Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Menyandingkan Stan Lee dan Stephen Hillenburg
30 November 2018 17:25 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
ADVERTISEMENT
November adalah bulan yang menyedihkan karena dunia kehilangan dua tokoh penting di industri kartun dan animasi, Stan Lee dan Stephen Hillenburg. Bagaimana tidak, Lee berhasil memukau dunia lewat Marvel Comics, sedangkan Hillenburg berhasil mengocok perut dengan serial kartun ‘Spongebob Squarepants’.
ADVERTISEMENT
Karena itu, kumparan menyandingkan Stan Lee dan Stephen Hillenburg dari berbagai aspek. Kehidupan keduanya akan diulas mulai dari masa kecil hingga akhir hayat.
1. Masa kecil
Selain itu, ia pun pernah menjadi pelayan di perusahaan farmasi Jack May dan bekerja sebagai office boy di Rockefeller Center. Meski begitu, ketertarikan Lee pada seni mendorongnya untuk bekerja sebagai penyambut tamu di Rivoli Theater.
Di usia 15 tahun, Lee mengikuti kompetisi menulis essay antar SMA yang disponsori oleh New York Herald Tribune. Setelah berhasil memenangkan kontes tersebut, Lee kian yakin untuk berprofesi sebagai penulis di masa depan.
Berbeda dari Lee, kondisi keluarga Hillenburg jauh lebih baik. Ayahnya merupakan akademisi yang bekerja sebagai perancang model pesawat di salah satu perusahaan yang berbasis di Anaheim, California.
ADVERTISEMENT
Sejak kecil Hillenburg sudah tertarik pada kehidupan biota laut dan ia pun gemar bermain di pantai untuk mencari berbagai bebatuan atau binatang untuk di bawa ke rumah. Selain itu, Hillenburg kecil juga sangat gemar melukis.
Ketika berusia 15 tahun dan bersekolah di Savanna High School, Anaheim, California, Hillenburg mengikuti program diving di Woods Coves, Laguna Beach, California. Kegiatan diving itu yang kemudian mendorong Hillenburg untuk berkuliah di jurusan biologi.
Meski bercita-cita menjadi seorang ahli biologi, Hillenburg enggan membuang bakatnya dalam melukis. Di masa depan, Hillenburg benar-benar mewujudkan hal itu, terbukti dari terciptanya serial kartun ‘Spongebob Squarepants’.
2. Awal karier di dunia hiburan
Dibantu oleh sang paman, Robbie Solomon, Lee mendapat pekerjaan sebagai asisten di Timely Comics pada 1939. Pada 1960, Timely Comics inilah yang akan berevolusi menjadi Marvel Comics.
ADVERTISEMENT
Pada era 1940an, tokoh Captain America ciptaan Simon dan Jack Kirby sangat populer di kalangan anak-anak dan remaja. Karena itu, keduanya mulai coba mencari penulis pengganti untuk mengisi beberapa seri selingan.
Akhirnya, Lee pun dipercaya untuk menjadi penulis komik selingan bertajuk ‘Captain America Foils the Traitor's Revenge’ dari Captain America Comics. Setelah menulis untuk Captain America, Lee mulai memberanikan diri untuk menjadi co-creator karakter Destroyer dari Mystic Comics pada 1942.
Satu tahun berselang, Lee sempat berprofesi sebagai tentara Amerika Serikat. Kemudian, Lee dipindahkan ke divisi film untuk mempelajari teknik membuat kartun, film, dan komik propaganda perang.
Ketika tugasnya sebagai tentara usai pada 1950, Lee bergabung menjadi penulis komik drama percintaan di Atlas Comics. Namun, Lee merasa kurang meminati komik bergenre drama romantis dan ia hengkang pada 1958.
Setelah lulus kuliah, Hillenburg menjalani profesi sebagai pengajar di Institut Kelautan Orange County, California pada 1984. Ia menjalani profesi sebagai pengajar selama tiga tahun sebelum akhirnya menemukan ketertarikan pada dunia seni lukis.
ADVERTISEMENT
Pada 1986, Hillenburg sempat membuat komik edukasi biota laut bertajuk ‘The Intertidal Zone’. Dalam komik tersebut terdapat satu karakter bernama Bob the Sponge yang nantinya berevolusi menjadi Spongebob Squarepants. Namun, komik tersebut tidak pernah dirilis karena tidak ada satu pun perusahaan yang mau menerbitkannya.
Pada 1992, Hillenburg bekerjasama dengan CalArts membuat dua karya animasi pertamanya, ‘The Green Beret dan ‘Wormholes’. Film animasi ‘Wormholes’ bahkan dipertunjukkan di banyak festival film animasi, termasuk Annecy International Animated Film Festival, the Hiroshima International Animation Festival, dan the Los Angeles International Animation Celebration.
Di festival film animasi The International Short Film Festival Oberhausen and the Ottawa International Animation Festival, ‘Wormholes’ bahkan memenangkan kategori ‘Best Concept’.
ADVERTISEMENT
3. Marvel Comics dan Nickelodeon
Memasuki era 1960an, editor DC Comics menghidupkan banyak karakter komik populer, seperti The Flash, Superman, dan tim superhero Justice League of America. Melihat hal tersebut, Martin Goodman meminta Lee untuk mencipta formula komik untuk menyaingi DC Comics.
Lee mulai coba untuk mencipta karakter-karakter superhero dengan konflik yang lebih berragam dan sulit untuk dipecahkan. Seperti diketahui semua tokoh superhero DC Comics di era 1960an biasanya hanya bertarung melawan bandit jalanan atau berbagai musuh bebuyutan yang mudah untuk dikalahkan.
