Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Ireno (38), tiba di Pantai Waecicu, Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (12/4) siang. Ireno menyapa kami, yang sedang menikmati air kelapa dan ketenangan laut di pantai tersebut.
ADVERTISEMENT
Rambutnya gimbal, namun tertata rapi, mirip musisi Ivan Nestorman, Tony Q, dan Ras Muhammad. Dia langsung menyapa kami, berkenalan, dan bertanya dari mana.
Kami sampaikan, kedatangan kumparan ke Labuan Bajo adalah untuk meliput International Golo Mori Jazz di Golo Mori Convention Centre (GMCC).
Sebagai warga asli Labuan Bajo, Ireno ternyata sudah tak asing dengan gelaran musik. Dia kerap ikut bekerja menjadi salah satu tim pendamping artis nasional yang hendak manggung di panggung kecil di Labuan Bajo.
Panggung kecil itu kerap digelar di sebuah lokasi bernama Paradise Bar. Jaraknya hanya 5 menit tempuh dengan motor ke sebelah barat dari Pantai Waicicu.
Beberapa musisi yang pernah didampingi oleh Ireno adalah Shaggy Dog, mendiang Steven N. Kaligis (Coconut treez), Kaka Slank, Teddy Adhitya, dan tak terkecuali, Ivan Nestorman.
ADVERTISEMENT
"Tapi mohon maaf, Bang, kayaknya jazz tidak masuk di kami. Kami ini reggae. Itu musik yang sudah kami kenal sejak kecil," kata Ireno.
Apa yang disampaikan Ireno, saya kira, ada benarnya juga. Beberapa kali lewat di Kota Labuan Bajo, musik reggae hampir selalu terdengar di sudut tongkrongan.
Bar kecil di sepanjang Jalan Trans Flores hingga ke Jalan Kerapu, hampir selalu menyetel lagu dari Bob Marley, Anthony B, Luthan Fyah, hingga Steven And Coconut Treez.
Bahkan, di Flores, ada konser bernama Flores Reggae Festival (FRF) yang digelar setiap tahun. Island Vibes yang diproduseri Rivebrick Creative Lab juga telah hadir di Maumere hingga tahun ini di Labuan Bajo.
"Flores itu, Bang, Jamaica dari Indonesia. Ibaratnya 'roots' reggae ada di sini. Menurut saya ada di sini," tutur Ireno.
ADVERTISEMENT
Pengaruh Reggae dari Ivan Nestorman
Masifnya musik reggae di Pulau Flores, NTT, tidak lepas dari pengaruh Ivan Nestorman. Selain mengusung neo-tradisi, Ivan Nestorman kerap menampilkan sentuhan reggae di karyanya yang penuh unsur budaya.
Sebut saja, Komodo Sunset, hingga Mogi Deo Keze Walo. Ivan juga berkarya di Komodo Project bersama drummer Gilang Ramadhan.
"Bagi kami, Om Ivan itu sudah seperti warga sini. Dia bahkan 5 kali dala sebulan bisa manggung di sini. Dia tak pernah lupa dan selalu membawakan reggae karaoke di Paradise Bar," jelas Ireno.
Ireno menyebut Ivan adalah 'Paus' musiknya Nusa Tenggara Timur. Sejak kecil, Ireno dan keluarganya sudah kerap mendengar karya Ivan Nestorman.
"Ivan Nestorman itu Paus bagi kami. Semua anak di sini pasti besar dengan karya Om Ivan. Dia menemukan dan mengenalkan roots reggae, keaslian karya yang dibalut reggae. Itu sangat berkelas buat saya," ucap Ireno.
ADVERTISEMENT
Harapan Ireno Agar Reggae Bisa Dipelihara
Menurut Ireno, apabila pemerintah turun tangan dan konsisten menggelar konser reggae di NTT, dampaknya akan sangat besar.
Wisatawan lokal hingga turis asing bisa lebih terjaring dengan daya tarik musik di Labuan Bajo.
Keindahan alam tak perlu diragukan, tetapi musik reggae kiranya bisa menjadi minyak yang lebih menghidupkan lentera pariwisata di kawasan Timur Indonesia.
"Turis asing itu sangat dekat dengan reggae dan musik budaya sini. Kalau pemerintah pintar, mereka harus bisa baca situasi. Ada kalanya 'bule' itu datang dan meminta kami menyetel reggae sepanjang malam, seharusnya kita bisa buat yang lebih tertata," jelas Ireno.
Tak terasa, dua jam kami ngobrol dengan Ireno. Saya mengajaknya untuk ikut menonton perhelatan International Jazz Golo Mori 2025 di GMCC. Namun Ireno menolak kami dengan halus.
ADVERTISEMENT
Kami berpamitan, meninggalkan Pantai Waecicu. Ireno masih duduk di pinggir pantai dengan "Three Little Birds" - Bob Marley terputar di ponselnya.