Joko Anwar-Kimo Stamboel Tuntut Pembenahan Sistem Kerja di Dunia Perfilman

30 Agustus 2024 14:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Joko Anwar saat ditemui di kantor Come And See Pictures di Kemang, Jakarta Selatan, Senin (4/3/2024). Foto: Vincentius Mario/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Joko Anwar saat ditemui di kantor Come And See Pictures di Kemang, Jakarta Selatan, Senin (4/3/2024). Foto: Vincentius Mario/kumparan
ADVERTISEMENT
Sederet sutradara, aktor dan aktris Indonesia ramai menyebarkan unggahan berantai lewat Insta Story tentang pembenahan sistem kerja di dunia perfilman Indonesia, Kamis (29/8).
ADVERTISEMENT
Unggahan ini buntut kematian dari salah satu kru film bernama Rifqi Novara. Rifqi meninggal dunia setelah mengalami kecelakaan dalam perjalanan pulang dari lokasi syuting. Diduga, Rifqi kelelahan dan mengantuk setelah menjalani proses syuting yang panjang.
Joko Anwar, Kimo Stamboel, Runny Rudiyanti, Ranty Maria, Luna Maya, hingga Wulan Guritno, turut membagikan kabar dukacita ini di Insta Story mereka. Menurut Runny, masih banyak rumah produksi yang menerapkan aturan jam kerja yang tidak sehat.
"Ada PH yang sudah menetapkan jam kerja 'sehat' dan aku beruntung bisa terlibat dengan mereka. Tapi belum mayoritas. Intinya sudah ada kesadaran. Harus ada sistem dan kepedulian terhadap kesejahteraan pekerja sih," kata Runny kepada kumparan, Kamis (29/8).
Kolase Joko Anwar dan Kimo Stamboel Foto: Dok kumparan
Runny mengatakan sudah ada upaya untuk sistem kerja yang lebih baik lagi sebelumnya. Namun, ia mengharapkan tetap ada pembenahan dalam sistem kerja kru film di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Perihal pembenahan, tentu. Apakah kita sudah mengarah ke proses kerja yang lebih baik, iya. Tapi bisa lebih maksimal lagi. Beberapa PH sudah menetapkan 12 jam istirahat antara hari syuting dan/atau 12 jam kerja," ucap Runny.
Bintang film Siksa Kubur ini menambahkan, beberapa aktor atau aktris dan sutradara sudah ada yang menetapkan aturan ini ketika produksi film.
"Tapi kurasa kebijakan ini masih bottom up alias by request dan masih kesadaran atau riders individu, bukan by system," jelasnya.

Harapkan Perlindungan Pekerja Film Berbadan Hukum

Salah satu poin harapan yang tertera dalam unggahan Runny dan sineas lainnya adalah soal serikat pekerja film berbadan hukum. Runny berkaca pada Hollywood.
Di sana, ratusan ribu aktor atau aktris dan pekerja film lainnya berlindung di bawah Screen Actors Guild‐American Federation of Television and Radio Artists (SAG-AFTRA).
ADVERTISEMENT
"Di Indonesia kita belum ada union. Jadi sistem perlindungan pekerja film yang berlandaskan hukum memang belum ada. Ada asosiasi, tapi bukan seperti SAG-AFTRA. Selain jam kerja yang berhubungan dengan kesejahteraan pekerja pun, masih banyak yang perlu dibenahi," tutur Runny.
Melalui unggahan tersebut, Runny mewakili sineas lainnya berharap bisa menumbuhkan kesadaran bagi rumah produksi atau produser di Indonesia.
"Kurasa ini akan bermanfaat untuk menumbuhkan kesadaran, terutama rumah produksi dan produser agar menerapkan jam kerja yang sehat," ucap Runny.