Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Menyandingkan Dua Gitaris Hebat, Dewa Budjana vs Tohpati
12 September 2018 19:17 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Karena itu, kumparan ingin menyandingkan Budjana dan Tohpati serta melihat bagaimana perjalanan karier mereka. Dengan data yang ada, Kumparan akan menentukan siapa dari keduanya yang lebih hebat.
1. Awal karier
Sejak SD, Budjana sudah gemar membaca majalah musik Aktuil dan mulai bercita-cita untuk menjadi musisi profesional. Karena itu, Budjana sempat nekat untuk membeli gitar dengan cara mencuri uang milik neneknya yang tinggal di Klungkung, Bali.
Bermodalkan referensi dari banyak band rock era 70an, seperti Superkid, SAS, dan The Rollies, Budjana mulai membentuk band saat SMP. Dengan memadukan instrumen modern dan gamelan, band SMP Budjana tersebut dahulu dikenal punya cita rasa musik yang unik dan beda dari yang lain.
Setelah mulai mendengarkan band-band progressive rock seperti Yes, Gentle Giant dan Genesis, juga musisi-musisi jazz kontemporer seperti Pat Metheny, dan The Mahavishnu Orchestra, saat SMA Budjana membentuk Squirrel, band instrumental yang membawakan musik kontemporer. Merasa semakin yakin ingin besar sebagai musisi, Budjana memutuskan untuk tidak kuliah dan nekat pindah ke Jakarta.
ADVERTISEMENT
Karena tidak familiar dengan lagu-lagu pop, Budjana sempat luntang-lantung di Jakarta selama satu tahun, dan hampir urung melanjutkan perjuangan. Untungnya, Budjana diajak bermain reguler di Marco Polo Night Club oleh beberapa kerabatnya pada 1988.
Dari sana, Budjana dipertemukan dengan Fariz RM yang kemudian menyuruhnya untuk mengisi gitar pada 'Cinta di Balik Noda', lagu garapan Fariz yang dinyanyikan oleh Meriam Bellina.
Pada 1994, Budjana mengikuti saran Pay eks Slank berhenti menjadi session player dan membentuk band Gigi bersama Thomas (bas gitar), Ronald (drum), Baron (gitar), dan Armand (vokal).
Sementara Tohpati Ario Hutomo atau yang akrab disapa Bontot, mulai mengikuti kursus gitar di Yayasan Musik Indonesia sejak kelas 4 SD. Lulus hingga level 5, Tohpati menambah referensi musiknya dengan banyak mendengarkan band-band rock era 70-an, seperti Led Zeppelin, Deep Purple, dan Genesis.
ADVERTISEMENT
Ketika mengenyam pendidikan SMP, di SMAN 68, ia bertemu dan kemudian banyak bermain bersama Didi AGP dan Dian HP, yang kemudian sama-sama tergabung di band Splash Band bersama calon musisi kawakan lain, Cendi Luntungan (drummer), Ubiet (vokal), Ricky Johannes (vokal) dan Yoyok (saxophone).
Bersama Splash Band, Tohpati mengenal dapur rekaman dan mulai sering mengisi acafa jazz di TVRI. Ketertarikan musiknya pun berkembang, ia mulai menyimak dan menyukai nama-nama kondang di industri jazz, seperti Mezzoforte, Casiopea, Uzeb, Spyrogyra, dan Kazumi Watanabe.
Sempat membentuk band keluarga bernama Tohpati Band bersama sang kakak, Tohpati membentuk Halmahera saat bersekolah di SMAN 70 Bulungan. Grup tersebut dibentuk bersama Ari Darmawan (drummer), Sonny keyboardist), Asep (Bass) dan Genky Gutawa (synthesizer).
ADVERTISEMENT
Malang melintang di berbagai festival musik, Halmahera berubah formasi dengan keluarnya Asep, digantikan Indro Hardjodikoro dan masuknya pianis, Kemal Panigoro. Halmahera kemudian dipercaya sebagai home-band acara mingguan di TVRI yang bertajuk 'Kuis Gita Remaja'.
Karena kemampuan bermusik yang semakin mumpuni, Tohpati kemudian diajak untuk bermain di orkestra besutan Erwin Gutawa. Bersama Erwin, Tohpati sempat mendukung Konser Ruth Sahanaya, dan tur Amerika Serikat-nya.
Kemudian ia juga terlibat pada Konser Chrisye, dan turnya ke Australia. Erwin pun membuat Tohpati kian sering digunakan sebagai pengisi gitar oleh banyak label rekaman dan penyanyi.
2. Gaya permainan gitar
ADVERTISEMENT
Referensi musik Budjana sangat kaya, mulai dari musisi-musisi progressive rock era 70-an hingga musisi jazz kontemporer era 80an. Karenanya, Budjana selalu mampu menciptakan notasi unik dengan sentuhan distorsi yang tebal, namun tetap terdengar cantik.
Berkembang di era 90an bersama Gigi, Budjana akhirnya teracuni oleh musik funk ala Red Hot Chilli Peppers. Meski Budjana tetap mempertahankan nuansa progressive rock dan jazz di Gigi, Budjana tetap mampu mengimbangi cabikan bas Thomas yang penuh unsur funk dan alternative rock.