Mulai membentuk Marvel Comics, Lee bekerjasama dengan Jack Kirby membuat karakter superhero bernama The Fantastic Four. Sukses besar dipasaran, Lee langsung tancap gas mencipta banyak karakter, termasuk X-Men, tim superhero The Avengers, dan Spiderman yang digadang-gadang sebagai karakter Marvel Comics paling populer.
Lee dianggap pandai dalam meramu cerita superhero yang penuh konflik namun tetap memberi banyak pesan moral. Ketika semua karakter remaja di DC Comics hanya menjadi jagoan pembantu, Lee mampu menciptakan tokoh jagoan utama yang masih remaja di komik ‘Spiderman’.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, Marvel Comics terus berkembang hingga mampu mengivasi layar lebar. Meski sempat bangkrut, tangan dingin Lee sukses membawa Marvel memperoleh kejayaan hingga era milenial.
Mirip seperti Lee, Hillenburg bekerja sebagai sutradara ‘Rocko's Modern Life’, serial kartun pertama dari Nickelodeonc pada 1992. Selain menjadi sutradara, Hillenburg juga memproduksi dan menulis beberapa episode dari serial kartun tersebut.
Di pertengahan era 1990an, salah satu sahabat Hillenburg, Martin Olson, mendorongnya untuk kembali menghidupkan karakter-karakter dari komik ‘The Intertidal Zone’. Olson kala itu menyuruh Hillenburg menghidupkan komik tersebut dengan konsep animasi serupa dengan ‘Rocko’s Modern Life’.
Saat mengembangkan serial kartun ‘Spongebob Squarepants’, Hillenburg mengingat-ingat pengalamannya selama mengajar di Institut Kelautan Orange County. Dahulu, ia selalu bisa membuat para remaja dan anak-anak takjub dengan kisah keajaiban biota laut, seperti kepiting, gurita, bintang laut, dan spons.
ADVERTISEMENT
Dari sana ia mulai membuat draft animasi tentang kehidupan tak biasa di bawah laut. Hillenburg pun mengambil inspirasi dari beberapa serial kartun, termasuk ‘Rocko’s Modern Life’ dan ‘The Ren & Stimpy Show’, dalam proses penokohan setiap karakter.
Akhirnya, Nickelodeon menayangkan ‘SpongeBob SquarePants’ pertama kali pada 1 Mei 1999. Serial kartun tersebut langsung sukses dan bahkan berhasil mengalahkan dominasi ‘Pokemon’ di seluruh dunia.
Hingga saat ini, serial kartun ‘Spongebob Squarepants’ masih terus mengudara dan menghasilkan banyak sekali uang untuk Hillenburg dan Nickelodeon. Pada 2015, tercatat ‘Spongebob Squar pants’ berhasil mengumpulkan keuntungan hingga Rp 171 triliun.
4. Masa tua hingga akhir hayat
Sejak 1981, Lee mulai mengembangkan Marvel Comics dalam bentuk film layar lebar dan serial televisi. Sejak saat itu pula, Lee gemar menampakkan dirinya di film-film karakter Marvel Comics sebagai kameo.
ADVERTISEMENT
Stan Lee pertama kali menjadi kameo di serial televisi ‘The Trial of the Incredible Hulk’ (1989). Hingga akhir hayatnya pun Lee masih selalu menjadi kameo di film-film Marvel, seperti ‘Avengers: Infinity War’ (2018), ‘Ant-Man and the Wasp’ (2018), bahkan Avengers 4 yang rencananya tayang pada 2019.
Lee memang telah meninggal pada 12 November lalu di usia 95 tahun, namun ia teru dikenang sebagai salah satu tokoh penting dalam dunia komik superhero Amerika Serikat dan dunia. Ia membuktikan diri berhasil mengalahkan modernisasi zaman dan mempertahankan eksistensi komik di dunia.
Hillenburg merupakan orang yang sangat tertutup dan jarang mengabarkan kisah kehidupan sehari-harinya. Semua rekan kerjanya mengenal Hillenburg sebagai seorang yang gila kerja dan perfeksionis.
ADVERTISEMENT
Tidak banyak media yang menyorot ketika Hillenburg mengidap penyakit ALS dan bahkan banyak sekali orang yang kaget ketika Hillenburg mengidap penyakit yang sama seperti Stephen Hawkings.
Meski penyakit tersebut sudah diketahui sejak 2017, tidak pernah ada foto yang memperlihatkan kondisi Hillenburg ketika mengidap sakit ALS. Terlepas dari itu, Hillenburg berhasil mengkonversi tokoh-tokoh bawah laut yang aneh menjadi mesin uang dan sumber inspirasi banyak animator di seluruh dunia.
Dari berbagai perbandingan tersebut, Lee dan Hillenburg memiliki masa muda yang sangat jauh berbeda. Namun, Hillenburg muda memang lebih berbakat karena mampu dengan baik mempelajari biologi sekaligus mendalami ilmu seni lukis.
Namun, cara Lee menaklukkan perjalanan kariernya yang berliku sangat layak untuk diapresiasi. Ia sempat hanya menjadi pengisi cerita-cerita kecil di komik Captain Amerika dan menjadi tentara sungguhan, sebelum akhirnya berjaya bersama Marvel Comics.
ADVERTISEMENT
Kiprah Stan Lee dan Stephen Hillenburg bersama Marvel Comics dan Nickelodeon patut diacungi jempol. Keduanya sukses membawa sebuah perusahaan kecil mendominasi dunia lewat karya kartun dan animasi, sehingga di akhir hayat mereka terus dikenang dan dijadikan panutan.