JUMBO Hadir sebagai Ikon Baru untuk Anak Indonesia Lewat Cerita yang Menyentuh

13 Mei 2025 16:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Angga Dwimas Sasongko di Premiere Love for Sale Foto: Munady Widjaja/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Angga Dwimas Sasongko di Premiere Love for Sale Foto: Munady Widjaja/kumparan
ADVERTISEMENT
Ada beberapa ikon anak-anak di Indonesia yang sangat populer. Misalnya saja Si Unyil dan Nussa. Kini ada karakter baru yang digemari anak-anak: Don dari film JUMBO.
ADVERTISEMENT
Film JUMBO diproduksi oleh Visinema Studios. Sebelumnya, Visinema memperoleh kesuksesan lewat film Nussa. Produser Visinema, Angga Dwimas Sasongko, mengatakan JUMBO diproduksi bukan hanya dikarenakan pihaknya ingin membuat film animasi.
“Tapi karena kami merasa ada kebutuhan untuk menciptakan karakter yang bisa menjadi ikon bagi anak-anak Indonesia–karakter yang kuat secara visual, tapi juga punya hati dan cerita yang relevan,” kata Angga kepada kumparan, belum lama ini.
Angga Dwimas Sasongko mengungkapkan perbedaan JUMBO dengan film animasi lainnya di Indonesia. Angga mengatakan JUMBO dibangun dari akar budaya lokal, tapi dirancang dengan standar global.
“Karakternya relatable, temanya universal, dan visualnya dirancang dengan pendekatan sinematik seperti film live-action,” tutur Angga.
Angga menyatakan, film JUMBO tidak hanya menghadirkan cerita yang lucu dan seru. Tetapi juga menyentuh hati. “Kami juga mengutamakan storytelling yang emosional,” ucapnya.
Trailer film animasi Jumbo dirilis di XXI Plaza Senayan, Rabu (12/2/2025). Foto: Istimewa

Film JUMBO Relate untuk Anak dan Orang Tua

Film JUMBO secara garis besar berbicara tentang keluarga dan persahabatan. Hal ini membuat kisah dalam film itu relate untuk anak dan orang tua.
ADVERTISEMENT
Angga percaya bahwa film keluarga yang baik harus bisa menyentuh seluruh generasi. Anak-anak membutuhkan sosok yang bisa dijadikan ikon dan kisah petualangan yang menarik. Sementara itu, orang tua memerlukan kisah yang bermakna dan menjadi bahan refleksi untuk mereka.
“JUMBO mencoba menjembatani itu–cerita tentang keberanian dan kehilangan, tapi disampaikan lewat sudut pandang seorang anak kecil yang punya hati besar,” ujar Angga.
Dosen Program Studi Film Universitas Bina Nusantara, Ekky Imanjaya. Foto: Dok. Pribadi
Sementara itu, Dosen Program Studi Film Universitas Bina Nusantara, Ekky Imanjaya, mengatakan daya tarik film JUMBO karena ceritanya yang relate dengan banyak orang.
“Ceritanya itu kuat sehingga relate dengan penonton. Dengan berbagai penafsiran penonton, banyak perbedaan usia dan pendidikan, tapi mereka relate dengan caranya masing-masing di JUMBO,” kata Ekky kepada kumparan, belum lama ini.
ADVERTISEMENT
Ekky mengatakan jumlah film anak-anak tidak terlalu banyak. Dalam kondisi ini, JUMBO hadir tidak hanya bermodalkan visual yang indah, tetapi juga cerita yang memikat.
“Film anak-anak langka di Indonesia. Begitu ada, belum tentu bagus. Cerita keluarga yang relatable (di film JUMBO) membuat banyak orang lihat. Terus kemudian ada kearifan lokal,” tutur Ekky.
Angga Dwimas Sasongko, di Cinema Visit Film NKCTHI, di XXI Plaza Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (2/1). Foto: Giovanno/kumparan
Saat memutuskan untuk memproduksi film JUMBO, Visinema tidak hanya bertujuan membuat sebuah film animasi. Mereka ingin menjadikan film garapan sutradara Ryan Adriandhy tersebut sebagai Intellectual Property (IP) yang bisa bertahan lama dan tumbuh bersama generasi baru.
“Kami melihat JUMBO bukan hanya sebagai film, tapi sebagai IP yang bisa tumbuh ke berbagai arah,” ucap Angga.
Karena itu, menurut Angga, terbuka peluang untuk memproduksi JUMBO dalam format lainnya. “Tujuan kami adalah menjadikan JUMBO sebagai karakter yang bisa hadir di berbagai momen penting dalam tumbuh kembang anak Indonesia—bukan hanya di layar lebar,” kata Angga.
ADVERTISEMENT
Mengenai pengembangan film JUMBO setelah menuai kesuksesan saat tayang di bioskop Indonesia dapat kalian ketahui dalam artikel selanjutnya. Simak terus ya di kumparan.