Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
LSF Tanggapi Polemik Poster Film Pabrik Gula: Memang Belum Bisa Lulus Sensor
18 Januari 2025 14:00 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Teaser Poster film Pabrik Gula tengah menjadi polemik lantaran menampilkan gambar yang erotis di dalamnya. Ketua Komisi II Lembaga Sensor Film (LSF), Ervan Ismail, mengatakan bahwa poster film tersebut memang belum bisa lulus sensor.
ADVERTISEMENT
"Jadi itu memang belum bisa lulus sensor dan ketika dia masuk ke studio sensor itu, sama teman-teman di anggota itu diberikan catatan supaya itu bisa dikoreksi," kata Ervan di kawasan Dharmawangsa, Jakarta Selatan, belum lama ini.
Kata Ervan, poster tersebut memang belum didaftarkan ke LSF. Sehingga LSF merasa tidak punya kewenangan untuk menyensor materi sosial media.
"Ya, kan, itu tayang di media sosial ya, nah, kalau di media sosial memang kendalanya di situ, ya, regulasi belum bisa, belum cukup nyampe ke sana LSF," ucapnya.
Kendati demikian, Ervan memaklumi kegaduhan yang terjadi di sosial media. Sebab, materi sosial media memang cukup cepat dan masif.
"Jadi seolah-olah ini menjadi satu pembenaran, di satu sisi (disangka) bahwa ini sepertinya sudah lulus sensor," tutur Ervan.
ADVERTISEMENT
Ervan menilai bahwa konten yang digambarkan dalam poster tersebut memang mengandung unsur vulgar. Menurutnya poster tersebut tidak sesuai dengan kaidah penyensoran.
"Nah, kalau soal kontennya, isinya memang kami kan mendengar, ya, dari masyarakat kan kadang-kadang juga ada yang mention LSF di Instagram," kata Ervan.
"Ataupun secara personal memberikan ini kurang pantas, gitu ya. Katakanlah itu disebut bahasa vulgarnya, woman on top, seperti itu kan," tambahnya.
LSF juga sudah memberikan catatan kepada pihak MD Pictures selaku rumah produksi. Mereka meminta perbaikan dalam poster resmi yang akan digunakan nanti.
Kendati demikian, Ervan membantah jika langkah LSF tersebut dinilai sebagai bentuk pembatasan terhadap kreativitas.
"Jadi artinya cara berpikir bahwa itu membatasi kreativitas, mengurangi katakan lain, enggak juga kok. Kita lihat hasilnya aja. Apa selama ini berkembang film Indonesia," tukasnya.
ADVERTISEMENT