Hannah Al Rashid Bicara soal Pentingnya Ruang Kerja yang Nyaman untuk Perempuan

10 April 2020 17:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hannah Al Rashid di acara summit on girls di Balai Kartini, Jakarta, Selasa (10/12). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Hannah Al Rashid di acara summit on girls di Balai Kartini, Jakarta, Selasa (10/12). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Aktris Hannah Al Rashid baru-baru ini berdiskusi dengan Marissa Anita. Mereka membahas soal tindak pelecehan seksual yang masih terjadi di industri perfilman tanah air.
ADVERTISEMENT
Salah satu poin yang dibahas dalam diskusi tersebut adalah soal ruang kerja yang nyaman utuk perempuan.
Awalnya, Hannah mengaku dirinya bisa membedakan seseorang yang punya sensitivitas terhadap gender dan yang tidak. Ia bisa membedakannya lewat perlakukan mereka terhadap dirinya.
Hannah Al Rashid di acara summit on girls di Balai Kartini, Jakarta, Selasa (10/12). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
“Gue ngerasa misalnnya ada beberapa yang diminta dari aktor perempuan diminta lebih seksi, tapi cara dia meng-approach-nya berbeda dengan yang punya sesitivitas,” ucap Hannah, dalam diskusi yang ditayangkan di kanal YouTube M Bloc Space.
Menurut Hannah Al Rashid, seseorang sutradara yang punya sensitivitas terhadap gender, punya cara pendekatan yang halus kepada pemainnya. Sebab, bagi Hannah, hal-hal seperti ini harus benar-benar didiskusikan.
“Kayak baju aja nih gue enggak nyaman, (tapi sutradara bilang) ‘tapi lo harus pakai’. Enggak gitu, harusnya lo jelasin kenapa gue harus pakai,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Hannah menjelaskan, apabila sutradara bisa melakukan pendekatan yang halus, maka akan menunjang terbangunnya ruang kerja yang nyaman untuk perempuan. Ia pun menjelaskan maksud ruang kerja yang nyaman di industri perfilman.
“Ruang kerja yang nyaman itu yang enggak ada pelecehan, ada sanksi pada pelaku, intinya kita saling menghormati itu,” ucap Hannah.
“Itu kenapa kita butuh banyak kru perempuan. Di set jarang gue temuin sampai makeup pun laki-laki jadi kadang enggak bisa ngerasain kesensitifan itu,” tambahnya.
Pemain Perempuan Tanah Jahanam, Marissa Anita. Foto: M. Haikal/kumparan
Marissa Anita setuju dengan Hannah. Pemain film Gundala ini menambahkan, ruang kerja yang nyaman harusnya bebas dari pelecehan seksual secara fisik dan juga verbal.
“Misalnya director yang secara bicaranya bikin enggak nyaman. Bercandaan yang jorok dan bikin enggak nyaman, perasaan kita sebagai perempuan, becandaan yang memojokan perempun, itu bikin enggak nyaman,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Marissa kemudian berbagi cerita ketika dirinya menjalani proses syuting film Perempuan Tanah Jahanam. Saat menjalani salah satu adegan yang cukup sensitif, Joko Anwar sebagai sutradara yang punya sensitivitas terhadap gender memperlakukannya dengan profesional.
Dalam penggarapan adegan itu, Joko hanya mengizinkan dua orang yang berada dalam lokasi, yakni dirinya sendiri dan DOP. Hal ini membuat Marissa cukup nyaman dalam menjalani proses syuting tersebut.
Pemain Perempuan Tanah Jahanam, Marissa Anita. Foto: M. Haikal/kumparan
“Di Perempuan Tanah Jahanam ada adegan yang agak sensitif lah yang gue mau mandi di kamar mandi gue cuma pakai BH sama bawahan. Nah itu ya Joko dan tim sangat profesional,” ucap Marissa.
“Semuanya diminimalis yang boleh masuk cuma Joko Anwar sama Pak Ical Tanjung, dia aja. Yang kru audio dari luar pake boom ke dalem tapi orangnya minimalis banget, itu keren,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Marissa Anita, ruang kerja yang nyaman akan ikut menunjang performa seorang aktor. Sebab, kenyamanan dibutuhkan semua orang dalam setiap lingkungan pekerjaan yang mereka jalani.
“Kalau di set kan lo harus bekerja dengan orang yang sama, gimana lo perform full, tapi di balik pikiran lo, lo ngerasa enggak nyaman,” tandasnya.