Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Kilas Balik Perjalanan Karier Aktor Tino Saroengallo
27 Juli 2018 14:23 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Aktor sekaligus sineas Tanah Air Tino Saroengallo meninggal dunia pada hari ini, Jumat (27/7) di kediamannya di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan. Tino mengembuskan napas terakhirnya di usia 60 tahun karena penyakit kanker kandung kemih yang sudah dideritanya selama 2 tahun belakangan.
ADVERTISEMENT
Nama Tino mungkin cukup asing di telinga masyarakat, namun di industri perfilman Tanah Air dikenal oleh para selebriti seperti Wulan Guritno dan Ferry Salim, serta sutradara Joko Anwar. Mereka pun menyampaikan ucapan dukanya lewat media sosialnya masing-masing.
Tino merupakan lulusan dari Fakultas Sastra Jurusan Asia Timur Program Studi Cina, Universitas Indonesia, pada 1986. Setahun kemudian, ia memulai kariernya di bidang jurnalistik dan menjadi reporter di sejumlah majalah seperti 'Mutiara', 'X’tra', dan 'Jakarta-Jakarta'.
Sementara kariernya di industri perfilman dimulai pada tahun 1990-an dan Tino memang lebih banyak bertindak sebagai manajer produksi maupun Production Supervisor. Beberapa film yang digarapnya, yakni 'Victory' (1995), 'Last To Surrender' (1999), 'Pasir Berbisik' (2001), 'Ca-bau-kan' (2002), 'The Fall' (2006), 'Eat, Pray, Love' (2010), dan 'The Philosophers' (2013).
Pria kelahiran Jakarta 10 Juli 1958 itu juga pernah tampil sebagai pemeran pendukung dan figuran di lebih dari 10 film, di antaranya 'Petualangan Sherina' (2000), 'Arisan' (2003), 'Pesan Dari Surga' (2006), 'Tri Mas Getir' (2008), 'Pintu Terlarang' (2009), 'Soedirman' (2015), 'Alif Lam Mim' (2015), dan 'Night Bus' (2017).
ADVERTISEMENT
Dalam film 'Night Bus' yang diproduseri oleh Darius Sinathrya dan Teuku Rifnu Wikana ini, Tino Saroengallo berperan sebagai Basir, seorang penjahat sekaligus pemimpin gerakan militer radikal di Aceh.
Karya-karyanya di industri perfilman juga mendapatkan sejumlah penghargaan, seperti peraih Film Pendek Terbaik dalam Asia Pacific Film Festival ke-47 di Seoul pada Oktober 2002, Piala Citra untuk kategori Film Dokumenter Terbaik dalam Festival Film Indonesia di Jakarta pada 2004, Apresiasi Film Indonesia 2016 untuk Film Dokumentar Panjang pada tahun 2006, dan Piala Maya untuk kategori Film Dokumenter Umum pada tahun 2017.
Ia juga pernah menulis sejumlah buku dan beberapa sudah diterbitkan ulang, di antaranya 'Dongeng Sebuah Produksi Film: Dari Sudut Pandang Manajer Produksi' (2008 & 2011), 'Ayah Anak, Beda Warna! Anak Toraja Kota Menggugat' (2008 & 2010), 'Dokumenter: Dongeng Produksi Film (Asing) di Indonesia dari Sudut Pandang Manajer Produksi' (2015), dan 'Pantja-sila: Cita-cita & Realita' (2016)
ADVERTISEMENT
Kini, karya-karya Tino di perfilman Tanah Air hanya dapat dikenang.
Rencananya, jenazah Tino Saroengallo akan dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, setelah asar pada hari ini.