Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Karena itu, mari kilas balik perjalanan karier Daft Punk . Perjalanan karier mereka membuktikan bahwa awal yang sangat buruk bisa berubah menjadi pencapaian luar biasa.
1. Darlin', Beach Boys, dan Review yang Buruk
Guy-Manuel de Homem-Christo dan Thomas Bangalter sudah menjadi sahabat sejak sama-sama bersekolah di Lycée Carnot, Paris, Prancis. Mereka lalu bertemu dengan Laurent Brancowitz dan membuat band rock bernama Darlin' pada 1992.
Darlin' banyak meng-cover lagu-lagu dari Beach Boys. Namun, setelah 6 bulan berdiri dan membuat total 4 lagu, band itu bubar.
Kala itu, lagu-lagu Darlin' diberi review buruk oleh Dave Jennings dari majalah Melody Maker. Jenning mendeskripsikan musik Darlin' seperti perpaduan musik punk dan thrash yang berantakan atau 'Daft punky thrash'.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, Darlin' bubar pada 1993 dan Brancowitz pun membentuk band Phoenix. Sementara, Bangalter dan Homem-Christo mengambil review buruk dari Jennings sebagai nama grup musik dan Daft Punk pun tercipta.
2. Homework: Pembaruan Eurodance
Sebagai Daft Punk, Bangalter dan Homem-Christo banyak bermain-main dengan musik elektronik, drum elektrik, dan synthesizer. Mereka pun membuat lagu bertajuk The New Wave yang kemudian dirilis oleh Soma Quality Recordings.
The New Wave lalu berkembang menjadi lagu Alive yang saat ini dikenal sebagai salah satu hit single dari album Homework. Setelah merampungkan single Da Funk dan Around The World, Daft Punk direkrut oleh Virgin Records pada 1996.
Akhirnya, album Homework yang berisikan 16 lagu rampung digarap pada 1997. Album itu bisa dikatakan sebagai kompilasi karya-karya Daft Punk sejak 1993 sampai 1997.
ADVERTISEMENT
Di masa ini, Daft Punk masih sangat sering tampil tanpa menggunakan kostum. Namun, di beberapa kesempatan, mereka memang nampak tampil mengenakan topeng hantu Jepang atau Hannya Mask.
Meski belum menemukan gaya yang sesuai, musik Daft Punk sudah berhasil menyita perhatian banyak pecinta musik EDM di masa itu. Bahkan, banyak kritikus mengatakan bahwa Daft Punk berhasil membawa pembaruan pada skena musik Eurodance.
3. Discovery, Topeng Robot, dan Penyakit Thomas Bangalter
Pada 1999, Daft Punk mulai kembali masuk studio rekaman untuk menghasilkan album Discovery. Di album itu, dihasilkan beragam musik synthpop/disco funk yang terus melekat pada identitas Daft Punk hingga kini.
Di masanya, banyak penggemar tidak mengira, Daft Punk akan banyak mengambil sample dari musisi-musisi funk dan new wave di akhir era '70-an dan awal '80-an. Lebih mengejutkannya lagi, Daft Punk hadir dengan sebuah kostum robotik yang unik.
ADVERTISEMENT
Bangalter dan Homem-Christo nampak mengenakan sebuah topeng silver yang mirip seperti tokoh di film-film sci-fi, seperti Tron dan Star Wars. Ini pun menjadi gaya khas yang membuat Daft Punk berbeda dari banyak DJ/produser EDM lain di dunia.
Album Discovery pun sukses menghasilkan banyak single hits, seperti Digital Love, Harder, Better, Faster, Stronger, dan One More Time. Mereka juga berhasil memenangkan dua piala Grammy Awards.
Bermula dari kesuksesan album tersebut, Daft Punk memberanikan diri untuk memproduksi sebuah film animasi bertajuk Interstella 5555: The 5tory of the 5ecret 5tar 5ystem. Keseluruhan OST dari film itu diambil dari album Discovery.
