Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Keikhlasan Sapardi Djoko Damono Melepas Karyanya untuk Dijadikan Film
25 Oktober 2017 13:24 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
ADVERTISEMENT
Tak lama lagi, film 'Hujan Bulan Juni' akan ditayangkan di bioskop-bioskop Indonesia. Film yang dibintangi oleh Velove Vexia, Adipati Dolken, dan Baim Wong tersebut diadaptasi dari puisi dan novel berjudul sama karya Sapardi Djoko Damono.
ADVERTISEMENT
Dikisahkan Sapardi, 'Hujan Bulan Juni' adalah karya pertamanya yang dijadikan sebuah film. Saat diberi tawaran demikian, Sapardi langsung menyetujuinya.
"Enggak tahu kenapa (novel 'Hujan Bulan Juni') laris banget sehingga diminta untuk dijadikan film. Ya, saya oke, saya enggak masalah. Saya bilang, 'Sudah, kalau Anda punya keberanian untuk mengubah jadi film, itu tanggung jawab Anda'," ucap Sapardi usai press screening film 'Hujan Bulan Juni' di Epiwalk, Jakarta Selatan, belum lama ini.
Tak ada syarat-syarat khusus pula yang diberikan Sapardi ketika karyanya akan digubah menjadi film. Hanya saja, ia enggan membicarakan royalti yang didapat dari itu.
Sapardi mengaku sempat diberi tawaran untuk terlibat dalam produksi film 'Hujan Bulan Juni'. Namun, Guru Besar Ilmu Susastra pada Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia itu menolak. Ia memberi kebebasan penuh kepada tim produksi untuk menggarap film dengan interprestasi mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
"Ketika mereka bilang, 'Gimana, Bapak mau terlibat dalam produksi?' Saya bilang, 'Enggak mau.' Artinya, saya lepaskan semuanya. 'Bagaimana ini tafsirnya?', 'Terserah kalian semua'. Keyakinan saya, kalau saya ambil sesuatu yang sudah ditulis orang, ya, saya punya kebebasan. Kalau sekarang, orang mau bikin film, ya, dia harus punya kebebasan," ujar Sapardi.
Menurutnya, haram bagi dirinya untuk ikut campur dalam penggarapan pengadaptasian sebuah karya yang didasarkan pada karyanya sendiri. Ia tak ingin memblokir kreativitas si pembuat film.
"Bagi saya, itu haram, enggak boleh. Turut campur di dalam proses pembuatan sebuah karya yang didasarkan pada karyanya itu enggak boleh. Bukan takut menjadi terlalu subyektif, tapi saya akan memblokir kreativitas yang bikin film. Itu masalahnya," tutur empunya puisi 'Aku Ingin' tersebut.
ADVERTISEMENT
"Dia 'kan takut sama saya, apalagi orangnya lebih muda dari saya, nanti orangnya ingin begini-begitu kan terganggu. Kalau begini, 'kan kreativitas dia berjalan dengan sendirinya," sambungnya.
Sapardi menambahkan, tak semestinya film 'Hujan Bulan Juni' dibandingkan dengan puisi atau novel berjudul sama yang ditulis olehnya. Oleh sebab itu, akan seperti apa pun filmnya dibuat, ia ikhlas.
"Iya, saya harus ikhlas (seperti apa pun hasilnya). Ketika saya harus menilai, saya harus menilai filmnya. Tidak usah dan tidak berhak saya untuk menyandangkan dengan novel saya. Membandingkan film dengan buku itu haram, enggak boleh. Film dengan film, buku dengan buku," ucap Sapardi.
"Jadi, kalau kita mau bilang itu film bagus apa enggak, jangan tergantung kepada bukunya. Bukunya bisa lebih bagus, bisa lebih laris, tetapi bukan itu masalahnya. Seharusnya, dengan film lain, dia bagus apa enggak. Buku saya juga begitu. Kalau filmnya jelek, apa buku saya jadi jelek? 'Kan enggak," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Yang pasti, menurut Sapardi, Reni Nurcahyo Hestu Saputra selaku sutradara memiliki akal dan keberanian yang luar biasa untuk mengadaptasi karyanya. Sebab, dari kata-kata yang diciptakan Sapardi, Hestu Saputra mampu mewujudkannya dalam gambar.