Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Marshanda Ceritakan Pengalaman Kurang Menyenangkan Selama Berada di RSJ di LA
5 Agustus 2022 14:31 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Artis Marshanda mengaku dipaksa masuk Rumah Sakit Jiwa [RSJ] saat liburan di Los Angeles, Amerika Serikat, pada Juni lalu. Hal tersebut disebabkan salah satu temannya, Sheila Salsabilla, yang melaporkannya hilang ke nomor telepon darurat, 911.
ADVERTISEMENT
Pihak 911 kemudian memutuskan membawa Marshanda ke RSJ karena menemukan dirinya mengonsumsi obat penenang atau obat-obatan untuk pengidap bipolar dan depresi.
Melalui video di kanal YouTubenya, MARSHED, Marshanda menceritakan pengalamannya tinggal di RSJ di Amerika Serikat selama dua pekan, tepatnya sejak 27 Juni sampai 11 Juli.
“Selama di mental health facility, gue nyebutnya camp konsentrasi. Orang di penjara itu di-treat lebih baik daripada orang di rumah sakit jiwa. Karena orang di penjara masih dianggap waras, orang di rumah sakit jiwa itu dianggap sudah enggak waras,” ujar Marshanda.
“Gue sampai lho, sempat kayak teriak-teriak bilang, ‘Gue menolak minum obat gue ini, karena gue mau menggunakan hak asasi manusia gue untuk melawan perintah kalian semua',” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Namun reaksi Marshanda yang seperti itu malah membuat ibu satu anak ini mendapatkan perlakuan kurang mengenakan dari pihak RSJ di sana.
“Pas gue ngomong gitu, tangan gue dikebelakangin, gue di jatuhin ke kasur karena gue dianggap sudah over reactive. Dijatuhin ke kasurnya itu, bukan kayak yang kasar gitu, tapi kayak sama cowok dan cewek, sampai gue disuntik karena gue sudah dianggap agresif,” tutur Marshanda.
Menurut Marshanda, ia tidak bisa mengutarakan keinginannya. Padahal, pihak RSJ menuliskan bahwa setiap pasien memiliki hak untuk menolak. Oleh sebab itu, ia selalu menuruti apa pun yang diberikan pihak RSJ untuk dirinya.
“Padahal mereka, tuh, ngomong, ada di buku cetakan mereka, mereka punya buku yang dicetak. Isinya yang, lo tuh, bisa kalau lo mau refuse dan menggunakan hak lo itu, lo tinggal ngomong gini dan lo tinggal telepon ke nomor ini, dan lo punya hak untuk begitu. Tapi itu cuma cetakan doang,” katanya.
ADVERTISEMENT
“Akhirnya, gue nurut aja selalu sama obat yang mereka kasih, terus makanan yang mereka kasih pun bukan makanan yang sehat. Gue, kan, tadinya ya Allah makannya sehat banget. Akhirnya gue bisa kurus, kan. Dikasihnya sama mereka itu setiap hari benar-benar makanan yang enggak enak banget,” sambungnya.
Selama sekitar dua pekan di sana, rupanya Marshanda tidak secara intensif diawasi oleh dokter. Ia hanya dirawat oleh para perawat.
“Ketemu dokternya pun juga cuma tiga menit, psikiater mereka. Enggak setiap hari seminggu, cuma sekali atau dua kali, sisanya kita cuma diurus sama suster. Karena itu semua sistem, ya, even ada group section, di mana kita bisa share perasaan kita dan ada leadernya, di situ tuh kita baru dianggap manusia,” ungkap Marshanda.
ADVERTISEMENT
Kepada Marshanda, leader dari pihak RSJ mengatakan bahwa pemerintah di Amerika Serikat kurang menghargai profesi mereka.
“Leader of the group aja bilang, pemerintah di Amerika pun enggak menghargai profesi kita sebagai nurse untuk orang-orang yang mentally unstable. Jadi, gue bisa mengerti kenapa kita di-treat kayak gitu, karena sistemnya saja bobrok. Enggak cuma di Indonesia, di negara semaju Amerika aja pekerja untuk mentally unstable itu enggak dihargain secara apa pun, enggak yang semestinya,” pungkas Marshanda.
Reporter: Sausan Sudarjat