Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada Senin (20/5) ternyata dapat membangkitkan kenangan seseorang terhadap orang terdekatnya. Salah satunya bagi aktor Slamet Rahardjo.
ADVERTISEMENT
Slamet mengaku dirinya teringat dengan almarhum Sophan Sophiaan. Mendiang aktor yang juga suami Widyawati itu meninggal dunia pada 17 Mei 2008 ketika mengikuti touring motor besar untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional di Ngawi, Jawa Timur.
"Saya setiap tahun merayakan malah yang menggetarkan hati saya 10 tahun yang lalu. Saya kehilangan seorang sahabat, almarhum Sophan Sophiaan, waktu mengenang Hari Kebangkitan Nasional dengan moge gitu, kena musibah," ungkap Slamet di stadion Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, baru-baru ini.
Paman dari Banyu Biru Djarot juga mengajak masyarakat Indonesia untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional ke-111 dengan merenung.
Di mana ketika Hari Kebangkitan Nasional dicetuskan pada tahun 1908, pemuda-pemudi Indonesia berjuang untuk merdeka dari penjajahan Belanda.
Tak hanya itu, ia juga mengajak rakyat Indonesia yang kini terpecah belah oleh isu politik agar kembali bersatu."Nenek moyang kita sudah berdarah-darah, sudah berkeringat banyak untuk membela negeri ini," katanya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, bintang film 'Filosofi Kopi' ini juga berharap agar tidak terjadi kerusuhan saat pengumuman hasil penghitungan suara Pilpres 2019 pada Rabu (22/5) mendatang. Ia juga mengenang masa remajanya di tahun 1965 kala terjadi pemberontakan G 30 S/PKI.
"Betapa kejinya, betapa hinanya karena kita sudah saling membunuh sesama saudara. Doa saya satu, 'Tuhan jangan terulang lagi'. Saudara-saudara, itu doa saya tahun 1965 dan semoga tidak akan terjadi lagi karena kita sudah belajar dari pengalaman yang pahit," kata Slamet.
Meskipun demikian, Slamet optimis tak akan terjadi kerusuhan pada 22 Mei mendatang. "Saya harus optimis sebagai orang Islam sebagai orang Islam. Kita harus percaya bahwa ini adalah dari Al-Amin, membawa hakikat baik pada masyarakat. Hanya agama besar yang mampu untuk menghadapi hal ini," tutup Slamet Rahardjo.
ADVERTISEMENT