Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Membandingkan Dua Musisi Legenda, Yon Koeswoyo vs Yockie Suryo Prayogo
7 Februari 2018 13:47 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
ADVERTISEMENT
Di awal tahun 2018, industri musik Indonesia sudah kehilangan dua musisi legendaris, yakni Yon Koeswoyo dan Yockie Suryo Prayogo . Yon meninggal dunia di usia 77 tahun pada 4 Januari lalu akibat penyakit paru-paru dan diabetes yang dideritanya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan Yockie meninggal dunia di usia 63 tahun pada 5 Februari lalu akibat penyakit komplikasi yang sudah ia derita selama lebih dari 15 tahun.
Karya kedua musisi tersebut hingga hari ini masih dikenang di hati para pecinta musik Indonesia. Karena itu, kumparan (kumparan.com) mencoba untuk membandingkan banyaknya karya yang telah diproduksi Yon dan Yockie berikan bagi industri musik Indonesia selama berpuluh-puluh tahun berkarya.
1. Awal karier
Sebelum membentuk Koes Plus, Yon tergabung dalam band Koes Brothers bersama saudara-saudaranya, yakni Yon Koeswoyo, Yok Keswoyo, Jon Keswoyo, Tony Koeswoyo, dan Nomo Koeswoyo, di tahun 1958. Band tersebut mengambil konsep Everly Brothers yang memiliki dua vokalis utama. Karena sang kakak tertua, Jon Koeswoyo, mengundurkan diri pada 1964, nama Koes Brothers berubah menjadi Koes Bersaudara.
ADVERTISEMENT
Karena perselisihan Indonesia dan Malaysia di era '60-an, rezim Orde Lama yang dipimpin oleh Ir. Soekarno tidak memperbolehkan rakyatnya untuk memainkan musik-musik Barat. Alhasil, Koes Bersaudara, termasuk Yon, harus rela mendekam di penjara selama 4 bulan pada 1965.
Karena permasalahan ekonomi, Nomo yang saat itu sudah berkeluarga akhirnya memutuskan untuk hengkang dari Koes Bersaudara. Masih ingin bermusik, Yon akhirnya mengajak Murry untuk mengisi posisi drum yang ditinggalkan Nomo. Kehadiran personel dari luar keluarga Koeswoyo membuat nama Koes Bersaudara berganti menjadi Koes Plus pada 1969.
Berbeda dari Yon yang sejak awal bermusik dengan keluarganya, Yockie Suryo Prayogo lebih banyak mengisi di banyak band dari berbagai kota yang berbeda.
Pria kelahiran Demak, Jawa Tengah, 14 September 1954 ini mulai memperlihatkan bakat bermusiknya sejak SMP. Yockie yang kala itu mengikuti jejak sang ayah berpindah dari tanah Jawa ke Kalimantan membentuk sebuah band sekolah bernama Safira. Meski mempelajari berbagai alat musik secara otodidak, Yockie pernah menimba ilmu pada ayah Lukman Sardi, Idris Sardi, demi memperdalam pengetahuan komposisi bermusiknya.
ADVERTISEMENT
Di usia 16 tahun, Yockie yang kala itu harus pindah dari Balikpapan ke Surabaya demi menamatkan jenjang SMA-nya, membentuk sebuah band baru bernama Jaguar yang mengusung aliran progressive rock ala Egg dan Genesis. Barulah di era '70-an, Yockie yang kala itu dikenal sebagai keyboardist dan pencipta lagu mengajak Ian Antono untuk bertandang ke Jakarta dan bergabung dengan God Bless untuk menggantikan posisi Deddy Dores (keyboard) dan Ludwig Lemans (gitar).
Dari segi awal karier, Yon Koeswoyo memang lebih konsisten berkarier bersama saudara-saudaranya dibandingkan Yockie yang banyak berpindah-pindah band.
2. Bersama Koes Plus (Yon) dan God Bless (Yockie)
Sejak masih menggunakan nama Koes Bersaudara, Yon terkenal piawai menelurkan berbagai karya sederhana yang memiliki ciri khas. Sebut saja, lagu ‘Telaga Sunyi’, ‘Dewi Rindu’, atau ‘Bis Sekolah’ milik Koes Bersaudara yang masih terus dibawakan hingga mereka berganti nama menjadi Koes Plus.
ADVERTISEMENT
Selama bersama Koes Plus, Yon masih produktif dan piawai mencipta lagu. Sejak 1969 sampai 1999, Koes Plus telah menelurkan 89 album dan 953 single, termasuk beberapa hits mereka, seperti ‘Derita’, ‘Bujangan’, ‘Manis dan Sayang’, ‘Kolam Susu’, dan ‘Why Do You Love Me’.