Namun, di tengah kejayaan ini, Thomas Bangalter justru mengidap tinnitus atau penyakit gendang telinga. Hal itu pun membuat Daft Punk semakin jarang tampil di club.
ADVERTISEMENT
4. Human After All dan Film Electroma
Album ketiga Daft Punk, Human After All, rilis pada 2005. Meski banyak kritikus menilai Daft Punk terlalu terburu-buru dalam merampungkan album itu, ada banyak hit single yang dihasilkan, seperti Robot Rock, Technologic, Human After All, dan The Prime Time of Your Life.
Bukan cuma album, di masa ini dibuat juga sebuah film bertajuk Electroma yang diputar pertama kali di Cannes Film Festival. Ini adalah film yang disutradarai sendiri oleh Bangalter dan Homem-Christo.
Satu-satunya tur besar Daft Punk pun terjadi di era ini. Dengan tajuk The Alive 2006/2007, Daft Punk tampil di berbagai festival besar, mulai dari Coachella, Summer Sonic Festival, hingg Lollapalooza in Chicago.
ADVERTISEMENT
Tur tersebut mereka tutup dengan secara mengejutkan tampil di Grammy Awards 2008. Beberapa saat setelahnya, Daft Punk bersama Kanye West merilis lagu Stronger, remix dari single Harder, Faster, Better, Stronger.
5. Tron Legacy
San Diego Comic-Con 2009 menjadi momen bersejarah dalam perjalanan karier Daft Punk. Sebab, di perhelatan itu, diberitahukan bahwa Daft Punk membuat 24 komposisi lagu untuk film Tron: Legacy.
Ini pun menjadi proyek yang sangat besar. Karena, Daft Punk sendiri bekerja sama dengan tim orkestra Joseph Trapanese untuk menghasilkan lagu-lagu yang secara apik memadukan unsur klasik dan elektronik.
Sukses membawa banyak dampak positif di industri musik dunia, pemerintah Prancis memasukkan Daft Punk ke Ordre des Arts et des Lettres pada 2010. Sejak saat itu, mereka menjadi DJ yang memiliki gelar kesatria resmi dari kerajaan Prancis.
ADVERTISEMENT
6. Random Access Memories dan 4 Piala Grammy Awards
Album Random Access Memories rilis pada 2013. Album itu langsung menjadi sensasi yang sangat luar biasa di berbagai belahan dunia.
Untuk merampungkannya, Daft Punk dibantu oleh banyak musisi, mulai dari Paul Williams, Nile Rodgers, Giorgio Moroder, dan Pharrell Williams. Kritikus menilai, Daft Punk telah berhasil menciptakan sebuah mahakarya yang mungkin takkan ada lagi di masa depan.
Melalui album ini, Daft Punk memenangkan total 4 piala di Grammy Awards. Get Lucky menjadi salah satu lagu yang paling fenomenal dari album ini.
Daft Punk pun membuat film dokumenter bertajuk Daft Punk Unchained pada 2015. Di film itu ada berbagai wawancara dengan figur-figur yang pernah bekerja sama dengan Daft Punk, seperti Kanye West, Pharrell Williams, dan Nile Rodgers.
ADVERTISEMENT
7. Proyek terakhir dan Epilogue
Setelah sukses dengan Random Access Memories, Daft Punk sempat bekerja sama dengan The Weeknd di dua single, Starboy dan I Feel It Coming. Bahkan, Daft Punk bersama The Weeknd sempat tampil di Grammy Awards 2017.
Namun, sejak 2017, Bangalter dan Homem-Christo memang mulai sering membuat proyek solo dan memproduseri beberapa artis. Banyak fans mulai mengendus adanya perpecahan di tubuh Daft Punk.
Terakhir, pada 2020, Daft Punk dikatakan akan mengisi OST dari film karya sutradara Italia, Dario Argento. Namun, sudah dikonfirmasi bahwa kabar itu adalah hoaks.
Ujungnya, pada 22 Februari 2021, Daft Punk merilis video bertajuk Epilogue. Ini pun menandakan akhir perjalanan 28 tahun karier Daft Punk.
ADVERTISEMENT