Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Dunia dihebohkan akan kabar meninggalnya salah seorang penyanyi yang namanya begitu melambung di tahun 90-an, Tommy Page, pada Jumat (3/3).
ADVERTISEMENT
Billboard mengabarkan, kematian Page diduga karena bunuh diri. Kabar ini berawal dari seorang jurnalis yang bernama Michael Musto yang menulis sebuah status di media sosialnya.
Dalam statusnya berisi tentang penyanyi 'A Shoulder to Cry On' tengah mengalami depresi dan ditemukan meninggal dunia pada 3 Maret 2017. Namun tak lama kemudian, Musto menghapus status tersebut untuk menghargai pihak keluarga yang sedang berduka.
Thomas Alden Page, lahir di Glen Ridge, New Jersey, pada 24 Mei 1970. Page lulus dari James Caldwell High School pada tahun 1985 di usianya yang masih 15 tahun.
Perjalanan kariernya di industri musik dimulai ketika ia berusia 16 tahun. Kala itu, Page hanyalah seorang petugas ruang ganti di sebuah kelab malam terkenal di New York bernama Nell's. Tugasnya merapikan jas-jas dari bintang terkenal seperti Whitney Houston, Rob Lowe, dan Beastie Boys.
ADVERTISEMENT
Semua berubah ketika ia diminta untuk membuat sebuah demo rekaman untuk House DJ di klub tersebut. Kemudian demo tersebut dijadikan sebagai bagian campuran dari lagu yang biasa dimainkan di kelab itu.
Suaranya ternyata begitu mempesona, sehingga Page akhirnya dikenalkan dengan seorang pendiri Sire Record bernama Seymour Stein. Produser label ini sebelumnya telah mengorbitkan penyanyi terkenal seperti Madonna dan The Ramones.
Ketika usianya memasuki 18 tahun, Page diminta untuk menulis theme song dari film 'Shag', yang kemudian dirilis menjadi single pertamanya. Album perdana tersebut dirilis oleh Sire/Warner Bross Records pada November 1988 dengan hits yang terkenal 'A Shoulder to Cry On'. Namanya mulai melambung setelah itu.
Menyusul album pertamanya, Page kembali merilis album di tahun 1990 berjudul 'Paintings in My Mind' yang didedikasikan untuk nenek tercinta. 'I'll be Your Everything' menjadi single nomor satu di Amerika Serikat kala itu.
ADVERTISEMENT
Selang setahun, Page kembali merilis album ketiganya. Mengikuti di tahun-tahun belakangnya, Page selalu merilis album hampir tiap tahun, yang membuat memiliki banyak penggemar yang mencintainya, termasuk dari Indonesia. Page dikenal dengan lagu-lagunya yang sentimental dan wajahnya yang rupawan.
Hingga kematian menjemput, ia berhasil menciptakan 7 buah album, yaitu 'Tommy Page', 'Painting in My Minds', 'From the Heart', 'A Friend to Rely On', 'Time', 'Loving You', dan 'Ten 'til Midnight'.
Setelah sukses menjadi seorang eksekutif di Warner Bross, Page turut andil dalam pembentukan karier musisi lainnya seperti Michael Buble, Alanis Morissette, Josh Groban, David Foster, dan juga Green Day.
Pada tahun 2010, Page meninggalkan Warner Bross dan beralih ke Billboard. Kemudian di tahun 2013, ia meninggalkan Billboard untuk bergabung dengan Pandora, dan akhirnya di tahun 2015 ia resmi menjadi bagian dari Cumulus Media.
ADVERTISEMENT
Pada di tahun ini pula, Page merilis sebuah single berjudul 'I Break Down 2015', dengan versi yang lebih lambat dari yang aslinya, pada tahun 1990.
Page pergi untuk selamanya meninggalkan seorang pasangan yang bernama Charlie, dan juga tiga orang anak angkat mereka.
Selamat jalan, Tommy Page!