Meski lirik-liriknya dinilai sederhana, lagu-lagu Koes Plus sukses menjadi blue print musik pop di Indonesia. Namun, itu bukan berarti lagu-lagu Koes Plus hanya beraliran pop saja. Ada beberapa lagu mereka yang berirama rock n roll, keroncong, sampai melayu. Tak hanya itu, di setiap lagu-lagunya, Koes Plus juga selalu berusaha untuk memperkenalkan keberagaman dan keindahan diksi Indonesia.
Karena kepiawaian bermusik mereka, Yon dan Koes Plus sukses menjadi musisi paling populer di Indonesia pada 1972-1976. Lagu-lagu mereka selalu terdengar lantang di radio-radio dan tak ada orang di era itu yang tidak mengenal nama Koes Plus dan karya-karyanya.
ADVERTISEMENT
Jika Yon Koeswoyo terkenal sebagai penulis lirik yang andal, Yockie Suryo Prayogo merupakan pencipta aransemen musik yang jenius.
Sejak bergabung pada 1973, dengan kecerdasan bermusiknya, Yockie sukses menciptakan warna musik progressive rock yang rumit di tubuh God Bless. Namun, karena perbedaan visi dan misi, Yockie akhirnya hengkang dan digantikan oleh Soman Lubis.
Tak bertahan lama, pada 1975, Yockie kembali dipercaya untuk mengisi posisi keyboard di God Bless. Mereka akhirnya sukses menelurkan album ‘Huma Di Atas Bukit’ yang digadang-gadang sebagai album progressive rock pertama Indonesia. Karena kesuksesan album itu pula, God Bless akhirnya mendapat kehormatan untuk menjadi membuka konser band rock asal Amerika Serikat, Deep Purple, pada 1975 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
Ketenaran membuat Yockie muda terjerat narkoba. Ia akhirnya memutuskan untuk sekali lagi hengkang dari God Bless dan pergi ke Bandung, Jawa Barat. Meski posisi keyboard digantikan oleh Abadi Soesman dan God Bless tetap menelurkan album ‘Cermin’ di pada 1980, nyatanya musik mereka saat itu kurang sukses di pasaran. Karena hal tersebut, God Bless pun terpaksa vakum untuk sementara waktu.
Pada 1987, Ahmad Albar akhirnya kembali menarik Yockie untuk menggarap album ke-3 God Bless, ‘Semut Hitam’. Setelah berbagai diskusi dan pertimbangan panjang, album tersebut akhirnya rilis pada 1988.
Album ‘Semut Hitam’ ternyata laku keras di pasaran. Selain menjadi favorit para pecinta musik rock di era itu, lagu-lagu di album ini juga menjadi lagu wajib di berbagai festival musik Indonesia. Sayangnya, kembalinya Yockie ke God Bless tak bertahan lama. Karena berbagai perbedaan dari sisi musik, ia kembali hengkang dari God Bless pada 2003.
ADVERTISEMENT
Karya-karya Yon Koeswoyo bersama Koes Plus amatlah banyak jika dibandingkan Yockie Suryo Prayogo yang dua kali keluar dari God Bless. Namun, Yockie telah berhasil membawa nama God Bless sebagai band progressive rock pertama Indonesia dan membuka penampilan perdana Deep Purple di Indonesia.
3. Karier Solo
Saat Koes Plus vakum di awal era '80-an, Yon Koeswoyo sempat bersolo karier. Yon menelurkan album pertamanya bertajuk ‘Lantaran’ pada 1981. Yon tidak banyak mencipta lagu di album pertamanya itu. Dari 10 lagu, Yon hanya menciptakan dua lagu dan delapan lainnya ditulis oleh sahabat karib Yon, Harry Cahyono.
Lewat lagu-lagu di album solonya, Yon banyak menyampaikan pesan-pesan yang kritis pada pemerintaan Orde Baru pada kala itu. Tetap dengan ciri khas lirik yang sederhana, semua lagu di album ini juga sangat mudah dihafal dan dicerna.
ADVERTISEMENT
Karena reuni Koes Plus di era '90-an, Yon baru bisa merilis album solo ke-2 bertajuk ‘Song of Porong’ pada 2008. Dalam album itu, dia kembali berduet dengan Harry Cahyono.
Yockie yang sering keluar masuk God Bless memang lebih aktif sebagai musisi lepas yang mencipta berbagai aransemen lagu untuk musisi-musisi lain.
