Koleksi Motor-motoran, Mang Saswi Suka Rebutan dengan Anak

Mang Saswi di tamu kumparan (Foto: Garin Gustavian/kumparan)

Aktor sekaligus komedian, Sasongko Widjanarko atau dikenal sebagai Mang Saswi memiliki hobi untuk mengumpulkan figure atau pajangan motor-motoran.

Ia mulai gemar mengumpulkan figure-figure tersebut karena sang anak juga senang untuk mengumpulkannya.

"(Mulai ngumpulin figure) Sekitar sebenarnya dari tujuh tahun yang lalu. Cuma baru bergerak lagi tiga tahun yang lalu cari lagi," ungkapnya ketika dijumpai kumparan (kumparan.com) beberapa waktu lalu.

Karena memiliki hobi yang sama dengan sang anak, pria berusia 46 tahun tersebut mengaku sering rebutan figure motor dengan anaknya tersebut.

"Nah itu, kadang-kadang saya maunya jangan buka bungkusnya, terus anak lihat, pasti minta dibuka, jadi ya sudah mau enggak mau dibuka bungkusnya," kata Mang Saswi.

Lebih lanjut, pemain film 'Hongkong Kasarung' tersebut bercerita bahwa sebenarnya harga figure motor tersebut akan menjadi mahal apabila bungkusnya masih utuh tak terbuka.

"Harganya murah sebenarnya paling Rp 100 sampai 150 ribu paling mahal. Belinya murah paling Rp 50 ribu, ada yang Rp 24 ribu juga. Kalau yang motornya ukurannya agak gede itu enggak sampai 100 ribu," kata Mang Saswi.

Mang Saswi di tamu kumparan (Foto: Garin Gustavian/kumparan)

"Tapi konon katanya kalau dijual nanti kalau udah bertahun-tahun dan bungkusnya masih ada, itu bakal jadi mahal, karena orang nyari di situ bungkusnya yang sudah enggak keluar lagi modelnya, kalau masih terbungkus rapi jadi mahal itu barang," lanjutnya.

Hingga saat ini, jumlah koleksi figure motor dan mobil milik Mang Saswi sudah mencapai ratusan jumlahnya. Ia bahkan memiliki tempat khusus untuk menyimpan koleksi kesayangannya tersebut.

Saking sukanya dengan figure motor, ia juga tak segan untuk mencari barang dengan model yang langka hingga ke luar negeri.

"Pas ke luar (negeri) juga kadang-kadang nitip, terus ke luar juga nyari. Itu juga kalau enggak ada dan modelnya sangat jarang. 'Kan kadang ada yang dijual di Indonesia karena tahu laku, terus penjualnya itu justru disimpan. Jadi yang bagus-bagus disimpan terus di etalase yang biasa aja," tandasnya.