Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Keluarga Ungkap Kondisi Terakhir Gunawan Maryanto Sebelum Meninggal Dunia
7 Oktober 2021 13:47 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Seniman Gunawan Maryanto mengembuskan napas terakhirnya di usia 45 tahun. Seniman teater, aktor dan juga penulis ini meninggal dunia di Rumah Sakit Ludira Husada, Kota Yogyakarta, pada Rabu (6/10) pukul 20.00 WIB karena serangan jantung.
ADVERTISEMENT
Menurut salah satu keluarganya, pemeran Wiji Thukul dalam film Istirahatlah Kata-Kata ini sempat dilarikan ke rumah sakit pada pukul 4 sore. Tim dokter pun telah berusaha memberikan pertolongan hanya saja nyawa Gunawan tak lagi dapat diselamatkan.
"Mas Gunawan Maryanto ini kemarin sekitar jam 16.00 WIB dibawa ke RS Ludira Husada dalam kondisi diagnosis dari dokter kena serangan jantung. Kemudian dengan berbagai tindakan yang sudah dilakukan oleh dokter, dipacu (jantung) sampai akhirnya di sekitar jam 20.00 WIB, almarhum tidak bisa tertolong," kata kakak sepupu Gunawan, Agus Basuki (52) ditemui di rumah duka di Karangmalang, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Kamis (7/10).
Rencananya Gunawan akan dimakamkan siang ini di Tempat Pemakaman Umum (TPU) tak jauh dari rumah duka.
Sosok Gunawan Maryanto di Mata Keluarga
Dalam kesempatan itu, Agus mengatakan bahwa semasa hidup, Gunawan yang akrab disapa Cindhil ini memang lekat dengan dunia teater. Saat masih kelas 5 SD dan tinggal di Karangmalang, Gunawan membentuk grup teater bersama rekan sepantaran bernama Teater Lasamba.
ADVERTISEMENT
"Kami merasa kehilangan betul, mas Gunawan ini sosok yang sebenarnya semenjak kecil itu sudah menghidupkan teater di kampung. Namanya saat itu teater Lasamba," katanya.
Saat kelas 5 SD, Gunawan bahkan sudah menjadi sutradara. Pentasnya masih sederhana, dari SD satu ke SD lainnya. Ketika sekolah menggelar perpisahan, Gunawan dan rekan-rekannya unjuk gigi.
"Atau kadang di masjid ketika peringatan hari besar. Itu teaternya mas Gunawan ini diminta untuk pentas mengisi saat menunggu pengajian," ujarnya.
Sejak kecil, kehidupan Gunawan sepenuhnya diserahkan kepada teater. Jiwa seni ini menurun dari sang bapak yang kerap tampil di pentas ketoprak meski di level kampung.
"Dia termasuk membuat tema-tema maupun judul di dalam teater itu dipentaskan walaupun cuma di emperan masjid, kemudian mengisi acara ketika di SD dulu ada perpisahan di sekolah dari situ sebenarnya sudah nampak," katanya.
Secara akademik, Gunawan pun dikenal sebagai sosok yang menonjol. Dia sempat berkuliah di Fakultas Sospol UGM dan Sastra Jawa UGM. Namun, pada akhirnya jiwanya tetap di teater dan bergabung dengan Teater Garasi.
ADVERTISEMENT
"Mungkin pada saat itu tidak merasa cocok dengan dunianya akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan di dua jurusan di UGM itu dan memilih kehidupan teater itu sebagai jalan untuk meniti karirnya," ujarnya.
"Dari sisi prestasi yang saya tahu terakhir memerankan sebagai tokoh Wiji Thukul dan itu yang kemudian melambungkan nama mas Wawan barangkali di event-event nasional terutama di event teater atau puisi dan seni-seni lain," katanya.
Teman Kecil Kenang Gunawan Maryanto
Sementara itu, Muryanto (49) rekan masa kecil Gunawan, mengatakan bahwa Gunawan kerap pula tampil membacakan puisi saat kecil, misalnya lomba Sanata Dharma.
"Kita buat sanggar kecil-kecilan Sanggar Lasamba. Totalitas dengan seni itu. Pure total dengan dunia seni," katanya.
"Kelas 5 dia sudah jadi sutradara anak-anak, pentas anak-anak di kampung dipanggil, di kampung lain juga. Karena mungkin talentanya sudah mulai muncul terasah dari kelas 5 SD," bebernya.
Prestasi Gunawan Maryanto salah satunya memenangkan kategori Pemeran Utama Pria Terbaik di FFI 2020 berkat film Hiruk Pikuk Si Al-Kisah.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2017, melalui perannya sebagai Wiji Thukul di film Istirahatlah Kata-Kata, Gunawan mendapat penghargaan kategori pemeran pria terbaik di Usmar Ismail Award.
Gunawan lahir di Yogyakarta 10 April 1976. Semasa hidupnya, ia juga pernah bergabung di Teater Garasi sebagai Associate Artistic serta mengelola Indonesia Dramatic Reading Festival selaku penata program.