Lukman Sardi Ungkap Alasan Wajibkan Anak Bicara Bahasa Indonesia di Rumah

1 Mei 2023 17:58 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lukman Sardi di acara ramah tamah media jelang malam FFI 2019, Minggu (8/12). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Lukman Sardi di acara ramah tamah media jelang malam FFI 2019, Minggu (8/12). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
ADVERTISEMENT
Aktor Lukman Sardi sangat menginginkan anak-anaknya untuk dapat menghargai segala bentuk kekayaan Indonesia, termasuk dalam dunia seni.
ADVERTISEMENT
Terkait hal itu, Lukman Sardi membuat aturan khusus bagi ketiga anaknya, yakni mereka harus menggunakan Bahasa Indonesia selama berada di rumah.
"Makanya aku juga ngajarin anak-anak, 'Kalian mau di luar bahasa inggris enggak masalah, tapi kalau udah di rumah bicara sama saya harus Bahasa Indonesia.' Itu satu cara saja bagaimana memperkenalkan Indonesia," kata Lukman dalam konferensi pers perilisan serial antologi seni video 'Aku, Chairil di Artina:Matrajiva di Gedung Sarinah, Jakarta Pusat, belum lama ini.
"Menurut aku itu adalah sebuah jati diri. Orang bisa tahu, kamu tuh dari mana? ya dari bahasa," sambungnya.
Lukman Sardi saat ditemui di Sarinah Thamrin. Foto: Aprilandika Pratama/kumparan
Aturan ketat itu dirasa Lukman sangat perlu diterapkan. Apalagi, menurutnya, perlahan saat ini Bahasa Inggris mulai menggeser penggunaan Bahasa Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Buat aku itu jadi penting, apalagi zaman sekarang anak Indonesia itu sekolah di sekolah internasional lalu mau enggak mau mereka pakai Bahasa Inggris, ya memang itu juga penting mereka harus bisa Bahasa Inggris," ucap Lukman.
Aturan yang diterapkannya itu, diharapkan Lukman, dapat memunculkan rasa cinta Tanah Air kepada ketiga anaknya, termasuk membuat mereka familiar dengan segala bentuk karya dan seni di Indonesia.
"Buat aku sendiri, ini menurut aku juga akan menjadi hal yang luar biasa juga buat anak-anak muda sekarang. Mereka selama ini mungkin dijejali hal yang sifatnya sama, kaku, lalu mereka menganggap puisi itu sesuatu yang berat, sesuatu yang tidak bisa dinikmati," kata Lukman.