'Keluarga Tak Kasat Mata', Film yang Berasal dari Tulisan Iseng-iseng

8 November 2017 21:45 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Trailer 'Keluarga yang Tak Kasat Mata' (Foto: Instagram @bonaventuragenta)
zoom-in-whitePerbesar
Trailer 'Keluarga yang Tak Kasat Mata' (Foto: Instagram @bonaventuragenta)
ADVERTISEMENT
Cerita horor bersambung berjudul 'Keluarga Tak Kasat Mata' yang dimuat di forum Kaskus kini diadaptasi menjadi sebuah film dengan judul yang sama. Film garapan Max Pictures tersebut akan tayang perdana pada 23 November mendatang.
ADVERTISEMENT
Bonaventura Genta, penulis cerita bersambung tersebut, berkisah bahwa awalnya ia hanya iseng menulis cerita tersebut. Ia tak memiliki tujuan tertentu ketika menceritakan pengalaman hidupnya itu.
"Enggak (terpikir untuk dijadikan film). Jujur, saat itu aku iseng-iseng saja membuat media di mana aku sendiri bisa menikmatinya. Enggak ada tujuan apa-apa (ketika menulis). Baca Kaskus, isinya horor semua, ya sudah, ikut-ikutan saja. Respons orang ternyata bagus," aku Genta ketika ditemui di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan, Rabu (8/11).
Cerita bersambung yang ditulis Genta nyatanya sukses mendapatkan hampir 10 juta viewers. 'Keluarga Tak Kasat Mata' bahkan pernah diangkat menjadi sebuah drama radio.
Penulis Keluarga Tak Kasat Mata (Foto: Munady Widjaja)
zoom-in-whitePerbesar
Penulis Keluarga Tak Kasat Mata (Foto: Munady Widjaja)
Sesungguhnya, tawaran untuk mengangkat cerita bersambung itu ke dalam suatu film telah banyak berdatangan. Namun, Genta memutuskan untuk merampungkan cerita tersebut lebih dulu. Barulah kemudian, Genta menerima tawaran dari Max Pictures.
ADVERTISEMENT
Penggarapan skenario film 'Keluarga Tak Kasat Mata' tak dilakukan oleh Genta, melainkan oleh Lele Laila dan Evelyn Afnilia. Akan tetapi, Genta sendiri selalu mendampingi proses penulisan sekaligus berperan untuk menyetujui skenario yang dihasilkan. Genta juga membebaskan penulis skenario untuk melakukan pengembangan.
"Terlalu posesif itu enggak. Aku selalu memperkenalkan cerita ini sebagai brand yang bisa dikembangkan. Dalam proses film ini, aku selalu mendampingi. Tapi, enggak harus seperti yang aku mau. Kalau ada ide apa, aku akan menarik logika dia dengan apa yang memang terjadi di sana, segalanya tetap berkesinambungan. Aku enggak meletakkan idealis(me), 'Harus kayak gini. Kalau enggak, aku enggak mau.' Itu enggak," tuturnya.
"Genta ini termasuk legawa orangnya. Saran gue dan teman-teman yang lain diterima dengan baik. Saking mereka menerima, dari start reading itu draft ke-7, tutup pada draft ke-13. Kebayang 'kan, betapa terbukanya mereka?" timpal aktor Deva Mahendra ketika ditemui pada saat bersamaan. Deva sendiri memerankan tokoh Genta dalam film tersebut.
Pemain Keluarga Tak Kasat Mata (Foto: Munady Widjaja)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Keluarga Tak Kasat Mata (Foto: Munady Widjaja)
Walau digarap dengan sejumlah pengembangan, cerita dalam film yang disutradarai oleh Hedy Suryawan itu secara garis besar hampir sama dengan cerita asli yang ditulis oleh Genta. Fokus utamanya pun tetap pada kejadian-kejadian yang dialami Genta dan kawan-kawannya. Penggambaran hantu dalam film tersebut pun disesuaikan dengan apa yang telah diceritakan Genta di Kaskus.
ADVERTISEMENT
Shooting film 'Keluarga Tak Kasat Mata' dilakukan di 3 lokasi, yakni Yogyakarta --yang juga merupakan latar tempat peristiwa sesungguhnya--, Jakarta, dan Bogor. Hanya saja, keseluruhan film tetap akan mengangkat suasana Kota Gudeg.
Dalam setiap proses penggarapan film, bahkan sejak penulisan skenario, Genta mengaku selalu menyampaikan permohonan izin pada keluarga tak kasat mata yang terdapat dalam cerita itu.
"Permintaan izin pasti ada. Setiap aku akan memulai suatu proses, itu ada izinnya. Tapi, enggak ritual mistis atau gimana, sekadar doa personal saja. Enggak ada gangguan juga," ucapnya.
Melalui 'Keluarga Tak Kasat Mata', Genta berupaya menawarkan ketakutan, baik sejak dalam bentuk tulisan maupun film. Agar dapat diterima kalangan luas, ketakutannya itu dikemasnya melalui alur drama.
ADVERTISEMENT
"Dari awalnya aku menyajikan lewat tulisan, aku selalu mencoba gimana cara menawarkan arti ketakutan. Ketakutan melalui tulisan yang kemudian dikembangkan menjadi drama radio dan sekarang dalam bentuk media film. 'Keluarga Tak Kasat Mata' selalu menawarkan ketakutan," ujar Genta.
Film Keluarga Tak Kasat Mata (Foto: Dok. Falcon Picture)
zoom-in-whitePerbesar
Film Keluarga Tak Kasat Mata (Foto: Dok. Falcon Picture)
"Drama pasti ada karena ini 'kan cerita (berdasarkan) pengalaman. Jadi, disampaikan dengan alur drama. Yang akan ditawarkan di sini bukan intensnya penampakan (hantu). Aku berusaha menggali bagaimana memunculkan ketakutan dengan pendekatan psikologi," tambahnya.
Trailer film dengan suasana kelam nan mencekam pun telah diluncurkan beberapa waktu lalu. Diakui Genta, trailer tersebut menuai reaksi dan komentar yang cukup baik.
"Komentarnya, sekilas yang aku lihat, beberapa memuji film ini bahwa ternyata, berhasil dieksekusi dengan sinematografi yang tak mereka sangka. Mungkin tetap ada yang tanya kenapa ceritanya agak beda, tapi memang sengaja kami sajikan begitu," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Di luar semua itu, Genta tak menganggap film 'Keluarga Tak Kasat Mata' sebagai suatu pencapaian dari karya tulisan yang dihasilkannya.
"Aku enggak pernah anggap semua ini pencapaian. Dari awal, aku bukan tipikal yang bisa mempromosikan ini. Aku sadar tidak sepandai itu untuk melakukannya. Jadi, biarlah ini berkembang dengan sendirinya. Kalau kelak bisa diingat orang, biarlah ini menjadi gagasan yang selalu diingat," tandasnya.