Jazz Bromo 2021 Sukses di Tengah Pandemi

26 September 2021 13:15 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pagelaran konser Jazz Bromo 2021. Foto: Arifin Asydhad/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pagelaran konser Jazz Bromo 2021. Foto: Arifin Asydhad/kumparan
ADVERTISEMENT
Kolaborasi menarik Ring of Fire Project dengan penyanyi kondang Fariz Rustam Munaf (Fariz RM) menutup pagelaran konser Jazz Bromo 2021 sekitar pukul 21.00 WIB, Sabtu (25/9). Sorak sorai penonton yang ikut mendendangkan lagu Barcelona dan Sakura bersama Fariz RM membuktikan festival musik bisa digelar secara offline di tengah pandemi. Tapi dengan catatan: panitia harus sangat ketat dalam menerapkan protokol kesehatan dan penonton juga harus disiplin menaatinya.
ADVERTISEMENT
Fariz RM sangat antusias dengan kolaborasi ini. Dia sudah menantikan begitu lama untuk tampil di Jazz Bromo, karena sudah lama diajak oleh almarhum Djaduk Ferianto. “Dan hari ini adalah kehendak Tuhan, saya bisa tampil di sini. Kalau Tuhan menghendaki, itulah yang terbaik. Dan mari saksikan kejutan dari kolaborasi dengan Ring of Fire ini,” kata Fariz saat memulai penampilannya.
Sepeninggal Djaduk Ferianto, Ring of Fire Project dipimpin oleh Purwanto. Musik yang dibawakan kelompok yang dibentuk almarhum Djaduk ini ini sangat khas, perpaduan musik etnik dan jazz. Ring of Fire selalu hadir dalam pagelaran Jazz Gunung yang diinisiasi oleh Sigit Pramono, mantan banker yang merupakan pemilik Jiwa Jawa Resort di kawasan Gunung Bromo, Probolinggo dan di kawasan Gunung Ijen, Banyuwangi.
ADVERTISEMENT

Penyelenggaraan Jazz Bromo Merupakan Ikhtiar Hidup Berdampingan dengan COVID-19

Pagelaran konser Jazz Bromo 2021. Foto: Arifin Asydhad/kumparan
Sigit menggelar Jazz Gunung, yang terdiri dari Jazz Bromo dan Jazz Ijen setiap tahun. Jazz Bromo digelar di Amfiteater Terbuka Bromo yang terletak di Jiwa Jawa Resort Bromo, sedangkan Jazz Ijen digelar di Amfiteater Terbuka Ijen yang berada di Jiwa Jawa Resort Ijen. Tahun 2020 lalu, Jazz Gunung digelar secara hybrid karena pandemi COVID-19.
Kali ini, Sigit yang juga pendiri Gerakan Pakai Masker (GPM) memberanikan diri menggelar Jazz Bromo 2021 secara offline, setelah mendapat izin dari aparat setempat. Menurut Sigit, Jazz Bromo 2021 ini merupakan ikhtiar bagaimana bisa hidup berdampingan dengan COVID-19.
“Menyelenggarakan konser musik jazz semasa pandemi dengan ikhtiar pencegahan dan perlindungan berlapis-lapis: wajib vaksinasi, wajib test swab Antigen, wajib pakai masker, wajib jaga jarak dan jaga kebersihan dan penerapan aplikasi Peduli Lindungi. Ini akan menjadi konser pertama kali di Indonesia sejak pandemi berkecamuk,” kata Sigit sebelum acara dimulai.
ADVERTISEMENT
Festival Jazz Bromo 2021 dibuka sekitar pukul 13.30 WIB. Cuaca di kawasan Gunung Bromo ini cukup bersahabat. Nyaris tidak ada sinar Matahari sejak festival ini dibuka hingga malam menghampiri. Kabut cukup tebal datang dan pergi di tengah suhu yang cukup dingin, sekitar 18-19 derajat Celsius. Gerimis sempat turun dari pukul 18.00 hingga 19.00 WIB. Namun, acara yang dihadiri sekitar 400 penonton ini berlangsung lancar hingga akhir.
Festival dibuka dengan penampilan Surabaya Pahlawan Jazz. Setelah itu disusul Dua Empat dan the Jam’z. Penampilan mereka menghangatkan suasana siang hingga sore yang memang cukup dingin. Kabut yang turun di kawasan Bromo menutup pemandangan gunung di belakang panggung yang seharusnya terlihat indah.
Pagelaran konser Jazz Bromo 2021. Foto: Arifin Asydhad/kumparan
Memasuki malam, Janapati yang digawangi Dewa Budjana dan Tohpati menghibur dengan lagu-lagu instrumentalia jazz selama 1 jam. Dua gitaris handal ini tampil memukau dan benar-benar menghibur penonton dengan musik jazz-nya, meski gerimis turun. Mereka juga membawakan beberapa lagu yang sangat familiar dengan bagus dan jenaka, seperti Bintang Kecil.
ADVERTISEMENT
Penampilan pamungkas diisi oleh Ring of Fire Project dan Fariz RM. Aransemen musik etnik mengiringi Fariz RM menyanyikan dua buah lagu: Barcelona dan Sakura. Fariz seperti biasa tampil dengan memainkan kibor warna merahnya. Sayang, Fariz hanya menyanyikan dua buah lagu dan 1 lagu instrumentalia. Penonton yang sudah ikut bernyanyi, meminta Fariz menambah menyanyikan lagu lagi. “Lagi, lagi, lagi!” teriak penonton.
Pada konser ini, Panitia Jazz Gunung menganugerahkan penghargaan khusus untuk Glenn Fredly. Glenn yang meninggal dunia tahun 2020 lalu dinilai sebagai musisi yang menghabiskan hidupnya untuk musik dan seni. Budayawan Butet Kartaredjasa yang dihubungi melalui saluran telepon memuji Glenn. “Dia sangat pantas mendapat penghargaan ini. Dia musisi andal, yang memiliki pemikiran sosial. Saya sudah bekerja sama dengan dia sejak lama,” kata Butet.
ADVERTISEMENT

