Perjalanan Tara Zulfikar, Sineas Indonesia yang Meniti Karier di Amerika

30 Maret 2025 19:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tara Zulfikar, sineas Indonesia yang meniti karier di Amerika Serikat. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Tara Zulfikar, sineas Indonesia yang meniti karier di Amerika Serikat. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Menapaki karier di luar negeri bukanlah perjalanan mudah. Namun hal itulah yang sedang dilakukan Tara Zulfikar, sineas Indonesia yang kini meniti karier di New York, Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Tara Zulkifar tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ia terima. Meski tidak mudah, lulusan Tisch School of the Arts, New York University ini menjalaninya dengan penuh rasa syukur dan semangat.
Sebagai seorang sineas yang mencintai visual storytelling, Tara telah menyutradarai Runaway, sebuah video musik untuk musisi Izzy Ravana dan mTwenty.
Dirilis pada Desember 2022, Runaway mendapat apresiasi di berbagai festival film, termasuk nominasi juri di National Film Festival for Talented Youth (NFFTY) 2023 dan penghargaan Best Music Video di Independent Shorts Awards dan Fusion Film Festival.
Sejak dirilis, Runaway telah ditonton ribuan kali di YouTube dan menarik puluhan ribu penonton di Instagram, bahkan masuk dalam daftar Music Video Releases You Need To Check Out oleh @loadingunderground.
ADVERTISEMENT
“Proyek ini menjadi salah satu pengalaman yang membuka mata saya tentang dunia industri kreatif di luar Indonesia,” kata Tara dalam keterangan tertulis.
Tara Zulfikar, sineas Indonesia yang meniti karier di Amerika Serikat. Foto: Dok. Istimewa

Perjalanan Karier Tara Zulfikar di Dunia Film

Tara Zulfikar juga menekuni dunia sinematografi. Ia menjadi Director of Photography untuk Skin Bodies, sebuah film pendek eksperimental yang disutradarai oleh seorang creator muda Amerika, Ilina Bhatia, dan dikembangkan oleh Edith Saldanha, seorang penari, seniman, dan aktris dari Jerman.
Skin Bodies adalah bagian pertama dari triptych performatif yang mengeksplorasi kekerasan struktural dan pengaruhnya terhadap tubuh.
Proyek ini didukung oleh Goethe-Institut München, Kulturfonds Stadt München, dan Stadt Salzburg. Saat ini, Skin Bodies sedang menunggu jadwal pemutaran di galeri-galeri di Jerman, Belgia, dan New York City.
ADVERTISEMENT
Dengan pendekatan visual yang intim dan eksperimental, Tara belajar banyak tentang bagaimana sinematografi bisa menjadi alat ekspresi yang kuat.
Sebagai produser, Tara juga terus mencari pengalaman baru. Salah satu proyeknya, Dinner With My Dead Son (2024), sebuah film pendek karya Ilina Bhatia yang berhasil memenangkan kategori Best Experimental Film di Absurd Film Festival, Italia.
Film ini juga masuk dalam seleksi resmi HollyShorts Film Festival, sebuah festival bergengsi yang memenuhi syarat untuk Academy Awards.
Tara Zulfikar, sineas Indonesia yang meniti karier di Amerika Serikat. Foto: Dok. Istimewa
Selain itu, Tara terlibat sebagai Unit Production Manager dalam film Double Happiness yang diproduksi oleh Rollin Studios dan disutradarai oleh aktris Amerika, Shari Albert, yang dikenal melalui The Brothers McMullen.
Proyek ini juga melibatkan sinematografer Adam Kolodny, yang sebelumnya menggarap The Featherweight (2024), film yang tayang perdana di Venice International Film Festival ke-80.
ADVERTISEMENT
Perjalanan Tara Zulfikar memang masih panjang dan penuh tantangan. Meski begitu, Tara berusaha menikmatinya. Ia membangun koneksi, mencari proyek baru, dan terus mengasah kemampuannya.
Bagi Tara, yang terpenting adalah ia terus berkarya, berkembang, dan membawa perspektif uniknya sebagai seorang sineas muda Indonesia di panggung global.