Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
29 Ramadhan 1446 HSabtu, 29 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Kilas Balik Perjuangan Kinal Jadi Member 'JKT48'
8 Maret 2018 16:49 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB

ADVERTISEMENT
Sebagian besar orang melewati masa-masa sulit penuh perjuangan sebelum mencapai sebuah keberhasilan dan kesuksesan. Demikian pula yang dialami oleh Devi Kinal Putri, member idol group JKT48.
ADVERTISEMENT
Sejak kecil, perempuan kelahiran Bandung, 2 Januari 1996 itu doyan bermain. Meski gemar menari, Kinal juga tak pernah menekuninya dengan sungguh-sungguh.
Perjalanan kariernya di dunia hiburan Tanah Air diawali ketika Kinal mengikuti audisi untuk menjadi member JKT48. Kala itu, ia masih duduk di kelas 2 SMA.
"Aku kan memang dulu suka nonton grup-grup kayak gitu. Terus teman aku nawarin, 'Mau enggak, jadi kayak gitu?' Aku pikir, wah, boleh juga," ucap Kinal ketika bertandang ke kantor redaksi kumparan (kumparan.com) baru-baru ini.

Kinal sesungguhnya tak benar-benar ingin menjadi anggota idol group. Ia hanya menjajal keberuntungan saat mengikuti audisi tersebut.
"Aku masukin fotonya asal-asalan, maksudnya foto empat bulan yang lalu, enggak sama kayak aslinya karena sudah potong rambut. Memang benar-benar coba-coba aja," ungkap Kinal diselingi tawa.
ADVERTISEMENT
"Waktu itu, aku dites nyanyi dan nari. Sebenarnya mereka tanya, 'Seberapa pengin sih, kamu (menjadi member JKT48)?' Menurut mereka, kalau pengin, pasti bisa. Terus, ternyata masuk (lolos audisi)," lanjutnya.
Perjuangan keras Kinal justru baru dimulai setelah ia lolos audisi JKT48. Meski belum resmi menjadi member, ia diwajibkan mengikuti latihan selama kurang-lebih sebulan.

Padahal, member Team J itu tinggal di Bandung. Alhasil, ia harus bolak-balik Bandung-Jakarta setiap harinya demi tetap bersekolah sembari menjalani karier di dunia hiburan.
"Menurut aku, homeschooling itu enggak seru. Aku kan orangnya sosial banget ya, aku tuh main terus kan. Jadi, karena aku sekolahnya di Bandung, setiap hari harus bolak-balik ke Jakarta," tutur Kinal.
"Misal baru balik dari Jakarta pukul 02.00 WIB, pukul 06.00 WIB sudah di sekolah, habis itu pukul 15.00 WIB ke Jakarta lagi. Setiap hari kayak gitu," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Lantaran mobilitas yang begitu tinggi itu, Kinal kerap kelelahan. Ia pun sering absen dan ketinggalan pelajaran.

"Pas sekolah, aku juga absennya banyak banget. Aku harus ngejar (ketinggalan pelajaran) terus, ngerjain tugas kayak enggak ada waktu istirahat. Alhamdulillah, nilai aman," ujarnya.
Yang paling memberatkan Kinal adalah ketidaksetujuan orang tua akan pilihannya itu. Meski tetap tak membiarkan putri mereka berjuang sendirian, ayah dan ibunya sempat meminta Kinal untuk menyudahi perjuangan tersebut.
"Dulu orang tua enggak terlalu mendukung. Waktu itu, malah belum JKT48, masih training satu bulan. Kata ayah, 'Ngapain cuma latihan doang harus ke Jakarta. Belum tentu terkenal atau enggak.' Jadi, mereka enggak setuju awal-awal," beber Kinal.
"Orang tua kan juga capek nganterinnya. Bahkan, kecelakaan aja pernah. Ibu aku nganterin, dia sudah ngantuk banget. Mobil mogok atau apa juga pernah," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Namun, Kinal tak lantas putus asa. Ia tetap bersemangat menjalani proses tersebut sembari terus pulang-pergi Bandung-Jakarta selama sekitar satu setengah tahun hingga lulus SMA.
"Aku mikirnya, 'Enggak (menyerah) deh, harus bisa. Kemarin sudah dibilang begitu sama ayah, masa enggak bisa buktiin?' Jadi, aku benar-benar usaha sampai akhirnya sekarang udah lumayan di JKT48. Orang tua juga mendukung sih, sekarang," ucapnya sembari tersenyum.
Kini, perjuangan Kinal memang telah berbuah manis. Terlebih, ia tetap mampu menyelesaikan pendidikan tinggi dan meraih gelar Sarjana Humaniora tanpa meninggalkan kariernya sebagai member JKT48.
Anak ketiga dari empat bersaudara itu mengaku belum puas. Bagi Kinal, perjuangannya dulu belum sepenuhnya terbayarkan.
"Sebenarnya, buat aku belum ya, karena ekspektasi aku, aku masih pengin lebih (sukses) lagi. Apalagi, kalau ingat masa lalu, ingat orang tua aku, nyetir tiap hari, tiap malam, terus kadang aku makan disuapin karena aku sudah kecapekan banget," ujar Kinal.
ADVERTISEMENT
"Cuma, senang, sih. Kadang lucu aja. Gila, dulu semangat banget sampai benar-benar kayak enggak ada kata capek. Aku juga enggak pernah sakit. Mikirnya, kuat banget ya dulu," tandasnya.