Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Film ‘Mary Poppins Returns’: Menjadi Dewasa Tidak Harus Sok Tua
21 Desember 2018 12:59 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:52 WIB
ADVERTISEMENT
Rasanya semua orang percaya bahwa film sekuel tidak akan pernah lebih baik dibandingkan film pertama. Begitu pula dengan film ‘Mary Poppins’ (1964) yang menjadi bagian dari golden age Disney di era '60-an.
ADVERTISEMENT
Julie Andrews, pemeran Mary Poppins dan Dick van Dyke, pemeran Bert, mendapat atensi besar setelah film ‘Mary Poppins’ (1964) tayang di layar lebar. Lagu-lagu untuk soundtrack seperti ‘A Spoonful of Sugar’ dan ‘Stay Awake’ menjadi pengantar tidur yang masih digunakan banyak orang tua hingga saat ini.
Disney tetap berani menghadirkan kembali sosok Mary Poppins melalui film ‘Mary Poppins Returns’ di akhir tahun 2018. Menggunakan jasa Emily Blunt untuk memerankan sang pengasuh anak penuh keajaiban, Disney seolah tidak takut untuk bersaing dengan film ‘Bumblebee’ dan ‘Aquaman’ yang rilis dalam waktu berdekatan.
Film ‘Mary Poppins Returns’ berlatarkan London, Inggris, era '30-an ketika Michael Banks telah menjadi ayah tunggal dari tiga anak, Annabel, John, dan Georgie. Tanpa kehadiran sosok ibu, anak-anak Banks menyadari bahwa ayah mereka tidak pandai dalam mengelola uang dan akan segera kehilangan rumah tempat tinggal mereka.
ADVERTISEMENT
Melihat keluarga Banks terbelit masalah yang cukup serius di era depresi besar Britania Raya, Mary Poppins kembali dari angkasa untuk membantu. Oh iya, sejak film pertama, Poppins memang muncul untuk membantu keluarga Banks yang tengah menghadapi masalah dalam hidup.
Jika di film ‘Mary Poppins’ (1964), sosok Poppins bertugas untuk mengingatkan keluarga Banks bahwa keluarga adalah harta paling berharga di dunia, di ‘Mary Poppins Returns’ ia menjadi sosok yang mengingatkan keluarga Banks bahwa menjadi dewasa bukan berarti sok tua. Semua tergambar dari cara Poppins mengubah karakter Michael Banks, juga anak-anaknya yang mulai beranjak dewasa.
Michael Banks digambarkan sebagai sosok ayah yang sering stres dan terlalu banyak berpikir. Karena itu, Michael menjadi orang tua yang kaku dan tidak bisa mencari jalan keluar dari masalah secara cerdik.
ADVERTISEMENT
Karena sifat Michael yang kaku, tiga anaknya pun menjadi sok tua. Padahal, anak kecil seharusnya memiliki imajinasi yang kuat dan bisa menyelesaikan masalah besar secara sederhana, meski memang terkesan sembrono dan terlalu polos.
Film ‘Mary Poppins Returns’ sepertinya memang tidak dirancang untuk anak-anak balita. Pesan dari semua lagu yang dinyanyikan tergolong berat dan agak sulit dimengerti sehingga lebih cocok untuk disaksikan oleh anak usia 12 tahun ke atas hingga orang dewasa.
Lagu-lagu di ‘Mary Poppins Returns’ mungkin tidak akan bisa menyaingi soundtrack ‘Mary Poppins’ (1964). Namun, akting Emily Blunt memukau dan bisa melampaui prestasi Julie Andrews. Blunt benar-benar bisa meleburkan diri menjadi sosok Mary Poppins yang menyenangkan namun disiplin, terbukti dari permainan mimik wajah, gestur, hingga caranya bicara.
ADVERTISEMENT
Perpaduan live action dan animasi di film ‘Mary Poppins Returns’ juga apik dan tidak terkesan berlebihan. Adegan-adegan berbau animasi surealis setiap kali Mary Poppins dan tiga anak Banks bernyanyi riang pasti seru jika disaksikan oleh anak-anak.
Dick van Dyke yang kini berusia 93 tahun juga muncul dalam film untuk memberi kesan nostalgia. Selain itu, Meryl Streep hadir memerankan tokoh Topsy Turvy, begitu juga dengan Angela Lansburry sebagai Balloon Lady. Keduanya adalah karakter dalam buku dongeng ‘Mary Poppins’ karya Travers yang dilupakan dalam film ‘Mary Poppins‘ (1964).
Film ‘Mary Poppins’ (1964) dahulu juga dikenang karena menjadi satu-satunya film Disney yang mendapat nominasi Oscar selama sosok Walt Disney belum meninggal dunia. Dengan gaya animasi yang baik dan juga cara Emily Blunt berperan, film ‘Mary Poppins Returns’ bisa saja mengulangi prestasi serupa di The Oscars tahun depan.
ADVERTISEMENT
Namun, film ‘Mary Poppins Returns’ terlalu kental dengan dialek Inggris Britania Raya dan agak kurang cocok untuk disaksikan penonton Indonesia yang notabene tidak menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa utama. Selain itu, perbedaan kultur juga membuat penonton Indonesia akan sedikit sulit menerima jalan cerita dan pesan-pesan moral di film ‘Mary Poppins Returns’.