Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
‘27 Steps of May’ tayang mulai hari ini di bioskop-bioskop Tanah Air. Dibintangi oleh Raihaanun, Lukman Sardi, Ario Bayu, dan Verdi Solaiman, film garapan Ravi Bharwani tersebut rupanya dihasilkan melalui proses produksi yang memakan waktu sekitar lima tahun.
ADVERTISEMENT
Ketika bertandang ke kumparan belum lama ini, Rayya Makarim--selaku penulis skenario sekaligus produser--berkisah bahwa ‘27 Steps of May’ bermula dari ide Ravi untuk mengangkat tema alienation, isolation, dan trauma.
“Lalu saya masuk untuk mengembangkan sebuah cerita yang cocok. Waktu itu kami punya concern tentang (peristiwa) Mei 1998 dan apa yang terjadi pada perempuan-perempuan keturunan Cina yang diperkosa,” ujar Rayya.
Enggan membuat sebuah film bernuansa politik, Rayya dan Ravi kemudian memutuskan untuk membuat sebuah cerita yang lebih personal.
“Jadi, akhirnya kayak semacam alegori terhadap yang terjadi di Mei 1998, tapi kami mengerucutkannya dan kami membuatnya sangat on a personal level,” ucap perempuan berusia 44 tahun tersebut.
Rayya membutuhkan waktu yang tak singkat untuk merampungkan skenario ‘27 Steps of May’. Lantaran enggan membuat sebuah cerita yang terkesan asal-asalan, ia akhirnya menyelesaikannya dalam waktu dua tahun.
ADVERTISEMENT
“Karena ini project of love, jadi enggak bisa diburu-buru. Subject matter-nya sesuatu yang sensitif dan perlu riset yang benar. Kami tentu harus mempelajari secara psikologis dan fisik, bagaimana korban-korban ini melalui dan mengatasi trauma mereka,” tutur Rayya.
Penulis skenario film ‘Pasir Berbisik’ itu membaca banyak testimoni para korban pemerkosaan dan kasus-kasus lain mengenai self harming maupun self cutting. Selain itu, ia juga mempelajari banyak teori psikologi yang berkaitan.
Setelah mendapatkan para pemain serta melangsungkan workshop secara intensif, proses syuting ‘27 Steps of May’ dilakukan pada 2016 lalu dan rampung dalam beberapa minggu.
Ya, butuh waktu yang juga tak sebentar pula bagi tim produksi merampungkan film tersebut. Sebab, mereka terkendala beberapa hal, termasuk dari segi finansial.
ADVERTISEMENT
“Tapi, kami santai saja. Enggak mau yang kejar tayang, tapi uangnya enggak ada dan enggak bisa selesaikan. Ya sudahlah, kami wait for the best moment. Ketika uang masuk, ‘Okay, we can finish it.’ Setelah selesai, baru menghubungi pihak bioskop terkait tanggal penayangan,” beber Rayya.
Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk merampungkan film tersebut terbayar sudah. ‘27 Steps of May’ kini telah berkelana ke sejumlah festival film internasional. Sebut saja Busan International Film Festival, Cape Town International Film Market & Festival, Goteborg Film Festival, Bengaluru International Film Festival, dan ASEAN International Film Festival and Awards (AIFFA) 2019.
Film tersebut juga mendapatkan sejumlah penghargaan. Selain meraih Golden Hanoman Award di Jogja-NETPAC Asian Film Festival sebagai ‘Best Asian Film chosen from Asia Feature Program’, ‘27 Steps of May’ pun membuat Rayya serta Raihaanun memenangkan kategori ‘Skenario Terbaik’ dan ‘Aktris Utama Terbaik’ di Festival Film Tempo 2018.
ADVERTISEMENT
Menutup perbincangan, Rayya berharap agar ‘27 Steps of May’--yang telah menuai apresiasi positif di berbagai festival film--dapat diterima dengan baik oleh para penikmat film di Indonesia
“Aku mengharapkan penonton di sini juga tergerak, they feel something. That’s my job as a filmmaker dan penulis bahwa orang harus merasakan sesuatu dan able to relate to the story serta karakter yang ditampilkan,” tutup Rayya Makarim.