Film Pengepungan di Bukit Duri, Keresahan Joko Anwar Terkait Kondisi Bangsa

17 April 2025 12:00 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konferensi Pers film terbaru karya Joko Anwar, Pengepungan di Bukit Duri. Foto: Aprilandika Pratama/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi Pers film terbaru karya Joko Anwar, Pengepungan di Bukit Duri. Foto: Aprilandika Pratama/kumparan
ADVERTISEMENT
Joko Anwar mengungkap bahwa film terbarunya yang berjudul Pengepungan di Bukit Duri merupakan potret singkat dari semua permasalahan yang terjadi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Selain sebagai hiburan, Joko Anwar berharap film ini bisa menjadi pengingat bahwa banyaknya permasalahan di negeri ini yang belum tuntas dan justru semakin mengakar kuat. Salah satunya mengenai isu kekerasan.
"Pengepungan Bukit Duri mengajak penonton untuk membuka pikiran kita tentang kekerasan yang bisa dibicarakan secara terbuka. Kadang, yang paling menakutkan bukan kekerasan itu sendiri, tetapi sistem yang membiarkannya tumbuh," ujar Joko Anwar dalam konferensi pers di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
Sutradara film Joko Anwar dalam Roundtable Interview film Pengepungan Di Bukit Duri, kantor Come and See Pictures, Cipete, Jakarta Selatan, Selasa (4/3/2025). Foto: Giovanni/kumparan
Sutradara berusia 49 tahun ini mengakui bahwa film Pengepungan di Bukit Duri berangkat dari keresahannya tentang budaya kekerasan, budaya korupsi yang mengakar di Indonesia.
Joko menilai hal tersebut bisa terjadi karena sistem pendidikan di Indonesia yang juga kurang baik.
ADVERTISEMENT
"Beberapa budaya seperti kekerasan, korupsi, semuanya ternyata mungkin terkait dengan gagalnya sistem pendidikan di Indonesia. Sehingga kita menjadikan sekolah sebagai setting sentral dari cerita ini," ucap Joko Anwar.
Walau menampilkan unsur kekerasan dalam tiap adegan, Joko memastikan semuanya sudah sesuai SOP. Hal itu penting untuk memberikan gambaran utuh kepada penontonnya soal permasalahan apa yang ingin ia angkat.
"Kita sering membuat image dalam rangka untuk denial. Film ini ditampilkan sedemikian rupa, dengan sangat terukur, untuk menampilkan kenyataan yang ada di masyarakat," ungkap Joko Anwar.
Cuplikan final trailer film Pengepungan di Bukit Duri. Foto: Dok. YouTube Come and See Pictures
Morgan Oey, sebagai pemeran Edwin berharap penonton dapat menjadikan film Pengepungan di Bukit Duri sebagai medium yang tepat untuk melakukan refleksi.
Karena menurutnya, isu-isu tentang kekerasan dan trauma di masa lampau, dapat dibicarakan dengan lebih terang.
ADVERTISEMENT
"Selain membahas tentang ketidaksejahteraan profesi guru dan kekerasan remaja, film Pengepungan di Bukit Duri juga membahas tentang dampak dari diskriminasi yang terjadi, yang di film ini dialami oleh Edwin. Selama ini, kita dan bahkan negara tidak pernah acknowledge tentang dampak diskriminasi dan trauma yang dialami," kata Morgan Oey.
"Diskriminasi bukan saja rasial, tetapi juga adanya ketidakadilan sosial yang terjadi. Semoga film ini bisa menjadi pembuka banyak ruang diskusi dan bisa acknowledge satu sama lain," tandasnya.
Pengepungan di Bukit Duri adalah film produksi bersama antara studio Hollywood Amazon MGM Studios dan Come and See Pictures. Ini menjadi kolaborasi pertama antara rumah produksi Indonesia dengan studio legendaris Hollywood tersebut.
Pengepungan di Bukit Duri dibintangi oleh Morgan Oey, Omara Esteghlal, Hana Pitrashata Malasan, Endy Arfian, Fatih Unru, Satine Zaneta, Dewa Dayana, Florian Rutters, Faris Fadjar Munggaran, Sandy Pradana.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya ada Raihan Khan, Farandika, Millo Taslim, Sheila Kusnadi, Shindy Huang, Kiki Narendra, Lia Lukman, Emir Mahira, Bima Azriel, Natalius Chendana, dan Landung Simatupang.
Film Pengepungan di Bukit Duri akan tayang di bioskop Indonesia mulai 17 April 2025.