Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Setelah memutuskan hijrah beberapa tahun belakangan, Jhody Bejo terus memperbaiki diri. Salah satu hal penting yang dilakukan mantan presenter terkenal itu adalah menghapus semua tato di sekujur tubuhnya.
ADVERTISEMENT
“Saya ingin meninggal dalam keadaan bersih, ustaz,” ucap Jhody saat berbincang dengan Ustaz Erick Yusuf dalam program Selebriti Hijrah kumparan.
Penampilan Jhody Bejo yang sekarang berbeda dengan penampilannya saat menghiasi layar kaca selama bertahun-tahun. Dia kini lebih sering memakai baju lengan panjang.
Pemilik nama asli Didi Sumantri ini sudah melakukan proses menghilangkan tinta di lapisan kulitnya, selama beberapa bulan terakhir menggunakan metode laser. Selama menjalankan proses tersebut, Jhody menahan rasa sakit.
"Ada yang bilang ke saya, 'Udah, enggak usah dihapus lagi, enggak usah dibakar lagi, kan tiap ini (dihapus) kan dilaser, stad. Habis dilaser saya 2 hari meriang, 3 hari saya meriang," ucapnya saat dijumpai di Masjid Al Muhajirin, Perumahan Citra Raya, Cikupa, Tangerang, pada awal Maret lalu.
Mantan personel Super Bejo ini pun tak peduli betapa sakit dan lamanya proses hapus tato yang dijalani saat ini. Ia mengaku lebih takut dengan siksa di akhirat.
ADVERTISEMENT
Jhody sudah melakukan hapus tato dengan menggunakan laser sebanyak 8 kali. Penghapusan tato itu butuh dilakukan beberapa kali, agar bisa hilang tanpa harus merusak kondisi kulit. Biasanya dalam sebulan, dilakukan satu kali laser hapus tato.
Jhody bersyukur, lantaran dalam proses hapus tato ini, ia tidak perlu biaya yang mahal. Sebab, ia ikut tergabung dalam komunitas Berani Hijrah Baik, ketika melakukan proses hapus tato tersebut.
Tangis pemain film Cinta 2 Hati ini kembali pecah, saat dirinya tersadar betapa masih banyaknya salah dan dosa yang telah dilakukan selama ini. Jhody bahkan sering meluangkan waktu bertafakur dan merenungi kesalahan-kesalahannya, di masjid dekat rumahnya.
"Saya di sini, siapa yang salatin saya di sini saya enggak tahu. Dan saya cuma kepengin Allah sedikit memberikan sesuatu sama saya yang beda, gitu. Dalam artian beda, jangan sampai saya dalam keadaan sakaratul maut. Saya kepengin seperti mujahid, stad. Karena yang saya tahu, mujahid itu sakaratul mautnya enggak sakit, stad, cuma seperti dicubit aja, udah. Saya pengin seperti itu, stad," ucapnya sambil terisak.
ADVERTISEMENT
Jhody mengaku sulit membendung air mata ketika mengingat dosa-dosanya. Ia pun terus meminta ampun kepada Allah SWT, dan terus memperbaiki diri, serta meningkatkan ibadah.
"Saya kebanyakan (dosa) aduh, banyak banget. Makanya kalau saya inget itu, saya nangis, kalau inget masa dulu, saya menangis aja. MasyaAllah, saya cuma (mikir), 'Diampuni enggak ya sama Allah?' Tapi saya terus minta ampun sama Allah," ucap Jhody.
"Makanya, saya kenapa baca Al-Quran tiap hari, karena saya tahu, salah satu yang memberikan safaat di sana adalah salah satunya adalah Al-Quran, stad," sambungnya.
Ketika tengah semangat memperdalam ilmu agama, Jhody harus dihadapkan dengan penolakan dan cibiran dari lingkungan pertemanannya. Apalagi, selama ini Jhody dikenal aktif dalam komunitas motor.
ADVERTISEMENT
"Kita dibilang sok ustaz lah, kita dibilang sok alim lah segala macam, gitu. Bahkan teman saya sendiri, teman akrab saya sendiri sampai bilang begitu di grup, 'Sudahlah, ini grup motor...' Kan saya ada di klub motor ya kan, 'Ini jangan dibikin jadi ustaz-ustazan.' Tapi ya saya terima aja, 'oh ya', gitu," ujarnya seraya menghela napas.
Di kala sedang semangat memperdalam ilmu agama, Jhody mulai sering diajak untuk berangkat umrah gratis selama tiga tahun terakhir.
"Akhirnya Masyaallah, 2018 saya diberangkatkan umrah sama teman saya, 2019 saya berangkat lagi, staz. Dan MasyaAllah, ini juga saya kebetulan baru pulang dari umrah lagi (yang ketiga Februari 2020). Dan ketiga-tiganya umrahnya saya bilang umrah pamer, pamere staz, he-he-he. Semua pemberian," tandasnya.
Jhody kini tak banyak menaruh harapan dalam urusan dunia. Ia lebih banyak menghabiskan waktu untuk meningkatkan ibadah dan memperbaiki segala kesalahan-kesalahannya di masa lalu. Jika dulu ia punya list permintaan macam-macam ketika mengisi sebuah acara, kini riders-nya sangat sederhana.
ADVERTISEMENT
“Kalau saya keluar kota saya minta hotelnya dekat dengan masjid, biar saya bisa subuhan (berjamaah). Nah, subuhan berjamaah karena buat saya berjamaah mahal sekali. Saya mengejar itunya," tuturnya.
Jhody juga semakin sering mengikuti kajian, membaca, dan memahami isi dari Al Quran, hingga melaksanakan ibadah salat secara berjamaah di awal waktu. Ia juga kerap menjadi muazin di masjid dekat rumahnya atau saat acara keagamaan.
"Jadi saya cuma pengin lurusin niat saya, stad. Saya kembali lagi ke dasar saya bahwa, saya melakukan hal ini adalah karena sesuatu yang buruk dulunya saya. Saya ingin menutup mata dalam keadaan bersih, saya ingin menutup mata dalam keadaan seperti yang saya inginkan. Mungkin yang keluarga saya inginkan juga. Dan tolong doain ana istiqomah," harap Jhody Bejo .
ADVERTISEMENT