Film Dokumenter 'Diary of Cattle' Diputar di Festival Film Swiss

16 April 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konferensi pers acara Docs by The Sea Incubator. Foto: Sarah Yulianti Purnama/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi pers acara Docs by The Sea Incubator. Foto: Sarah Yulianti Purnama/kumparan
ADVERTISEMENT
Sineas muda Tanah Air yang berasal dari Padang, Sumatera Barat, David Darmadi dan Lidia Afrilita belum lama ini telah menorehkan prestasi di dunia perfilman Internasional.
ADVERTISEMENT
Film dokumenter mereka yang berjudul ‘Diary of Cattle’ berhasil terpilih menjadi satu dari 39 film yang diputar di salah satu festival film dokumenter dunia, Visions du Réel di Nyon, Swiss pada 11 April 2019.
‘Diary of Cattle’ bercerita tentang kehidupan sapi-sapi yang sepanjang harinya hidup di tempat pembuangan sampah di kota Padang.
Salah satu sutradara dari ‘Diary of Cattle’, Lidia mengatakan bahwa pada 2018, mereka mengikuti program Docs By The Sea. Di sana, mereka bertemu dengan para programer berbagai festival film di dunia, salah satunya dari Visions du Réel.
“Setelah produksi film ini selesai, kita memutuskan untuk kirim link filmnya ke Visions du Réel,” ujar Lidia saat ditemui di jumpa pers Docs By The Sea Incubator, di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Selasa (16/4).
ADVERTISEMENT
Seperti gayung bersambut, penyelenggara dari Visions du Réel pun merasa tertarik dengan film yang Lidia dan David produksi.
“Kemudian, mereka menawarkan untuk world premiere di Visions du Réel. Maka, kami menyetujuinya dan jadi lah tanggal 5 sampai 13 April kemarin itu kita mengikuti event di kota Nyon, Swiss dalam rangka world premiere pemutaran film kita,” katanya.
Saat film tersebut diputar di sana, Lidia merasa senang sekaligus bangga. Sebab dari awal, dirinya dan David sudah menargetkan agar filmnya bisa diputar di Visions du Réel.
“Terus terang, itu pengalaman pertama kita berdua, karena sebelumnya kita hanya produksi tingkat Padang saja, enggak pernah terbayang (filmnya) diputar di Swiss,” beber Lidia.
ADVERTISEMENT
David yang juga sutradara dari ‘Diary of Cattle’, mengatakan bahwa film-film yang tayang di Visions du Réel merupakan film yang artistik dan memiliki isu yang kuat. Sehingga, cukup sulit agar film bisa diputar di acara tersebut.
“Ketika saya cek, film lain pun yang masuk, yang sudah punya jam terbang. Ketika lihat dari Indonesia, mereka apresiasi, karena ada film yang menawarkan tawaran baru dari film dokumenter dari indonesia,” tutur David di lokasi yang sama.
Selama dua kali pemutaran film tersebut di sana, ruangan pun terisi oleh banyak penonton. Mereka juga mengapresiasi cara Lidia dan David bertutur dalam film ‘Diary of Cattle’.
Selain itu, keduanya mendapat tawaran dari festival film lainnya agar film tersebut bisa diputar di tempat mereka. “Reaksi dari para programer festival film dari negara lain, mereka sangat tertarik dan kita dapat beberapa tawaran untuk, ‘kirim ya, ke festival kita’,” pungkas Lidia.
ADVERTISEMENT