Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Enzy Storia Cerita soal Perjuangan Panjangnya Menghadapi Penyakit Autoimun
30 September 2020 8:15 WIB

ADVERTISEMENT
Di balik sosoknya yang ceria dan seperti tak bisa diam, presenter Enzy Storia ternyata mengidap penyakit autoimun sejak lebih dari 10 tahun belakangan. Mengenai itu dikisahkannya ketika menjadi bintang tamu dalam konten #MIKTALKS yang diunggah ke kanal YouTube Mikha Tambayong.
ADVERTISEMENT
Perempuan berusia 28 tahun tersebut pertama kali merasakan gejala autoimun pada 2009 lalu, ketika ia duduk di kelas 2 SMA. Namun, saat itu, Enzy Storia belum tahu dirinya mengidap autoimun.
"Jadi, awalnya itu gue kayak ngerasa kaki gue bengkak di tumit bagian sebelah kiri, terus kayak jari-jari gue ngilu. Gue kira, gejalanya itu mirip banget sama orang asam urat. Terus, gue kira, gue keseleo," ucapnya.
"Selain kaki gue bengkak banget, badan gue ngedrop kayak orang mau DBD. Badan gue demam. Gue kayak, ya, demam-demam meriang gitu, keringat dingin. Pokoknya, enggak enak badan banget, lemas banget. Itu kelas 3 SMA pertengahan," lanjutnya.
Sejak pertama kali merasakan sakit di kaki, Enzy Storia sudah mendatangi tukang urut. Namun, sakitnya tak kunjung sembuh. Ya, belum lagi, tubuhnya mulai tak lagi bugar.
ADVERTISEMENT
Hanya saja, Enzy Storia belum memeriksakan diri ke dokter. Ia terus menahan sakitnya dan bahkan tak blak-blakan pada sang ibu soal apa yang dirasakan. Tiga bulan kemudian, sakitnya semakin menjadi-jadi.
"Jadi, tiba-tiba dari kaki bengkak banget. Di pergelangan tangan gue sini meruam merah. Kalau dipegang, sakit, kayak orang keiris, kena silet, perih gitu. Jari kanan kiri kena. Terus, pagi-pagi, setiap bangun tidur, gue enggak bisa gerak. Badan gue itu kaku, terus sakit banget kayak remuk gitu. Sakit banget dan itu selama sejam. Gue berusaha gerak enggak bisa. Pokoknya sakit banget sampai nangis-nangis segala macam. Gue sempat enggak masuk-masuk sekolah," tuturnya.
Akhirnya, ia pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan diri. Dokter kemudian sudah curiga bahwa Enzy Storia mengidap autoimun dan menyuruhnya menjalani tes laboratorium sekaligus mencari tahu tentang penyakit itu.
"Wah. Ngedrop, tuh. Akhirnya gue nangis-nangis, dramalah segala macam karena, ya, intinya, kata dokter, harusnya penyakit gue ini kena sama orang-orang yang udah berumur, biasanya kayak yang udah umur 40, efeknya nanti bisa lumpuh. Kan, dia itu kenanya ke sendi, jadi tangan lo akan membengkok. Pada saat itu, memang gue berasanya kayak gitu, pegang pulpen atau gayung enggak bisa. Kayak segala sesuatu yang digenggam itu enggak bisa," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Enzy Storia semakin ketakutan lantaran mengetahui bahwa autoimun tak ada obatnya dan hanya bisa diredakan. Belum lagi, ia ternyata benat mengidap autoimun jenis Rheumatoid Arthritis.
"Akhirnya, gue minum obat. Obat itu cuma kayak painkiller aja. Itu gue minum selama setahun setengah lebihlah. Sehari itu 12 butir, jadi sekali minum itu empat. Gue minum obat itu setiap hari. Efeknya, gue jadi kena lambung parah. Gue memang sudah punya penyakit maag. Kasihannya gue adalah kondisi perekonomian keluarga gue juga lagi enggak bagus karena untuk berobat. Gue orangnya malas untuk membebani nyokap, jadi gue tahan-tahan aja gitu. Ya, drama banget, deh," bebernya.
Pada saat itu, Enzy Storia menghadapi banyak tekanan. Sebab, tak lama lagi ia harus menjalani ujian kelulusan SMA. Padahal, pengidap autoimun tak boleh merasa stres agar penyakit tak semakin menjadi-jadi.