Jika mendengar album solo dari Budjana, lagu-lagunya terdengar sangat modern namun tetap kental dengan unsur etnik. Dalam album solo terakhirnya yang bertajuk 'Mahandini', Budjana bahkan berusaha mengintepretasikan cerita rakyat dari desa asalnya di Klungkung, Bali, melalui musik progressive rock.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Tohpati terkenal sebagai gitaris yang jarang menggunakan distorsi. Meski, juga terinspirasi oleh musisi progressive rock, Tohpati tetap lebih senang memainkan gitar akustik tanpa banyak efek suara.
Jari-jari Tohpati terlatih sejak kecil untuk memainkan notasi jazz yang rumit dan penuh dinamika. Karenanya, musik Tohpati tetap syahdu meski mengandung banyak notasi yang tak biasa.
Ketika membentuk Tohpati Bertiga, Tohpati bersama dua rekannya berusaha mengkonversi berbagai lagu pop menjadi lagu jazz semi soul. Di sana, Tohpati tidak menggunakan jari dan membuktikan pada para pecinta musik bahwa ia juga sanggup bermain menggunakan pick dan gitar elektrik.
Jika Budjana senang memberi sentuhan etnik di karya-karya solonya, Tohpati lebih menyukai kisah khayal saat menulis komposisi. Di album solo terakhirnya yang bertajuk 'Bias', Tohpati 100% memainkan notasi oenuh khayal dengan gitar akustik.
ADVERTISEMENT
3 Gaya berpakaian
Persamaan antara Budjana dan Tohpati adalah pada gaya berpakaian dan gestur kala tengah tampil di atas panggung. Budjana dan Tohpati senang tampil sederhana dengan kaus dan hanya terkesan mematung sementara jari-jarinya menari liar di gitar.
Bedanya, Budjana terkenal dengan rambut belah trngah dan kumis tebal yang menghiasi wajahnya. Sejak awal mula terkenal bersama Gigi hingga kini, gaya tersebut belum juga berubah.
Di sisi lain, Tohpati terkenal karena kacamata kotak yang kerap dikenakannya. Selain itu, gaya rambut Tohpati juga terkesan membosankan karena selalu terpangkas rapi.
Dari segi gitar, Budjana senang berinovasi dan memberi warna mentereng pada gitar yang gunakannya. Selain itu, gitar Budjana juga selalu dilengkapi dengan banyak efek suara yang terkenal unik dan tak biasa, khususnya di dunia musik Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sedangkan Tohpati, terkenal dengan gitarnya yang sederhana. Saat beberapa waktu lalu bermain di Prambanan Jazz 2018, Tohpati hanya membawa satu gitar Fender Telecaster dan gitar akustik tanpa banyak efek suara.
4. Karier saat ini
Hingga hari ini, Budjana masih aktif berkarier bersama Gigi. Namun, semua personel grup musik tersebut memang punya proyek solo masing-masing.
Sejak 1997, Budjana sudah merilis album solo dan baru-baru ini ia telah merampungkan album 'Mahandini' yang digarap di Amerika Serikat dan akan rilis pada Desember mendatang.
Dalam album 'Mahandini', Budjana bergerak kian ekstrim di industri musik dan memberanikan diri unyuk berkolaborasi dengan banyak musisi internasional yang hebat dan terkenal, termasuk Jordan Rudess, keyboardist Dream Theater, dan John Frusciante, mantan gitaris Red Hot Chilli Peppers.
Sementara Tohpati sampai saat ini, masih terus berjuang sebagai pemain gitar solo. Namun, jika dulu Tohpati bergabung dalam tim orkestra Erwin Gutawa, kini ia memiliki tim orkestranya sendiri.
ADVERTISEMENT
Pada 2007, Tohpati sempat membentuk Trisum bersama Dewa Budjana. Hingga kini, Trisum masih terus berjalan dengan formasi Tohpati (gitar), Budjana (gitar), Sandy Winata (drum), Indro Hardjodikoro (bas gitar), Saat Syah (suling), dan Jalu Pratidina (perkusi etnik).
Selain itu, Tohpati punya grup jazz semi soul bertajuk Tohpati Bertiga yang kerap mendaur ulang lagu-lagu pop. Kini, Tohpati sedang sering tampil di atas panggung dengan format tiga penyanyi berbeda, termasuk Sheila Majid, Rio Febrian, dan Marcell Siahaan.
Melihat awal karier Budjana dan Tohpati, keduanya memilih jalur yang berbeda. Budjana memutuskan untuk lari dari kampung halaman ke Jakarta tanpa tahu pergerakan industri musik di Indonesia, sedangkan Tohpati fokus mengambil kursus gitar sejak kecil. Dari sana, perjuangan awal karier Budjana dinilai lebih hebat jika dibandingkan Tohpati.
Jika melihat dari cara keduanya bermain gitar di atas panggung, Budjana dan Tohpati sangat jauh berbeda. Budjana terkenal penuh inovasi, sedangkan Tohpati tampil konservatif dengan gitar tanpa banyak efek suara. Karena itu, lagi-lagi Budjana menang karena punya keberanian untuk bermain di luar zona nyaman.
ADVERTISEMENT
Gaya berpakaian keduanya sama-sama sederhana dan karena itu tak ada yang unggul di antara Budjana dan Tohpati. Namun, untuk karier saat ini, Tohpati memang lebih bersinar karena sudah mampu memiliki tim orkestra sendiri dan terpercaya sebagai produser musik banyak musisi hebat Indonesia.
Jadi, di antara Dewa Budjana dan Tohpati, siapa gitaris legendaris pilihanmu?