Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
ADVERTISEMENT
Kalimat ‘lu punya duit, lu punya kuasa’ yang dilontarkan konten kreator Bayem Sore viral beberapa waktu lalu. Perkataan itu disampaikan Bayem dalam podcast berjudul ‘Tentang Manusia dan Akalnya - Bayem Sore’ yang diunggah di kanal YouTube Seadanya setahun lalu.
ADVERTISEMENT
Dosen Filsafat di Universitas Parahyangan Syarif Maulana mengatakan konten Bayem Sore viral karena relate dengan sejumlah orang.
“Nongkrong-nongkrong seperti itu, kan, dilakukan banyak orang, lalu ngobrol agak mendalam, ngomongin pencarian jati diri, ngomongin sikap hidup,” kata Syarif kepada kumparan, belum lama ini.
Obrolan-obrolan tongkrongan seperti yang dilakukan Bayem, menurut Syarif, jarang direkam untuk dijadikan konten di media sosial. “Tapi pas ada rekamannya, mungkin orang diam-diam bilang, 'sebenarnya gue juga kayak gitu',” tuturnya.
Alasan Konten Bayem Sore Viral
Sementara itu, pengamat sosial Universitas Indonesia Devie Rahmawati mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan konten Bayem viral. Pertama, dari sisi orisinalitas. Kemudian konten tersebut relate untuk sejumlah orang.
“Satu yang menjadi keunggulan dari konten tersebut adalah soal orisinalitas atau otentisitas. Gayanya orisinal. Ini mewakili kelompok-kelompok anak tongkrongan,” ucap Devie.
ADVERTISEMENT
Sisi orisinalitas tersebut, menurut Devie, menjadi pembeda konten Bayem dengan konten-konten lain di media sosial. “Betul-betul mewakili identitas orisinal dari sang pembuat konten. Dia mengemasnya biasa aja, kayak ngobrol biasa, sesuatu yang otentik,” ujarnya.
Setelah viral, konten Bayem diparodikan oleh sejumlah komika. Terutama bagian saat Bayem mengatakan, 'pemikiran gue nih, lo punya duit, lo punya kuasa.' Tidak hanya perkataan, gaya Bayem juga ditiru.
Salah satu komika yang memparodikan konten Bayem adalah Egi Haw. Pria 24 tahun ini memparodikan konten tersebut karena viral di media sosial. “Pembahasan dia itu menarik. Secara pribadi gue tuh ngerasa terhibur,” kata Egi.
Egi pernah bertemu langsung dengan Bayem. Dia menggambarkan Bayem sebagai sosok anak tongkrongan. Hal ini, menurut dia, juga tergambar dalam konten yang Bayem buat.
ADVERTISEMENT
“Emang itu obrolan tongkrongan. Mungkin anak tongkrongan banyak melakukan itu, cuma enggak direkam dan di-upload saja,” tutur Egi.
Soal konten Bayem yang akhirnya diparodikan oleh sejumlah komika, menurut Devie, merupakan sesuatu yang wajar terjadi. Devie mengibaratkan konten Bayem sebagai cahaya yang didatangi oleh laron.
Konten Bayem yang saat itu menjadi pembicaraan tentu menarik minat orang-orang, termasuk komika, untuk membuat konten tersebut dalam bentuk lain. Parodi misalnya.
“Maka akan dengan cepat orang mendekati dan menggunakan untuk dimodifikasi lagi menurut selera masing-masing pencipta konten itu,” ucap Devie.