Hanung Bramantyo Antipati dan Enggan Bicarakan FFI

5 November 2017 19:48 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hanung Bramantyo (Foto: Munady Widjaja)
zoom-in-whitePerbesar
Hanung Bramantyo (Foto: Munady Widjaja)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
'Kartini' menjadi film dengan perolehan nominasi terbanyak, yakni 14 nominasi untuk 13 kategori, dalam gelaran tahunan Festival Film Indonesia (FFI) 2017. Kategori tersebut, antara lain Pemeran Anak Terbaik, Pemeran Pendukung Wanita Terbaik, Pemeran Utama Wanita Terbaik, Pemeran Utama Pria Terbaik, Sutradara Terbaik, dan Film Terbaik.
ADVERTISEMENT
Selain itu, 'Kartini' juga masuk dalam kategori Penata Busana Terbaik, Penata Rias Terbaik, Penata Artistik Terbaik, Penata Suara Terbaik, Penyunting Gambar Terbaik, Penulis Skenario Adaptasi Terbaik, dan Pengarah Sinematografi Terbaik.
Namun, sebagai sutradara 'Kartini', Hanung Bramantyo, justru terdengar tak bergairah ketika bicara mengenai pencapaian tersebut. Padahal, ia turut dicalonkan sebagai pemenang kategori Sutradara Terbaik.
Hanung Bramantyo. (Foto: Munady/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Hanung Bramantyo. (Foto: Munady/kumparan)
Suami Zaskia Adya Mecca itu enggan buka suara mengenai peluang 'Kartini' dalam memenangkan sejumlah kategori FFI 2017. Hanung bahkan malah menyebut 'Pengabdi Setan' sebagai film yang akan berjaya dalam malam penghargaan itu.
"Ya ampun... Kali, deh. Enggak. Sudahlah, sudahlah, 'Pengabdi Setan', sudahlah," ucap Hanung diselingi tawa ketika ditemui usai jumpa pers film 'Benyamin Biang Kerok' di Kantor Falcon Pictures, Duren Tiga, Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
Hanung mengaku sama sekali tak berharap 'Kartini' akan memenangkan Piala Citra. Ia bahkan mengaku merasa antipati terhadap gelaran tahunan tersebut sejak adanya kisruh FFI 2010. Alhasil, Hanung memilih untuk tak lagi bicara mengenai FFI.
"Saya (berharap 'Kartini' menang)?" tanya Hanung kepada wrtawan. Sutradara film 'Talak 3' itu kemudian tertawa sebelum melanjutkan perkataannya. "Bok, please, deh. 'Sang Pencerah' sudah cukup membuat saya akhirnya kemudian antipati terhadap FFI. Catat itu. 'Sang Pencerah' membuat saya cukup berbicara tentang FFI," tegas Hanung.
Kisruh FFI 2010 memang berkaitan erat dengan film 'Sang Pencerah' yang disutradarai Hanung. Mulanya, Dewan Juri FFI 2010 yang diketuai oleh Jujur Prananto menilai 'Sang Pencerah' sebagai film yang layak untuk lolos seleksi.
Hanung Bramantyo. (Foto: Instagram @hanungbramantyo)
zoom-in-whitePerbesar
Hanung Bramantyo. (Foto: Instagram @hanungbramantyo)
Mereka bahkan telah mendapat persetujuan Niniek L Karim selaku Ketua Komite Festival Film Indonesia (KFFI) terkait itu.
ADVERTISEMENT
Tanpa diduga, kemudian muncul surat dari KFFI yang menyatakan bahwa mereka tak jadi menyetujui hal tersebut. Setelahnya, Dewan Juri FFI 2010, termasuk Rima Melati dan Seno Gumira Ajidarma, dipecat lantaran mencalonkan film tersebut dalam sejumlah kategori.
Viva Westi selaku Ketua Komite Seleksi FFI 2010 menggelar jumpa pers terkait film 'Sang Pencerah' yang gagal dicalonkan dalam malam penghargaan itu.
Abduh Aziz selaku anggota Komite Seleksi FFI 2010 juga mengatakan banyak hal tak terungkap dan data sejarah yang meleset dalam 'Sang Pencerah' sebagai film sejarah.
"Tadi saya ditanya, 'Masih punya harapan enggak untuk FFI?' Enggak. Terakhir 'Sang Pencerah', sudah, itu terakhir saya punya harapan di FFI dan saya tidak mau berbicara lagi tentang FFI sejak 'Sang Pencerah' (batal dinominasikan)," lanjut Hanung sambil tersenyum.
ADVERTISEMENT
Hanung juga enggan menjawab ketika ditanya mengapa tak lagi bersedia bicara mengenai FFI.
"Sudah. Buat apa lagi? Sudah, buat saya, itu skandal paling besar buat film saya. Saya berhenti berbicara tentang FFI," pungkas sutradara berusia 42 tahun ini.
Hanung Bramentyo (Foto: Munady)
zoom-in-whitePerbesar
Hanung Bramentyo (Foto: Munady)
Hanya saja, sebelum tak lagi bersedia bicara tentang FFI, Hanung sempat mengungkapkan kritik sekaligus sarannya untuk ajang penghargaan tahunan tersebut. Bahkan Hanung menyarankan agar nama FFI sebaiknya berubah nama menjadi Festival Film Jakarta.
"Mungkin namanya harus diganti kali ya, bukan Festival Film Indonesia, tapi Festival Film Jakarta. Gitu aja. Kalau ini menang, ya ini versi Jakarta. Ya, kayak FFB, Festival Film Bandung, menang film ini, ya ini versi Bandung," tutur Hanung.
ADVERTISEMENT
"Jadi, untuk membuat kata 'Indonesia' itu selalu akan menjadi persoalan. Buat saya, FFI mesti harus diganti jadi festival film daerah saja. Jadi, dana untuk FFI itu di-spread untuk membuat Festival Film Jakarta kayak JIFFest, Bandung ada FFB, Jogja ada JAFF, Makassar ada, begitu. Nah, Festival Film Indonesia jangan awarding tapi bentuknya pemutaran film. Dari yang menang-menang itu, diputar di Jakarta," tutupnya.