Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
‘The Curse’, Film Horor Prisia Nasution Disambut Meriah di Melbourne
20 April 2017 8:25 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Meski banyak toko sudah mulai tutup selepas pukul 7 malam, pemandangan berbeda terlihat di bioskop Hoyts, yang berada di kawasan pusat perbelanjaan Melbourne Central, LaTrobe St, Melbourne VIC 3000, Rabu (19/4).
ADVERTISEMENT
Wajah semringah terlukis dari ratusan orang yang mengantre masuk teater 3. Film horor karya sutradara Muhammad Yusuf, ‘The Curse’, untuk pertama kalinya naik layar bioskop.
Pemutaran khusus itu dihadiri ratusan undangan yang terdiri dari berbagai kalangan. Komunitas WNI di Australia, Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Victoria Dewi Savitri Wahab, Eksekutif Produser ‘The Curse’ Konfir Kabo, CEO of Multicultural Arts Victoria Jill Morgan, hingga warga lokal Melbourne.
Film dibuka dengan adegan dua orang polisi Australia berjalan tergesa-gesa menuju sebuah pohon besar. Batang pohon yang kokoh meski kering tanpa sehelai pun daun, menunjukkan bahwa pohon tersebut sudah berusia lebih dari 100 tahun.
Di bawahnya, ada wanita berambut silver mengenakan kebaya transparan sedang duduk bersimpuh.
ADVERTISEMENT
Penonton kemudian diperkenalkan dengan tokoh Shelina (Prisia Nasution), WNI yang bekerja sebagai pengacara di salah satu firma hukum di Melbourne, Australia. Pertama kali wajahnya mengisi layar, sudah terlihat bahwa Shelina tengah menghadapi situasi sulit. Selain menangani kasus pembunuhan misterius, dia juga sedang hanyut dalam gelombang perceraian.
Shelina tinggal seorang diri di kawasan pedalaman. Rumahnya yang minimalis, berada di tengah-tengah perkebunan anggur dan peternakan sapi. Jika malam tiba, dia menyetir sendirian membelah kegelapan.
Dari situ, mungkin Anda berpikir bahwa, “Shelina ini kok cari ‘penyakit’, ya?” Tinggal jauh dari pemukiman seorang diri, dengan kegelapan yang membungkus layaknya teror .
Sejak menangani kasus pembunuhan brutal dua WNI yang diduga pasangan selingkuh, Shelina mulai dihantui penampakan-panampakan gaib wujud korban yang berdarah-darah. Tapi yang paling menyeramkan adalah sosok nenek-nenek dengan kuku panjang dan wajah menakutkan yang sering muncul di hadapannya.
ADVERTISEMENT
Penampakan-penampakan itu terus menghantuinya hingga beberapa hari ke depan. Shelina kemudian memanggil paranormal dari Yogyakarta untuk membantu mengusir makhluk astral yang terus mengganggunya.
Setelah melakukan sebuah ritual, paranormal dengan tampilan layaknya kaum urban itu mengatakan kepada Shelina bahwa sosok nenek-nenek yang sering mendatanginya, ingin berkomunikasi dan menyampaikan pesan. Pesan yang berhubungan dengan kasus besar yang pernah ditanganinya dulu.
Teka-teki mulai terkuak seiring dengan ‘kutukan’ indera keenam Shelina yang mulai dibuka.
‘Sepertinya Saya Tidak Bisa Tidur setelah Nonton Film Ini’
Amelia Fyfield, warga Melbourne yang ikut menghadiri premiere ‘The Curse’, mengatakan bahwa dia sangat ketakutan sepanjang film. “Saya rasa, saya tidak bisa tidur setelah menonton film ini,” katanya kepada kumparan (kumparan.com).
ADVERTISEMENT
Wanita berambut pirang yang mengenakan baju berornamen batik itu memiliki ketertarikan dengan film-film Indonesia, khususnya horor. Dia juga tahu soal kuntilanak dari film. Saat kuliah, Amelia pernah bermukim di Yogyakarta, sehingga dia memiliki kedekatan emosional dengan kultur di Indonesia.
Film ‘The Curse’ menurutnya juga memiliki elemen misteri, soal teka-teki masa lalu Shelina yang menarik ditelusuri. “Saya akan post di media sosial dan memberitahu semua orang agar menonton film ini.”
Buat kamu yang penasaran, ‘The Curse’ akan tayang di bioskop Indonesia pada 27 April mendatang.