Protokol Kesehatan Ketat

Amfiteater Bromo dan penjagaan Satgas COVID-19. Foto: Arifin Asydhad/kumparan
Sepanjang perhelatan ini, para musisi, MC, maupun panitia terus menyerukan dan mengingatkan penonton untuk tetap menggunakan masker dan jaga jarak. “Ini semoga jadi contoh festival musik di era pandemi, setelah 1 tahun lebih tidak ada pagelaran seperti ini. Tetap pakai masker dan taati protokol kesehatan,” pinta Fariz.
Pemantauan kumparan, protokol kesehatan dijalankan secara ketat oleh panitia. Panitia hanya menjual 300 tiket dari kapasitas 2.000 orang di Amfitiater Bromo ini. Tiket terdiri dari 3 kelas, yaitu kelas VVIP Rp 1,2 juta, tiket VIP Rp 1 juta, dan tiket tribun Rp 750.000. “Semua tiket sold out,” kata Bagas Pramono, panitia Jazz Bromo 2021. Ditambah dengan para panitia, para musisi dan timnya, serta Tim Satgas COVID-19, ada sekitar 400 orang di dalam Amfitiater ini.
ADVERTISEMENT
Penonton sudah memperoleh sosialisasi protokol kesehatan sejak membeli tiket. Ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi dan konsekuensi yang harus disetujui oleh pembeli tiket. Sebagian syarat, antara lain harus sudah menjalani vaksinasi, melakukan tes swab antigen sebelum memasuki venue, harus selalu mengenakan masker saat acara berlangsung, dan tidak boleh membawa makanan dan minuman.
Syarat untuk artis pengisi acara, bahkan lebih ketat. Mereka harus menjalani tes PCR di lokasi beberapa jam sebelum acara berlangsung.
Lokasi tes Antigen di Jazz Bromo 2021. Foto: Arifin Asydhad/kumparan
Venue mulai dibuka sekitar pukul 13.00 WIB. Sebelum memasuki venue, penonton harus melakukan swab antigen di tenda yang sudah disiapkan. Bagi penonton yang memiliki hasil reaktif akan langsung diisolasi di ruangan khusus. Sedangkan penonton yang memiliki hasil negatif bisa menuju gate untuk ke venue.
ADVERTISEMENT
“100% pengunjung, undangan, panitia, artis, dan kru negatif swab antigen. Semua artis yang dites PCR juga negatif,” kata Bagas.
Bagas juga memastikan 100 persen penonton, artis, tim artis, dan panitia sudah menjalani vaksinasi. “100% yang masuk venue juga sudah tervaksinasi. Sempat ada 1 pengunjung yang datang dan belum vaksin (Peduli Lindungi-nya berstatus merah) langsung balik arah dan tidak diperbolehkan masuk,” jelas Bagas.
Saat masuk ke venue, penonton harus melakukan ukur suhu tubuh dan melakukan check-in melalui aplikasi Pedulilindungi. Setelah itu, penonton duduk di seat masing-masing sesuai nomor tiket. Antara seat satu dengan seat lainnya dibuat berjarak.
Festival Jazz Bromo 2021 ini berakhir dengan lancar dan sukses. Panggung yang didesain menarik, tata lampu berwarna-warni yang makin membuat indah, sound system yang sangat bagus, musisi yang tampil dengan hebat, dan penonton yang taat pada protokol kesehatan, bercampur jadi satu yang membuktikan konser ini berjalan sukses di tengah pandemi.
ADVERTISEMENT
Kesuksesan ini juga tidak terlepas dari ketatnya pengawasan sejumlah anggota Satgas COVID-19 yang berseragam warna oranye dan bertuliskan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) yang selalu mondar-mandir di venue. Mereka tidak segan-segan menegur penonton yang mencoba membuat kerumunan dan menegur penonton yang sempat membuka maskernya.