Album 'Lomba Cipta Lagu Remaja' pada 1977 merupakan proyek pertama Yockie sebagai seorang arranger solo. ‘Lilin-lilin Kecil’ yang dinyanyikan oleh Chrisye adalah salah satu lagu di album itu yang paling meledak. Berawal dari sana, Chrisye akhirnya banyak mempercayakan Yockie sebagai arranger di album-albumnya, seperti ‘Jurang Pemisah’, ‘Sabda Alam’, dan ‘Metropolitan’.
Menanggalkan musik progressive rock, Yockie seolah ingin unjuk gigi memamerkan kepiawaiannya mencipta lagu-lagu bergenre pop, jazz, dan etnik. Karena kehebatannya, dia akhirnya terpilih sebagai arranger soundtrack film ‘Badai Pasti Berlalu’ yang dibawakan oleh berbagai penyanyi terkenal, seperti Chrisye, Berlian Hutauruk, dan Fariz RM.
ADVERTISEMENT
Selain berkolaborasi dengan Chrisye dan mengaransemen lagu-lagu soundtrack film, Yockie juga menelurkan lima album solo, yakni ‘Musik Saya adalah Saya’, ‘Yang Terhilang Lepas’, ‘Pernyataan’, ‘Penantian’, dan ‘Selamat Jalan Kekasih’.
Yockie Suryo Prayogo memang lebih aktif berkarier solo dibandingkan Yon yang jauh lebih sibuk membangun karier Koes Plus. Yockie terbukti mampu menjadi arranger tak hanya untuk musisi, namun juga berbagai judul film.
4. Kehidupan pribadi dan penghargaan musik
Yon menikah dua kali. Pertama, dia menikah dengan Damiana Susi, seorang wanita asal Yogyakarta yang memberinya dua anak, yaitu Ulung Gariyas (Gerry) Koeswoyo dan Otmar Veda (David Koeswoyo). Setelah bercerai, Yon menikah lagi di tahun 1993 dengan seorang wanita bernama Bonita Angelia. Bersama Bonita, Yon memiliki dua anak bernama Bela Aron Koeswoyo dan Kenas Koeswoyo.
ADVERTISEMENT
Yon meninggal dunia di usia 77 tahun pada 5 Januari lalu. Selama ini, dia diketahui memiliki penyakit paru-paru dan diabetes. Jenazah Yon pun dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
Selama hidupnya, Yon dan Koes Plus telah banyak memberi sumbangsih pada industri musik Indonesia. Karena itu, ia menerima penghargaan AMI Legend Awards pada 1992. Bersama Koes Plus, Yon cs menerima Legend Basf Award di tahun 1992.
Berbeda dari Yon, Yockie hanya menikah dengan Pratiwi Puspitasari. Dari pernikahan mereka, Yockie dikaruniai tiga anak, yaitu Nara Putra, Reza, dan Sarah Anjani. Nara Putra diketahui mengikuti jejak Yockie terjun ke dunia musik dan menjadi gitaris band Jibriel bersama anak-anak dari personel God Bless lainnya. Sarah Anjani juga unjuk kebolehannya bernyanyi di konser penggalangan dana untuk Yockie bertajuk ‘Pagelaran Sang Bahaduri’ pada 24 Januari silam.
Yockie meninggal dunia di usia 63 tahun pada 5 Februari lalu. Selama ini, Yockie diketahui mengidap penyakit diabetes, sirosis, stroke, dan tumor otak. Jenazah Yockie Suryo Prayogo pun dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat.
ADVERTISEMENT
Karena banyaknya pengaruh baik yang Yockie berikan pada musik Indonesia, sang maestro pun diberikan penghargaan AMI Legend Awards pada 2012.
Keduanya meninggal di usia senja. Meski banyak orang yang merasa sedih karena kepergian mereka, masyarakat harus menghargai ratusan karya yang telah mereka telurkan selama ini. Karena secara tidak sadar, Yon dan Yockie merupakan sosok musisi yang sudah berhasil menghibur masyarakat Indonesia selama lebih dari tiga generasi.
Setelah membandingkan Yon dan Yockie dari segi awal karier, karier bersama band masing-masing, karier solo, dan kehidupan pribadi, keduanya memiliki kelebihan masing-masing. Yon sangat konsisten berkarya bersama Koes Plus, sedangkan Yockie lebih aktif berkarya seorang diri. Keduanya punya kemampuan musik yang hebat. Yon merupakan penulis lagu sederhana yang apik, dan Yockie adalah pencipta musik yang jenius.
ADVERTISEMENT