Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Jean-Pascal Elbaz, Penerjemah yang Jembatani Film Indonesia dan Eropa
9 Mei 2018 9:01 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
Telah menetap selama lebih dari 20 tahun di Yogyakarta, nama pria asli Prancis, Jean-Pascal Elbaz, memang masih asing di telinga masyarakat Indonesia. Bekerja sebagai penerjemah tiga bahasa , Indonesia, Inggris, dan Prancis, sejak tahun lalu Elbaz mengambil peran dalam proyek festival film Indonesia yang digelar di Belgia.
ADVERTISEMENT
“Tahun lalu, aku diminta menerjemahkan empat dari 40 film yang diputar. ‘Negeri Di Atas Awan’, ‘Selamat Pagi Malam’, ‘Turah’, dan ‘3 Dara’ yang tahun 50-an,” kata Elbaz saat ditemui di Goethe Haus, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/5).
Ketertarikan Elbaz menjadi penerjemah film Indonesia tumbuh saat ia melihat berbagai potensi hebat dari para sineas Indonesia yang belum banyak terekspose. Menurutnya, masalah terbesar bagi masyarakat internasional, khususnya Eropa, tidak bisa menikmati film Indonesia secara utuh adalah karena terjemahan yang kurang diperhatikan oleh para pelaku industri film.
“Aku mulai terjun membuat subtitle setelah tahun lalu kerja untuk festival film Indonesia yang cukup besar di Eropa dan banyak film Indonesia yang belum punya subtitle bahasa Prancis,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Masyarakat serta para pekerja industri film Indonesia masih banyak yang melihat subtitle hanya menjadi pelengkap. Padahal, justru subtitle bisa membantu karya-karya anak bangsa Indonesia yang semakin dikenal luas di kancah internasional.
Elbaz juga menyindir para penerjemah Indonesia yang kurang jeli dalam memperhatikan konteks, latar waktu dan tempat kejadian dalam sebuah film. Ia mencontohkan di film ‘3 Dara’ yang diterjemahkannya. Elbaz mengaku sampai bolak-balik membuka kamus demi menemukan padanan kata dalam ejaan lama bahasa Prancis agar sesuai dengan film.
“Film dibuat dengan bujet yang mahal, tapi sayang jika subtitle-nya dikesampingkan dan dianggap ‘bisa nanti saja’. Padahal tanpa subtitle itu, orang dari negara lain akan kesulitan untuk menonton film Indonesia,” ujar Elbaz.
ADVERTISEMENT
“Subtitle itu ‘kan jembatan bagi film Indonesia ke negara lain, begitu juga sebaliknya maka dari itu tidak seharusnya subtitle dikesampingkan,” tambahnya.
Tahun ini, dalam rangkaian Europe on Screen yang berjalan dari 3-12 Mei, Elbaz akan menjadi salah satu tamu spesial yang membagikan berbagai pengalamannya menarik selama menjabat sebagai direktur French Language di Indonesia dan India. Ia pun akan mengadakan workshop terkait pentingnya terjemahan bagi masyarakat Indonesia yang ingin menikmati film-film dari tanah Eropa.
Elbaz mengatakan bahwa film-film yang ditampilkan dalam rangkaian Europe on Screen mungkin dapat memperluas wawasan masyarakat Indonesia dalam mengenal lebih jauh tentang budaya di Eropa.
“Memutarkan film dari berbagai negara di Eropa pasti menarik untuk orang Indonesia karena bisa melihat berbagai jenis style, narasi, kebudayaan. Pasti cara buat film berbeda-beda, orang Prancis dan Jerman pasti sudah jauh banget. Dengan Italia juga berbeda banget. Eropa besar jadi pasti lain-lain,” tandas Elbaz.
ADVERTISEMENT