Kisah Nurhasanah, 24 Tahun Jadi Pengisi Suara Doraemon

17 Januari 2017 7:18 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Doraemon (Foto: Dok. Facebook Doraemon US)
zoom-in-whitePerbesar
Doraemon (Foto: Dok. Facebook Doraemon US)
Doraemon! Kehadirannya begitu dinantikan setiap pecinta kartun di hari Minggu. Mulai dari anak-anak, sampai orang dewasa. 
ADVERTISEMENT
Doraemon seolah menjadi sahabat dari masa ke masa. Suara khas Doraemon yang sering menyebutkan kalimat 'baling-baling bambu' sangat populer di telinga masyarakat Indonesia. Mungkin masih ada yang penasaran, siapa sih yang berada di balik suara kucing bertubuh tambun ini? Pengisi suara di film atau serial kartun memiliki peran penting, untuk memudahkan penonton mengikuti alur cerita dalam bahasa Indonesia.
Nurhasanah Pengisi suara Doraemon. (Foto: Dok.Nurhasanah)
zoom-in-whitePerbesar
Nurhasanah Pengisi suara Doraemon. (Foto: Dok.Nurhasanah)
Kepada kumparan, Nurhasanah (58), sang pengisi suara karakter Doraemon, menceritakan kisahnya. Hari-hari perempuan berhijab ini diisi dengan bekerja sebagai seorang penyiar di Radio Republik Indonesia (RRI) dan mengisi program sandiwara radio. Dari situ Nur mulai mengenal dunia sulih suara hingga akhirnya bertahan menjadi pengisi suara Doraemon, sampai sekarang.
"Saya bekerja di RRI mulai tahun 1982 disana saya mulai mengisi sandiwara radio. Setelah itu isi suara untuk telanovela Rama dan Baratha yang versi lama. Nah, perjalanan waktu teman saya mulai mengenalkan soal Doraemon," ungkapnya. 
ADVERTISEMENT
Menurut Nur, saat pertama kali Doraemon tayang di RCTI, ia tidak langsung menjadi pengisi suaranya. Sebelumnya sudah ada seorang teman Nur yang 'menghidupkan' karakter Doraemon. Sampai akhirnya di tahun 1993, tawaran menjadi dubber Doraemon menghampiri Nur. 
"Teman saya yang sudah menjadi dubber Shizuka tiba-tiba bertanya 'bisa nggak ngomong kayak Doraemon?' saya tanya balik, 'memangnya kenapa?' Trus dia minta saya untuk mencoba dulu." 
Saat itu masalah terbesar Nur adalah sama sekali belum mengetahui soal Doraemon, hingga ia diminta terlebih dulu menonton kartun tersebut di layar kaca. "Teman saya bilang nonton dulu deh setiap hari minggu jam 8 pagi di RCTI," kata Nur yang akhirnya mengambil tawaran untuk dubber kucing ajaib tersebut.
ADVERTISEMENT
Seperti Memanggil Tukang Sayur.
Menjadi dubber bukanlah perkara mudah. Setidaknya itu yang dirasakan oleh Nur. Ia mulai mengasah bakatnya menjadi seorang dubber secara otodidak, dimulai dari membawakan sandiwara radio sampai akhirnya berlanjut ke telanovela dan film India. 
"Kalau di sandiwara itu kan pendengaran yang diuji, jadi kita harus baca intonasi yang tepat. Kalau nangis ya nangis, marah ya marah. Saat berlanjut ke film saya sempat bingung sih karena kan beda. Di film harus melihat ekspresi wajah seperti apa. Akhirnya saya diajarin untuk baca teks, hapalin, terus baru mata juga fokus lihat ke TV (gambar) terus balik lagi ke teks," ujarnya. 
Dari situ Nur semakin terlatih. Baginya harus memiliki niat yang kuat untuk bisa masuk dalam sebuah karakter. Bahkan untuk menjadi pengisi suara film juga dibutuhkan penjiwaan yang kuat dan tingkat konsentrasi tinggi, "Apalagi kalau India kan nangis terus ya? he..he.. maka saya pun harus ikutan nangis supaya masuk ke karakter," jelasnya lagi. 
ADVERTISEMENT
Dubber kartun Doraemon. (Foto: Dok. Pribadi Bimasakti)
zoom-in-whitePerbesar
Dubber kartun Doraemon. (Foto: Dok. Pribadi Bimasakti)
Meski sudah lama berkecimpung sebagai pengisi suara sandiwara radio dan film, namun Nur tetap harus melewati serangkaian tes untuk menjadi dubber Doraemon. Salah satunya tes suara.
"Jadi dibikinin naskah dulu terus saya disuruh bilang 'hai baling-baling bambu' pas didengerin (bos) dibilang 'jangan kayak manggil tukang sayur' ha...ha.... akhirnya dicoba lagi pakai musik, baru deh pas," kenangnya. 
