Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Pertemuan Terakhir Ririn Ekawati dan Suami Dilakukan Lewat Video Call
13 Juni 2017 22:22 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT
Kedua mata Ririn masih bengkak saat kumparan (kumparan.com) bertandang ke rumahnya di kawasan Pejompongan, Jakarta Pusat, Selasa (13/6). Meski wajahnya pucat, wanita berusaha 34 tahun itu masih berusaha untuk tersenyum.
ADVERTISEMENT
Kejadian yang menimpa rumah tangga Ririn Ekawati beberapa hari lalu memang sulit untuk dilewati. Bagaimana tidak, ia ditinggal pergi suaminya, Fery Wijaya, untuk selama-lamanya. Dan pada saat itu, ia sedang menunaikan ibadah umrah di Tanah Suci.
Namun, internet membuktikan kehebatannya untuk mendekatkan yang jauh. Ririn mengaku, ia sempat melakukan video call dengan mendiang suaminya dan melihat seluruh prosesi yang dijalani untuk menyelamatkan nyawa suaminya itu, mulai dari sang suami disalatkan hingga dibawa menuju ke pemakaman melalui video call bersama adiknya.
"Waktu dia dimasukkin selang ke mulutnya, dipakaikan oksigen, aku lihat semuanya. Aku bilang, 'Sayang kuat ya, aku tuh sayang sama kamu, dilawan ya sakitnya'," kata Ririn seraya menangis. "Dan dia udah enggak bisa ngomong apa-apa. Dia sempet bilang ke adikku, 'Kuat kok'."
ADVERTISEMENT
Namun, takdir berkata lain. Fery Wijaya menghembuskan napas terakhirnya di perjalanan, yakni saat ia dipindahkan dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat menuju RS Pondok Indah, Jakarta Selatan.
"Iya, di perjalanan. Harusnya 'kan dia masuk ICU di Gedung Kencana RSCM tapi full. Dan harus cari rumah sakit lain dan saat itu cuma ada RSPI. Cuma mungkin dia sudah enggak kuat, makanya sepertinya meninggal dalam perjalanan," terangnya.
Setibanya Ririn di Jakarta, ia langsung menuju tempat peristirahatan terakhir Fery, yaitu San Diego Hills, Kawarang, Jawa Barat.
"Semua keluarga sudah urus. Jadi pas aku nyampe, semua langsung jadi enggak ada waktu yang kebuang. Aku juga enggak pakai imigrasi lagi karena udah ada yang urus," ungkapnya. "Aku sempet tanya, kelamaan enggak kalau nunggu aku. Kalau kelamaan aku ikhlas kok, asal selama dimakamkan aku bisa liat dari video call. Keluarga juga rundingan dan kita tanya sama ustaz yang tahu dan dia bilang enggak apa-apa ditungguin asal jangan lebih dari berapa jam."
ADVERTISEMENT
Melihat sang suami sudah tak bernyawa, pemain film 'Di Balik 98' itu nyaris tak percaya dengan kenyataan yang ada.
"Aku merasa ini enggak mungkin karena kok kayaknya, cepet banget waktunya, wong dia enggak kenapa-kenapa. Dia pas pulang kemo masih sempat main ke Puncak. Dia ajak anak-anaknya dari mantan istrinya ke Puncak. Di Puncak juga dia keliatan happy, kita video call-an terus dia bilang aku emang pengin lihat udara segar, capek di rumah sakit terus," tuturnya dengan suara parau.
Ririn menambahkan bahwa ia selalu mengingatkan suaminya kalau bahagia adalah obat penyakitnya.
"Kamu kalau happy itu pasti kamu sehat. Jalanin apa yang bikin kamu happy. Dia bilang, 'Hidup sama kamu selamanya dan lihat anak-anak udah bikin happy'," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Satu hari setelahnya, tepatnya pada sore hari, Fery demam dan langsung dibawa ke RSCM.
"Dia enggak mau makan, enggak mau minum, karena dia demam. Dia cuma di jagain adikku sama asistenku. Akhirnya aku yang paksa dia buat minum dan dokternya bilang emang cuma aku yang bisa dia turutin. Bukan aku galak, tapi kalau dia enggak makan dan minum, dia enggak bisa lawan sakitnya," ujar Ririn.
"Aku video call dia, aku suruh makan. Aku tanya kenapa, dia bilang, 'Enggak apa-apa, berasa capek aja'. Terus dia akhirnya tidur. Mungkin karena udah berasa enggak kuat," lanjutnya.
Hingga detik ini, bintang film 'Kisah 3 Titik' itu tidak pernah menyangka bahwa suaminya akan pergi lebih dulu darinya. Ririn menyangka, ia masih akan merayakan lebaran bersama suaminya.
ADVERTISEMENT
"Waktu dia ulang tahun, aku kan beliin baju. Ceritanya dia mau dresscode batik (saat ulang tahun) dan aku lihat ada baju koko warna putih. Aku bilang ke anak aku yang pertama, Jasmine, 'Ini buat uncle Fery, bagus enggak?' Terus dia bilang bagus. Makanya aku masih mikir nanti lebaran masih pakai baju koko putih dan aku kaftan putih biar seragam," kata Ririn seraya mengusap air matanya.
Meski tak berada di sisi Fery saat ia menghembuskan napas terakhir, Ririn lega bisa melihat suaminya untuk terakhir kali.
"9 jam berada di pesawat, sendirian itu enggak tahu lagi rasanya. Hancur banget rasanya. Mama dapat tiket pukul 19.00 waktu setempat (dari Mekah), sedangkan aku pukul 04.00. Paling enggak, aku harus nyampe (Jakarta) pas magrib. Tapi, semua prosesi aku lihat," tutupnya.
ADVERTISEMENT