Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Ghost in the Shell: Film Adaptasi Manga yang Kurang Memikat
29 Maret 2017 19:53 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
Apa yang membuat sebuah film mendapat tempat di hati penonton? Segi cerita tentu menjadi faktor utama, dan 'Ghost in the Shell' tak cukup memikat untuk tertanam dalam benak.
ADVERTISEMENT
Penonton akan disambut dengan proses pembuatan cyborg di awal film dengan visual memukau. Proyek 2517 disebut sebagai transformasi pembuatan cyborg paling sempurna dengan cangkok otak manusia. The Major (Scarlett Johansson), begitu dia disebut, dipercaya menjadi pemimpin kelompok Section 9 pemburu teroris dan para peretas.
Tanpa roh atau jiwa, robot tentu hanyalah sebuah alat atau senjata. Itulah alasan Dr. Oulet (Juliette Binoche) mencangkokkan otak manusia dalam tubuh robot yang perkasa. Sehingga tindakan robot itu memiliki pertimbangan dan kesadaran layaknya manusia--prinsip yang ditentang Cutter (Peter Ferdinando) sang pemilik Hanka Robotics.
Kondisi dunia digambarkan sebagai masa depan ketika tukang daging di pasar tradisional memiliki tangan tangan robot, dan kejahatan di dunia maya adalah ancaman terbesar. Bayangkan jalanan terkenal Shibuya dengan mobil-mobil yang seliweran di ketinggian. Iklan serta hiasan kota muncul lewat hologram. Seperti berada dalam kota di video games.
ADVERTISEMENT
'Ghost in the Shell' diadaptasi dari manga Jepang berjudul sama karya Masamune Shirow. Versi animasinya sudah dibuat pada 1995 silam di bawah tangan sutradara Jepang Mamoru Oshii. Film adaptasi terbaru garapan sutradara Rupert Sanders sempat menuai kontroversi ketika nama Scarlett Johansson diumumkan sebagai Motoko Kusanagi.
Tapi terlepas dari isu whitewashing oleh Hollywood, akting Scarlett cukup menjiwai seorang cyborg. Dia seringkali tak punya ekspresi, namun terasa menahan perasaan terjebak di antara dua identitas.
Bagaimana dia merasa seperti manusia ketika tak bisa merasakan bagian tubuhnya? Lalu, apa definisi 'manusia' dalam masyarakat-- yang hidup dengan keadaan di mana pikiran bisa dicangkok dan bagian tubuh bisa digantikan bentuk artifisial. Batas antara manusia dan robot semakin sulit dibedakan.
ADVERTISEMENT
Sutradara Rupert Sanders sepertinya lebih sibuk menyuguhkan keindahan visual daripada fokus pada cerita agar lebih menarik dan dramatis. Kemunculan sosok Kuze sebagai bagian dari twist terasa kurang menggigit dan tak memiliki efek kejut. Sebagai penonton, sulit rasanya memiliki ikatan emosional dengan karakter utama. Malah terasa berada dalam petualangan video game.
'Ghost in the Shell' punya potensi untuk menjadi cerita teka-teki penuh misteri dengan teori konspirasi yang imajinatif sekaligus filosofis. Bayangkan apabila film ini memiliki gabungan elemen imajinatif seperti 'The Matrix' dan misterius layaknya 'The Girl with the Dragon Tattoo'... maka film ini akan terus diingat dan melahirkan kemungkinan-kemungkinan baru dalam cerita.