"Gue akhirnya cuma bisa minum obat itu doang. Kalau lagi kambuh, itu benar-benar, ya, sudah, kayak lo sakit tipes. Jadi, badan gue lemas. Rontgen, terus memang benar tulang tangan gue ada yang udah mulai membengkok," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Setelah lulus SMA, Enzy Storia mulai menerima banyak pekerjaan syuting iklan. Ia memaksakan diri bekerja meski kondisi tubuhnya sakit-sakitan.
Enzy Storia Sempat Pasrah dan Terjadilah Mukjizat
Setangguh-tangguhnya Enzy Storia, menjelang akhir tahun 2011, ia tiba di suatu momen ketika merasa terlalu lelah menghadapi penyakitnya.
"Gue salat, tuh, dulu duduk. Jadi, gue enggak bisa salat berdiri karena enggak kuat lututnya. Gue cuma kayak, udah capek banget, sakit. Gue udah pasrah gitu, 'Ya, Tuhan. Aku udah capek banget minum obat. Aku udah capek banget kayak gini. Aku harus kerja juga anyway buat keluarga. Jadi, aku enggak tahu, gimana caranya, aku pengin sembuh.' Karena pengobatan autoimun itu juga lumayan mahal banget," kata Enzy Storia.
ADVERTISEMENT
Saat itulah Enzy Storia berserah kepada Tuhan. Setelahnya, ia justru disembuhkan.
"Tiba-tiba, besoknya gue enggak pincang lagi. Aneh banget. Jadi, gue bingung kalau orang tanya, 'Kok, tiba-tiba membaik?' Setiap bangun tidur adalah momen yang paling gue takutkan karena gue enggak bisa bergerak, kaku badannya. Pas bangun tidur, kaku, sih, masih kaku. Tapi, enggak sekaku biasanya pas gue berdiri. Kaki kiri gue kempes, udah enggak bengkak. Aneh banget," ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Hanya saja, bukan berarti Enzy Storia sembuh sepenuhnya dari autoimun. Ia memang tak lagi setiap hari mengonsumsi obatm namun penyakitnya masih beberapa kali kambuh.
Pada 2015, salah satu mata Enzy Storia tiba-tiba bengkak dan sakit hingga penglihatannya hanya 20 persen. Tubuhnya pun terasa ngilu. Rupanya, autoimunnya kambuh.
ADVERTISEMENT
Setelah memeriksakan diri ke dokter, mengonsumsi vitamin, dan lebih menjaga pola hidup, bengkak di matanya sembuh.
Dua tahun lalu, penyakit autoimunnya menyerang rahang sehingga pipinya membengkak. Selama setengah tahun, Enzy Storia masih mengira ia hanya sakit gigi biasa dan lupa bahwa autoimun bisa sewaktu-waktu kambuh, menyerang bagian-bagian tubuhnya.
Setelah kembali berobat dan pulih, Enzy Storia akhirnya memutuskan untuk berdamai dengan penyakitnya.
"Ya, sudah. Gue tahu, ternyata memang ini akan ada selalu di badan gue dan gue enggak akan pernah tahu ini akan kapan keluarnya," ucap Enzy Storia.
Autoimun Enzy Storia Kambuh di Awal Pandemi COVID-19
Tahun ini pun, Enzy Storia masih merasakan penyakitnya kembali kambuh. Dimulai pada Januari lalu, tubuhnya terasa ngilu. Autoimun ganti menyerang bagian rusuknya.
ADVERTISEMENT
Menurut Enzy Storia, berita-berita tentang penyebaran virus corona atau pandemi COVID-19 sempat membuatnya stres. Ia makin drop ketika mengetahui bahwa ternyata ada jenis autoimun lain yang harus diwaspadai agar tak benar-benar menyerang tubuhnya, yakni lupus.
Namun, kini Enzy Storia sudah paham bagaimana mengatasi penyakitnya. Ia juga mengaku telah bisa menerima bahwa dirinya hidup dengan autoimun.
"Jadi gini, ini penyakit enggak ada obatnya, semakin gue pikirin, semakin sakit yang gue rasain dan sakitnya itu sakit banget. Menurut gue, manusia bisa bilang, ini enggak bisa sembuh. Tapi, kalau Tuhan bilang bisa, ya, sembuh. Jadi, satu-satunya cara gue adalah menerima, 'Terima kasih, Tuhan, aku dikasih gift ini sebagai kelebihan.' Gue menganggap sakit sebagai penebusan dosa gue, misal. Kalau misal gue sakit, ya, gue harus nikmati," pungkas Enzy Storia.
ADVERTISEMENT