Meresapi Pemikiran Kartini Lewat Pementasan Terbitlah Terang

22 April 2025 10:00 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seniman Ratna Riantiarno membacakan surat-surat asli Kartini saat Pementasan Terbitlah Terang di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, Senin (21/4/2025). Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Seniman Ratna Riantiarno membacakan surat-surat asli Kartini saat Pementasan Terbitlah Terang di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, Senin (21/4/2025). Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Memperingati Hari Kartini yang jatuh pada Senin (21/4), Titimangsa bersama Bakti Budaya Djarum Foundation menggelar sebuah pementasan sastra dan suara bertajuk Terbitlah Terang: Pembacaan Surat dan Gagasan Kartini.
ADVERTISEMENT
Bertempat di Museum Nasional Indonesia di Jakarta, pementasan ini digelar sebagai bentuk penghormatan terhadap pemikiran, perjuangan, dan jiwa seorang Raden Ajeng Kartini.
"Pementasan Terbitlah Terang ini tak sekadar mengenang sosok Raden Ajeng Kartini sebagai pahlawan emansipasi, tetapi juga sebagai perempuan visioner yang meletakkan dasar kesadaran diri, kesetaraan, dan keberanian berpikir," kata Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, Renitasari Adrian, di kawasan Jakarta Pusat, Senin (21/4).
Aktris Happy Salma membacakan surat-surat asli Kartini saat Pementasan Terbitlah Terang di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, Senin (21/4/2025). Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO

Pementasan Terbitlah Terang Tunjukkan Pemikiran Kartini Masih Relevan hingga Kini

Menurut Renitasari, pementasan Terbitlah Terang menunjukkan bahwa pemikiran Kartini masih sangat sesuai untuk diterapkan saat ini.
"Melalui surat-suratnya yang jujur dan menggugah, Kartini menunjukkan bahwa perubahan besar selalu berawal dari keberanian untuk merasakan, merenung, dan menyuarakan kebenaran yang diyakini," tutur Renitasari.
ADVERTISEMENT
Pementasan Terbitlah Terang: Pembacaan Surat dan Gagasan Kartini, menurut Renitasari, juga menjadi momen penting bagi generasi muda untuk merefleksikan makna perjuangan dan melanjutkan semangat Kartini di masa sekarang.
"Dengan pendidikan, keberanian, dan empati, kita bisa menciptakan dunia yang lebih adil, setara, dan manusiawi. Karena semangat Kartini bukan sekadar milik masa lalu, ia adalah cahaya yang menuntun langkah kita hari ini dan di masa depan," ucapnya.
Pementasan Terbitlah Terang yang digelar Titimangsa dan Bakti Budaya Djarum Foundation. Foto: Aprilandika Pratama/kumparan
Sementara itu, pendiri Titimangsa, Happy Salma, mengatakan bahwa pementasan Terbitlah Terang: Pembacaan Surat dan Gagasan Kartini bukan hanya mengenang Kartini sebagai tokoh sejarah, tetapi merayakannya sebagai refleksi bagi setiap orang yang terus berjuang memahami pikirannya.
"Meresapi perasaannya, dan mengekspresikan keduanya secara jujur. Menjadi manusia berarti merdeka dalam berpikir dan utuh dalam merasa," ungkap Happy.
ADVERTISEMENT
Menurut Happy, membaca surat-surat Kartini bukan sekadar menyelami sejarah, tetapi juga menyelami ruang batin seorang perempuan yang berani bermimpi dan berpikir melampaui batas pada zamannya.
"Merayakan Kartini adalah merayakan keberanian untuk mengenal diri dan menyuarakan nurani. Kartini telah membuktikan bahwa suara seorang perempuan, ketika jujur pada pikirannya dan setia pada hatinya, memiliki kekuatan untuk mengubah arah sejarah," kata Happy.
Aktor Reza Rahadian membacakan surat-surat asli Kartini saat Pementasan Terbitlah Terang di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, Senin (21/4/2025). Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
Dengan format pembacaan secara monolog, surat-surat asli Kartini dihidupkan kembali melalui suara para seniman ternama Indonesia seperti Christine Hakim, Ratna Riantiarno, Reza Rahadian, Marsha Timothy, Maudy Ayunda, Lutesha, Cinta Laura, Chelsea Islan, Happy Salma, dan Bagus Ade Putra.
Dengan arahan sutradara Sri Qadariatin, para seniman lintas generasai ini tidak hanya membacakan, tetapi menghidupkan isi hati Kartini yang ditulis lebih dari seabad silam.
ADVERTISEMENT
Surat-surat yang dibacakan diambil dari buku Panggil Aku Kartini Saja karya Pramoedya Ananta Toer (Lentera Dipantara, 2006) dan Kartini: Kumpulan Surat-surat 1899-1904 karya Wardinam Djoyonegoro (Jilid 1, Pustaka Obor, 2024).
Kartini menulis surat pertamanya kepada salah satu sahabat penanya, Estelle (Stella) Zeehandelaar, seorang aktivis feminisme di Belanda. Surat tersebut menjadi awal dari rangkaian korespondensi yang kini dikenal luas sebagai bentuk pemikiran awal perempuan Indonesia tentang emansipasi, pendidikan, dan keadilan sosial.
Pementasan Terbitlah Terang: Pembacaan Surat dan Gagasan Kartini juga merupakan bagian dari pembukaan pameran SUNTING: Jejak Perempuan Indonesia Penggerak Perubahan.
Pameran SUNTING merupakan penghormatan terhadap peran perempuan Indonesia dalam sejarah, dengan Sunting sebagai simbol kekuatan, martabat, dan perubahan sosial. Pameran ini berlangsung pada 22 April hingga 31 Juli 2025 di Museum Nasional Indonesia.
ADVERTISEMENT