Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mengapa Hanya Tokoh Penjahat yang Istigfar di Film Naura & Genk Juara?
22 November 2017 15:44 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
ADVERTISEMENT
Film anak 'Naura & Genk Juara' dinilai beberapa pihak memiliki unsur mendiskreditkan Islam dalam penggambaran tokoh penjahat Trio Licik di film tersebut. Ada tiga orang penjahat dalam film yang karakternya berkumis dan berjenggot. Satu di antaranya memiliki brewok dan jenggot lebat.
ADVERTISEMENT
Pada awal film, salah seorang di antara para penjahat tersebut sempat berdialog istigfar ketika berbincang dengan rekan sesama penjahat. Ketika cerita telah berlangsung sekitar satu jam, penjahat lainnya mengucapkan doa makan, padahal sedang ketakutan.
Para penjahat juga benar sempat menyerukan takbir. Hal itu terjadi pada bagian klimaks, seperti juga tampak dalam trailer, ketika mobil para penjahat dikerjai oleh anak-anak peserta kemping.
Lantaran terkejut oleh ulah anak-anak tersebut, para penjahat menyerukan kata-kata, seperti, "Allahuakbar!" dan "Astaghfirullah!" Nah, mungkin dialog-dialog itulah yang dipersoalkan sebagian netizen karena persepsi karakter ‘muslim’ dan ‘penjahat’ yang beriringan.
Sementara pada tokoh anak-anak, tidak diceritakan memiliki dialog yang melafalkan doa, sehingga penggambaran tokoh muslim dalam film ini hanya ada pada sosok penjahat.
Mengenai isu yang hangat diperbincangkan itu, kumparan (kumparan.com) meminta pendapat dari Ketua Lembaga Sensor Film Indonesia (LSF) Ahmad Yani Basuki, sebagai pihak berwenang yang diamanatkan Undang Undang untuk melakukan penyensoran film sebelum keluar di bioskop.
ADVERTISEMENT
Mengenai penggambaran tokoh penjahat dalam film garapan sutradara Eugene Panji ini, Ahmad Yani merasa tak relevan jika dikaitkan dengan isu mendiskreditkan Islam, apalagi penistaan agama. Berikut pernyataannya tentang penggambaran tokoh yang dipersoalkan tersebut:
"Jadi gini, film itu seperti yang saya katakan cerita anak-anak dan dalam cerita itu ada penjahat. Ceritanya soal penjahat yang harusnya enggak boleh mencuri, dan anak-anak itu kreatif ya mengganggu penjahat itu supaya tidak mencuri. Lalu penjahat itu keluarlah kata-kata spontan doa dan istigfar. Lantas apakah itu harus dimaknai sebagai wujud mendeskriditkan Islam?
Bagi LSF itu bisa saja terjadi, kita juga ada kok film di negara lain yang penjahatnya bukan orang Islam, karena di negara luar kan mayoritas bukan muslim, mereka juga pasti ada kata-kata yang seperti 'Oh My God', dan itu kan seperti 'MasyaAllah'. Apa ya salah? Spontanitas itu kan ada.
ADVERTISEMENT
Temanya memang tidak ada yang mendeskriditkan Islam, itu hanya spontanitas saja dan bisa terjadi pada siapa aja. Lalu apakah jadi masalah jika anak-anak tidak spontan melakukan seperti yang para penjahat itu lakukan? Kan anak-anaknya tidak mengalami situasi semacam itu.
Jadi LSF melihat bahwa film ini ya film anak-anak. Cerita anak-anak di mana menggagalkan penjahat kan banyak di sinetron juga, atau film luar seperti 'Home Alone.' Terus kalau penjahatnya blang 'Oh My God', apa itu juga mendeskriditkan suatu agama? Kan enggak. Terus di film itu kan juga enggak ada simbol-simbol Islam, hanya ungkapan doa seperti itu, spontanitas."
'Naura & Genk Juara' berkisah mengenai pertemanan Naura, Okky, dan Bimo. Mereka mewakili sekolah dalam mengikuti kompetisi sains yang berlokasi di Situ Gunung. Di sana, ketiganya bertemu dengan Kipli, seorang ranger cilik yang memiliki misi untuk menggagalkan Trio Licik, sindikat perdagangan hewan liar.
ADVERTISEMENT