Polisi Periksa Tiga Nakes di Festival Berdendang Bergoyang, Ini Hasilnya

1 November 2022 14:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi penonton konser musik. Foto: Angela Weiss / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penonton konser musik. Foto: Angela Weiss / AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Polisi telah memeriksa empat saksi terkait penyelenggaraan festival musik Berdendang Bergoyang. Tiga di antaranya merupakan tenang kesehatan (nakes).
ADVERTISEMENT
Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Komarudin mengatakan keempat saksi tersebut diperiksa pada Senin (31/10).
"Kemarin yang hadir empat, dari direktur perusahaan, tiga lagi dari tenaga kesehatan," kata Komarudin kepada wartawan, Selasa (1/11).
Ilustrasi Konser. Foto: Getty Images

Ini Alasan Polisi Periksa Tiga Nakes Terkait Festival Berdendang Bergoyang

Komarudin menjelaskan bahwa tiga nakes itu berasal dari PMI. Komarudin menyebut, dari tiga orang tim medis, rata-rata mereka menangani 25 hingga 30 orang di festival musik Berdendang Bergoyang.
Namun, lanjut dia, jumlah itu hanya yang tercatat. Sementara yang tidak tercatat diduga masih banyak.
"Jadi kaitannya kenapa sampai kita bubarkan karena pengunjung over kapasitas. Dampak over kapasitas banyak pengunjung yang berada pada posisi bahaya,” tutur Komarudin.
ADVERTISEMENT
“Di sinilah kita cari unsur kelalaiannya berapa yang ditangani oleh tim medis, terus banyak poskonya. Nah itulah, nanti ada persesuaian atau tidak dengan kelalaian ataupun perbuatan pidana yang dilakukan," lanjutnya.
Komarudin mengatakan bahwa dirinya segera memanggil beberapa saksi lagi untuk diperiksa. "Hari ini direncanakan kalau tadi sekitar tiga atau empat,” ucapnya.
Komarudin menyatakan pihak kepolisian kini masih mengumpulkan sejumlah bukti terkait penyelenggaraan festival musik Berdendang Bergoyang.
Komarudin berharap persoalan yang terjadi di festival musik Berdendang Bergoyang bisa menjadi pembelajaran untuk para event organizer (EO) dalam membuat suatu acara.
“Sehingga bisa kita jadikan pembelajaran untuk para EO lain agar dalam menyelenggarakan event harus memikirkan pelbagai aspek dan tidak menganggap remeh pelbagai faktor keselamatan," ujar Komarudin.
ADVERTISEMENT
Reporter: Ananta Musa