Guillermo del Toro, Rajanya Film Dark Fantasy

8 Januari 2018 20:49 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Guillermo del Toro (Foto: REUTERS/Lucy Nicholson)
zoom-in-whitePerbesar
Guillermo del Toro (Foto: REUTERS/Lucy Nicholson)
ADVERTISEMENT
Hari ini, Senin (8/1), ajang penghargaan Golden Globe Awards 2018 telah selesai digelar. Ajang yang diadakan untuk memberikan penghargaan bagi para pekerja film ini telah memilih nama-nama para pemenangnya, mulai dari film layar lebar, serial televisi, hingga para pemerannya.
ADVERTISEMENT
Trofi penghargaan untuk para sutradara pun telah diberikan. Guillermo del Toro, pria yang membesut film 'The Shape of Water' membawa pulang penghargaan 'Best Director - Motion Picture', mengalahkan para pesaing lainnya yang tak kalah tangguh, seperti Martin McDonagh, Ridley Scott, Christopher Nolan, hingga Steven Spielberg.
Sebenarnya, tidak heran Del Toro terpilih sebagai pemenang kategori ini. Jika kamu belum menonton film 'The Shape of Water', kamu bisa melihat hasil kerja Del Toro di film 'Pan's Labyrinth' yang rilis di tahun 2006.
'Pan's Labyrinth' mengambil latar musim panas di Spanyol pada tahun 1944, 5 tahun setelah perang sipil Spanyol selama periode awal Francoist. Film ini menampilkan Ofelia (Ivana Baquero) sebagai pemeran utama.
ADVERTISEMENT
Cerita di dalam dunia 'Pan's Labyrinth' menafsirkan dunia nyata dengan dunia mitos di dalam sebuah labirin. Di sana, tinggal sebuah makhluk yang menyerupai faun, makhluk mitologis yang menyerupai setengah kambing dan setengah manusia. Faun pun membantu Ofelia untuk keluar dari labirin yang memenjarakannya.
Meski 12 tahun telah berlalu, 'Pan's Labyrinth' masih terus diingat penikmat film akan keunikan dunia fantasi yang difilmkan oleh Del Toro. Hingga kini, film tersebut mendapat rating 8.2/10 di IMDb dan telah memenangkan 3 piala Academy Awards untuk nominasi 'Best Art Direction', 'Best Cinematography', dan 'Best Makeup'.
Jika kamu belum menonton 'Pan's Labyrinth', ada film yang lain yang kami rasa bisa menjadi contoh kenapa Del Toro memenangkan nominasi sutradara terbaik Golden Globe 2018. Film ini berjudul 'Pacific Rim'.
ADVERTISEMENT
Saat 'Pacific Rim' tayang serentak di seluruh bioskop di dunia, film tersebut dirasa mampu bertemu dengan ekspektasi penggila film Jepang. Mengendarai jaeger seperti melihat pilot-pilot yang mengemudikan robot super dalam animasi 'Voltron'. Melihat kaiju meraung ganas dan menghancurkan kota bak Godzilla yang mengamuk tanpa kehadiran Ultraman.
Dalam film yang menampilkan Charlie Hunnam, Idris Elba, Rinko Kikuchi, Charlie Day, Rob Kazinsky, Max Martini, dan Ron Perlman ini, penonton bisa melihat selera fantasi Del Toro yang sesungguhnya. Meski tidak seperti 'Pan's Labyrinth' yang mengusung dark fantasy, 'Pacific Rim' adalah khayalan dari sisi kekanak-kanakan Del Toro yang dimodifikasi menjadi sebuah aksi.
Dua motor penggeraknya, jaeger dan kaiju, menjadi konflik utama yang dihadirkan Del Toro yang tidak memaksa penontonnya untuk berpikir keras mengenai apa yang terjadi. Jelas berbeda jauh dengan 'Pan's Labyrinth'.
ADVERTISEMENT
Namun, 'Pacific Rim' tidak bisa dijadikan acuan untuk menilai film 'The Shape of Water' yang dirilis pada 1 Desember lalu. Mengusung dark fantasy drama, film yang menampilkan Sally Hawkins, Michael Shannon, Richard Jenkins, Octavia Spencer, dan Doug Jones ini menghadirkan cerita yang tidak biasa, yakni kisah cinta antara manusia dan makhluk jadi-jadian.
Mengambil latar di Baltimore pada tahun 1962, 'The Shape of Water' menceritakan tentang kisah cinta penjaga laboratorium rahasia milik pemerintah yang dijaga ketat dengan seekor makhluk yang menyerupai amfibi. Elisa Esposito adalah seorang penjaga yang bisu. Ia jatuh cinta pada Amphibian Man, makhluk yang ditangkap Kolonel Richard Strickland (Michael Shannon) di sebuah sungai di Amerika Utara.
Banyak yang mengatakan bahwa film ini adalah karya terbaik Del Toro sejak ia membesut 'Pan's Labyrinth'. Akting Sally Hawkins juga mendapat banyak pujian. Selain itu, Del Toro juga bisa dibilang sukses mengemas kisah cinta Hawkins dan Amphibian Man menjadi sebuah adegan yang mempesona dan menakjubkan. Koneksi yang terjalin di antara keduanya membuat orang-orang berdecak, mengagumi chemistry antar manusia dengan manusia setengah amifibi.
ADVERTISEMENT
Dilansir LA Times, Del Toro terinspirasi memori masa kecilnya akan film 'Creature from the Black Lagoon'. Ia ingin melihat Gill-man dan Kay Lawrence (Julie Adams) untuk bersatu. Tidak heran apabila Amphibian Man sekilas mirip dengan Gill-man.
Guillermo del Toro (Foto: REUTERS/Lucy Nicholson)
zoom-in-whitePerbesar
Guillermo del Toro (Foto: REUTERS/Lucy Nicholson)
"Film ini adalah bentuk pengobatan untuk saya. Untuk sembilan film, saya mengulang ketakutan masa kecil saya, impian masa kecil saya, dan ini adalah pertama kalinya saya berbicara sebagai orang dewasa tentang sesuatu yang membuat saya khawatir sebagai orang dewasa. Saya berbicara tentang kepercayaan, hal lain dalan kehidupan, seks, cinta, kemana pun kita pergi. Ini bukan masalah yang saya alami saat berusia sembilan atau tujuh tahun," ucapnya.
Romansa ala Del Toro terbukti telah mengalahkan Steven Spielberg lewat film 'The Post' dan Christopher Nolan lewat film 'Dunkirk'. Drama percintaan yang gelap, tak masuk akal, tapi indah adalah cara sutradara berusia 53 tahun itu memenangkan trofinya.
ADVERTISEMENT