Melihat Jejak Karier John Petrucci Bersama Dream Theater

12 Juli 2018 15:00 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
John petrucci. (Foto: Instagram/@johnpetrucciofficial)
zoom-in-whitePerbesar
John petrucci. (Foto: Instagram/@johnpetrucciofficial)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
John Petrucci berulang tahun yang ke-50 pada hari ini, Kamis (12/7). Selama hidupnya, Petrucci dikenal sebagai gitaris band Dream Theater, yang banyak menginspirasi musisi-musisi muda, khususnya pecinta musik metal.
ADVERTISEMENT
Dalam rangka memperingati hari lahir Petrucci, kumparan telah merangkum napak tilas perjalanan kariernya bersama Dream Theater dan beberapa proyek musik di luar band yang melantunkan lagu 'The Spirit Carries On' itu.
1. Majesty dan masalah hukum
Band progresif rock, Dream Theater. (Foto: Dream Theater via Facebook)
zoom-in-whitePerbesar
Band progresif rock, Dream Theater. (Foto: Dream Theater via Facebook)
Dream Theater dibentuk pada 1985 oleh John Petrucci (gitar), John Myung (bas gitar), dan Mike Portnoy (drum). Awalnya, band tersebut bernama Majesty.
Kala itu, ketiganya merupakan mahasiswa dari Berklee University of Music. Demi bisa membawakan lagu-lagu dari dua band favorit mereka, Rush dan Iron Maiden, Petrucci akhirnya mengajak Kevin Moore sebagai pemain keyboard dan Chris Collins sebagai vokalis utama. Sudah sering manggung di berbagai tempat, akhirnya Petrucci, Myung, dan Portnoy memutuskan untuk berhenti berkuliah.
ADVERTISEMENT
Pada 1986, Majesty merampungkan album pertama mereka yang bertajuk ‘The Majesty Demos’. Album tersebut sukses terjual hingga 1000 keping per enam bulan. Kala itu, album Majesty disebut-sebut sebagai album terpopuler di kalangan pecinta musik progressive metal.
Karena aksi panggung yang kurang atraktif, Collins pun dipecat dan Charlie Dominici masuk untuk mengisi kekosongan vokal. Namun, nasib sial justru didapatkan saat grup music asal Las Vegas bernama Majesty menuntut Petrucci dan kawan-kawan dengan alasan hak cipta nama.
Pada 1987, setelah sempat menggunakan nama Glasser, ayah Portnoy menyarankan sang anak untuk mempergunakan nama Dream Theater, yang diangkat dari nama sebuah gedung kesenian kecil dikawasan Monterey, California.
2. Album pertama dan masuknya James LaBrie
John petrucci bersama Dream Theater. (Foto: Instagram/@johnpetrucciofficial)
zoom-in-whitePerbesar
John petrucci bersama Dream Theater. (Foto: Instagram/@johnpetrucciofficial)
Ketika nama Dream Theater sudah stabil dan tidak dituntut masalah hukum, mereka pun mulai mengatur siasat untuk lebih fokus membuat album pertama di bawah nama baru. Menandatangani kontrak dengan Mechanic Records pada 1988, dalam waktu tiga minggu, Dream Theater merampungkan album ‘When Dream and Day Unite’.
ADVERTISEMENT
Setelahnya, Mechanic Records menyiapkan lima konser untuk Dream Theater di kawasan New York. Sayangnya, setelah konser keempat para personel Dream Theater merasa suara Dominici tidak sehebat Bruce Dickinson, ujung tombak Iron Maiden. Alhasil, Dream Theater pun membuat audisi vokalis yang diikuti oleh 200 pendaftar dari berbagai penjuru Amerika Serikat pada 1990.
Menurut Portnoy, dari 200 orang yang mengikuti audisi sama sekali tidak ada vokalis yang cocok dengan gaya bermusik Dream Theater. Selama satu tahun, Dream Theater pun manggung secara instrumental tanpa vokal.
Barulah pada 1991, Dream Theater menerima demo lagu dari James LaBrie, vokalis band glam metal bernama Winter Rose. Setelah berpindah dari Mechanic Records ke Elektra Records, Dream Theater bersama LaBrie merampungkan album kedua yang bertajuk ‘Images and Words’ pada 1992.
ADVERTISEMENT
Salah satu single di album tersebut ‘Pull Me Under’ kian melambungkan nama Dream Theater. Mereka pun kerap dipanggil untuk menjadi bintang tamu di berbagai negara. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Dream Theater pun membuat live album di dua panggung termegah mereka kala itu, yakni di London, Inggris dan Tokyo, Jepang.
3. Kevin Moore keluar, Petrucci bentuk band baru
Dream Theater (Foto: instagram @dtimages)
zoom-in-whitePerbesar
Dream Theater (Foto: instagram @dtimages)
Pada 1994, sebelum Dream Theater merampung album ‘Awake’, Moore mengatakan bahwa ia ingin hengkang dari band yang membesarkan namanya dan fokus pada karya solonya. Usut punya usut, saat itu Moore sudah merasa lelah dengan tur besar-besaran yang terus dijalani oleh Dream Theater.
Mengisi kekosongan Moore, Dream Theater memercayakan additional keyboardist Alice Cooper dan KISS, Derek Sherinian, untuk merampungkan single ‘A Change of Seasons’ (1995). Sayangnya, kepergian Moore dan kecanduan Portnoy pada narkoba saat itu membuat Dream Theater tidak menjadi rumah yang nyaman dan ramah bagi Petrucci.