Pengisi suara kartun Jepang Doraemon (Foto: Dok. Pribadi Bimasakti)
zoom-in-whitePerbesar
Pengisi suara kartun Jepang Doraemon (Foto: Dok. Pribadi Bimasakti)
Di pertengahan tahun 2006, pengisi suara Doraemon sempat mengalami pergantian. Selama hampir satu tahun lebih ibu dari tiga anak ini sempat vakum sebagai pengisi suara Doraemon. "Suka ada yang tanya 'kok kayaknya suara Doraemon sekarang beda ya' Mungkin orang-orang beda pendengarannya ya, biasa suaranya besar terus kecil. Orang-orang jadi komplain nanya apa itu suaranya diganti. Saya sih bilang mungkin versi baru. Saat itu kalau disuruh kembali ya mau aja sih." 
ADVERTISEMENT
Selama vakum, Nur sempat menjadi pengisi suara untuk cerita anak, namun baru beberapa episode suara Nur dianggap berubah, hingga ia tak lagi melanjutkan untuk mengisi suara cerita anak. Rezeki Nur memang ada di Doraemon. Dia diminta bergabung lagi.
"Ya sudah saya balik lagi. Mungkin kalau sudah rezeki nggak ke mana ya. Saya kembali rekaman untuk Doraemon."
Tidak Ada Pantangan Makan.
Kembali menjadi pengisi suara Doraemon membuat aktivitas Nur semakin padat. Biasanya dalam satu hari Nur akan menjalani rekaman suara untuk kebutuhan tiga episode. Jadwal rekaman pun tergantung dari naskah yang telah diterima. 
"Semua soalnya tergantung naskah. Seminggu bisa sekali untuk 3 episode langsung. Biasanya dari jam 10 pagi sampai sore, sudah dipotong waktu istirahat dan salat," katanya. 
ADVERTISEMENT
Biasanya untuk rekaman, tak jarang Nur bergabung dengan pengisi suara lain seperti Shizuka, Nobita, Gian, maupun Suneo. "Karena kalau satu-satu bisa keteteran. Jadi kalau sudah ngumpul, suka jumping gitu, misal aku pagi, nanti ada lagi jam 4 sore," lanjutnya. 
Meski terkadang rasa lelah menghampirinya, namun Nur tak mengeluh. Ia sangat menikmati profesinya ini. Hanya saja wanita kelahiran 20 Mei 1958 ini harus benar-benar menjaga kualitas suaranya.
Lalu adakah makanan yang dipantangnya? Gorengan misalnya. "Ha ha ha siapa sih yang nggak suka kalau lihat gorengan? pasti dimakan 'kan? Kalau saya sih gorengan ya makan, minus es ya minum. Cuma kalau lagi sakit flu saja jadi sedikit terganggu. Kayak kemarin baru sakit flu, jadi ya rekaman harus diundur, soalnya suara juga habis. Tapi sekarang sudah mendingan sih," ungkapnya. 
ADVERTISEMENT
Panggilan Sayang dari Cucu
Setelah hampir 24 tahun sukses membawakan karakter Doraemon, Nur mendulang rezeki cukup banyak dari profesinya ini. Apalagi hampir setiap tahun kontrak Nur diperpanjang oleh IMMG, rumah produksi film kartun Doraemon. 
Sayang Nur enggan untuk mengungkap besaran nominal yang didapatnya saat ini. "Pastinya sih beda ya kalau dibandingkan pertama kali," ujarnya dengan tersipu. 
Namun profesi ini tak hanya bicara soal honor. Menjadi dubber Doraemon juga membawa Nur banyak dikenal masyarakat luas. Terutama anak-anak. Ia pun menyukai hal tersebut. Keluarga juga mendukungnya untuk terus berkarier.
"Senang sih ya rasanya. Anak-anak juga senang sama Doraemon. Apalagi waktu anak-anak saya kecil dan masih sekolah mereka tahu mamanya pengisi suara Doraemon. Teman-teman mereka suka suruh saya ngomong kaya Doraemon gitu.  Keluarga juga mendukung sih, apalagi saya suka ajak cucu juga kalau lagi diundang di acara tv," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Nurhasanah pengisi suara Doraemon (Foto: dok pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Nurhasanah pengisi suara Doraemon (Foto: dok pribadi)
Melihat sang nenek sering wara-wiri di layar kaca sebagai bintang tamu, kedua cucu Nur pun memiliki panggilan sayang. "Mereka bukan panggil saya eyang, tapi mama Emon," lanjutnya sambil tertawa.
Sekarang, Nur yang telah pensiun dari RRI sejak 2016 lalu hanya menikmati hari-harinya sebagai pengisi suara Doraemon. Saat disinggung apakah ia masih mau menerima tawaran dubber untuk acara lain, Nur menjawab.
"Nggak kayaknya. Fokus di Doraemon saja sambil ngurus cucu di rumah. Saya sudah tua juga jadi capek kalau harus ngisi yang lain juga. Ini (Doraemon) saja," katanya.
Nur tak lupa memberikan tips bagi para generasi muda yang ingin mengikuti jejaknya sebagai dubber.
"Pokoknya kalau mau mencoba datang saja. Asal kita mau belajar, jangan malas baca. Selama ada niat 'pasti gue bisa', dan mau belajar pasti bisa. Jangan patah semangat."
ADVERTISEMENT