bau-Bau, Sulawesi Tenggara. Dia datang ke Jakarta demi mengejar mimpi menjadi bintang dangdut KDI 2018.
Para juri yang terbilang memberikan kritikan pedas, kini tengah menjadi sorotan. Sebagian netizen menilai bahwa KDI merupakan audisi tarik suara, bukan audisi bagi para model.
Sebagai salah satu orang yang pernah teribat dalam industri musik tanah air, Enno Lerian, menilai bahwa hal tersebut hanyalah gimmick dari pihak televisi. Apalagi sang suami Priambodo Soesetyo sempat bekerja di salah satu stasiun televisi, sehingga ia benar memahami apa yang dibutuhkan dari suatu acara.
ADVERTISEMENT
“Gimmick kali, makanya supaya diomongin banyak orang 'kan, supaya acaranya ramai. Iya, enggak?” kata Enno ketika ditemui di kawasan Kapten Tendean, Jakarta Selatan, Jumat (20/7).
Akan tetapi Enno mengaku bahwa sebenarnya dalam sebuah ajang pencarian bakat musik, kemampuan vokal tentu menjadi penilaian utama. Sehingga penampilan bukanlah satu-satunya poin utama. Namun jika bukan gimmick seharusnya tim kreatif bisa lebih mempersiapkan para peserta audisinya.
“Kan ada tukang makeup juga kalau misalnya harus dalam keaadan cantik dan ber-makeup kenapa enggak dari awal,” ucapnya.
Tak hanya itu, jika acara tersebut bukanlah gimmick seharusnya para juri bisa lebih bijak dengan memperhatikan vokal sebagai poin utama dalam penilaiannya. “Kalau aku sih, kalau enggak ada gimmick sangat disayangkan sekali itu harus terjadi,” tukasnya.
ADVERTISEMENT
Meski begitu ia enggan berkomentar terlalu dalam mengenai hal tersebut. Ia juga enggan menyalahkan pihak manapun terkait hal tersebut.
“Kita mesti lihat juga jangan-jangan itu settingan, kasihan juga kalau misalnya kita mengatakan bahwa itu salah tapi sebenarnya itu adalah pekerjaannya dia yang mengharuskan,” pungkasnya.