Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.97.1
Review Badarawuhi di Desa Penari: Sinematik Estetis, Namun Plot Terasa Statis
1 April 2024 13:00 WIB
ยท
waktu baca 4 menit![Poster film Badarawuhi di Desa Penari. Foto: Istimewa](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01ht7dk8dvj01cwajbt8f9s15p.png)
ADVERTISEMENT
Film Badarawuhi di Desa Penari siap tayang di bioskop pada momen libur Lebaran, 11 April mendatang. Film ini merupakan sekuel dari KKN Di Desa Penari (2022) yang sampai saat ini masih menjadi film Indonesia terlaris sepanjang masa.
ADVERTISEMENT
Badarawuhi Di Desa Penari disutradarai oleh ahlinya film horor gore Indonesia, Kimo Stamboel. Aulia Sarah dan Diding Boneng dari film pertama kembali hadir di film ini ditemani nama-nama baru, seperti Maudy Effrosina, Claresta Taufan, dan Dinda Kanya Dewi.
Seperti pendahulunya, Badarawuhi Di Desa Penari menawarkan film horor yang estetis dengan sinematografi dan gaya pengambilan gambar yang apik. Ini tentu jadi poin plus yang membuat film jadi terasa asyik untuk dinikmati.
Badarawuhi Di Desa Penari pun mencetak sejarah sebagai film Indonesia pertama yang menggunakan kamera digital bersertifikasi IMAX. Tak heran jika gambar dari film ini terasa sangat memanjakan mata.
Film ini pun mengambil latar di era '80-an yang artinya bisa disebut sebagai prekuel dari film pertama. Cara Kimo Stamboel menggambarkan area hutan Jawa di era '80-an juga patut diacungi jempol.
ADVERTISEMENT
Desain produksi dan kostum juga dibuat sangat sesuai dengan era tersebut. Bahkan, gaya busana dan riasan jadul di film ini membuat Jourdy Pranata dan Ardhit Erwanda terlihat sangat berbeda dari biasanya.
Satu poin plus lain dari film ini juga datang dari pengambilan adegan tari yang tertata dengan sangat rapi, anggun, namun terasa sangat mistis dan sakral. Ini adalah hal yang tidak banyak dieksplorasi di film pertama dan baru banyak diperlihatkan di film kali ini.
Maudy Effrosina Tidak Mengecewakan, Aulia Sarah Makin Angker
Aktris muda Maudy Effrosina dipercaya untuk memerankan tokoh utama bernama Mila. Biarpun namanya belum sebesar Adinda Thomas yang jadi bintang utama di film pertama, akting Maudy sangat bagus dan tidak mengecewakan.
ADVERTISEMENT
Maudy sanggup memainkan berbagai adegan yang menantang dan berbahaya di film ini. Caranya memainkan mimik wajah terasa sangat natural dan ia pun bisa mengimbangi semua lawan mainnya, termasuk Aulia Sarah yang menjadi villain utama di film ini, yakni Hantu Badarawuhi.
Bicara mengenai Aulia Sarah, tokoh Badarawuhi mendapat porsi yang sangat besar di film ini. Aulia pun mampu mengeksekusi perannya dengan jauh lebih baik ketimbang film pertama.
Di film kali ini, Aulia Sarah terlihat sudah semakin lekat dengan Badarawuhi. Secara gestur, cara bicara, dan ekspresi, dia tampak jauh lebih matang dan makin angker di film ini.
Tim tata rias dan kostum juga membuat tokoh Badarawuhi tampak jauh lebih cantik dan anggun, tapi juga mengerikan di saat yang bersamaan. Sound design yang dihadirkan setiap Badarawuhi muncul di layar juga membuat sosoknya semakin mengerikan.
ADVERTISEMENT
Penceritaan yang Terkesan Statis
Memang benar Badarawuhi Di Desa Penari ini sangat estetis dan punya kekuatan secara secara penokohan dan desain produksi. Namun, plot penceritaannya tidak banyak berubah dan terkesan monoton.
KKN Di Desa Penari (2022) diadaptasi dari thread Twitter/X yang ditulis oleh Simpleman. Rasanya wajar jika kemudian ceritanya tidak bisa dieksplorasi terlalu jauh.
Namun, film sekuel ini tidak datang dari thread dan harusnya bisa dibuat lebih eksploratif. Karena, biarpun pencerita awalnya masih Simpleman, tapi kisah ini tidak dijadikan thread yang berpotensi membentuk prespektif orang-orang.
Ada banyak adegan yang terlalu mirip seperti film pertama dan terasa seperti pengulangan. Masih banyak pula pertanyaan yang belum terjawab di film kali ini.
ADVERTISEMENT
Padahal, janji awal dari MD Pictures saat hendak merilis film kedua ini adalah menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari film pertama, termasuk asal usul Badarawuhi.
Kimo Stamboel pun rasanya kesulitan untuk mengeksplorasi keahliannya membuat film horor dengan usur gore yang kental. Gaya penyutradaraannya seperti diredam demi mendapat label 13+.
Pada akhirnya, Badarawuhi Di Desa Penari memang film yang layak untuk tayang di libur Lebaran 2024. Ceritanya masih enak untuk dinikmati,biarpun untuk penerus dari film Indonesia sepanjang masa, Badarawuhi Di Desa Penari 2 terasa statis di beberapa bagian.