Gitaris Dream Theater, John Petrucci. (Foto:  Instagram @johnpetrucciofficial)
zoom-in-whitePerbesar
Gitaris Dream Theater, John Petrucci. (Foto: Instagram @johnpetrucciofficial)
Pada 1996, Petrucci pun menjadi solois dan memainkan lagu ‘Working Man’ di album ‘A Tribute to Rush’. Ia juga mengisi soundtrack di permainan konsol bertajuk ‘Digital Pinball: Necronomicon’ (1996). Namun, Petrucci tetap membantu Dream Theater dalam merampungkan album ‘Falling Into Infinity’ yang rilis pada 1997.
ADVERTISEMENT
Bersamaan dengan rilisnya album ‘Falling Into Infinity’, Mike Varney, pemilik Magna Carta Records, meminta Portnoy untuk membentuk sebuah ‘super grup’ instrumental metal bertajuk Liquid Tension Experiment. Portnoy kemudian mengajak Petrucci untuk mengisi posisi gitar, serta Tony Levin pada bas gitar, dan Jordan Rudess pada keyboard.
Tanpa keluar dari Dream Theater, sejak dipercaya mengisi album kompilasi, soundtrack permainan konsol, dan band Liquid Tension Experiment, Petrucci semakin sering bekerja sebagai solois. Pada 1988, Petrucci menjadi bagian dari band Explorers Club yang dibentuk oleh Billy Sheehan, pemain bas gitar Mr. Big, serta mengisi gitar di album solo Derek Sherinian yang bertajuk ‘Blood of the Snake’ bersama banyak musisi lain, seperti Billy Idol, Slash, dan Zakk Wylde.
ADVERTISEMENT
4. Mike Portnoy berhenti menggunakan narkoba, Petrucci bergabung G3
John petrucci bersama G3. (Foto: Instagram/@johnpetrucciofficial)
zoom-in-whitePerbesar
John petrucci bersama G3. (Foto: Instagram/@johnpetrucciofficial)
Memasuki era 2000 awal, Dream Theater masih terus mempertahankan eksistensi di tengah banyaknya pergantian personel dan masalah narkoba yang membelit Portnoy. Untung saja, kala itu Portnoy sadar akan narkoba yang mulai menggerogoti tubuh serta kreativitasnya. Dia mengikuti program 12 langkah menghentikan kecanduan narkoba yang dibuat oleh Alcoholics Anonymous (AA).
“15 tahun aku menjadi pecandu narkoba dan alkohol. Aku membiarkan diriku mabuk setiap kali tampil di atas panggung. Awalnya, hal tersebut menyenangkan, tapi seiring berjalannya waktu, aku merasa harus bertanggung jawab atas diriku sendiri,” kata Portnoy.
Album ‘Six Degrees of Inner Turbulence’ (2001) milik Dream Theater menjadi penanda awal dari hidup baru Portnoy terbebas dari narkoba. Dream Theater pun kian produktif. Dalam waktu dua tahun, mereka kembali merilis album ‘Train of Thought’ (2003), kemudian album ‘Octavarium’ (2005).
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Petrucci terus mengembangkan kariernya sebagai gitaris solo. Pada 2005, ia sejenak mengesampingkan Dream Theater dan bergabung (koreksi: sebelumnya kumparan menulis Petrucci membentuk G3) ke G3, kelompok gitaris metal bentukan Steve Vai dan Joe Satriani. Sejak 2005, G3 pun kerap tampil di berbagai negara dan membuat banyak lagu, seperti ‘Glasgow Kiss’, ‘Building the Church’, dan ‘War’.
5. Mike Portnoy keluar dan album 'Dramatic Turn of Events' muncul
Dream Theater di JogjaRockarta (Foto: Munady Widjaja)
zoom-in-whitePerbesar
Dream Theater di JogjaRockarta (Foto: Munady Widjaja)
Pada 2007, Dream Theater bergabung dalam label metal raksasa, Roadrunner, dan merampungkan album kompilasi berisikan 22 lagu bertajuk ‘Greatest Hit (…And 21 Other Pretty Cool Songs)'. Bersamaan dengan dirilisnya album tersebut, Portnoy membuat sebuah tur besar-besaran bernama ‘Progressive Nation 2008’. Sebagai pembuka Dream Theater, Portnoy menunjuk tiga band, Opeth, Between the Buried and Me, dan 3.
ADVERTISEMENT
Sayang, setelah Portnoy mengisi drum di lagu ‘Nightmare’ dan ‘Welcome to the Family’ milik Avenged Sevenfold pada 2010, dia justru memutuskan untuk hengkang. Hubungannya dengan para personel di Dream Theater kian memburuk. Pada 2011, dia bahkan mengeluhkan bahwa semua sahabatnya di Dream Theater tak pernah membalas e-mail dan teleponnya.
Satu bulan setelah Portnoy keluar, Dream Theater pun mengadakan audisi drum besar-besaran yang diikuti oleh puluhan drummer dari banyak band ternama. Pada akhirnya, Mike Mangini, guru Portnoy di Berklee College of Music, terpilih sebagai drummer baru Dream Theater.
Bersama Mangini, Dream Theater langsung merampungkan album ‘A Dramatic Turn of Events’ yang rilis pada 2011. Setelah merilis album self-titled pada 2013, Dream Theater dengan formasi baru terakhir kali menelurkan album bertajuk ‘The Astonishing’ pada 2016 dan Jogjakarta, Indonesia menjadi salah satu tempat yang mereka kunjungi untuk mempromosikan album tersebut pada 1 Oktober 2017.
ADVERTISEMENT