Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Review Film Alien: Romulus, Scifi Berbalut Horor Menegangkan
16 Agustus 2024 13:08 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Film ini berlatar waktu di antara film Alien tahun 1979 karya Ridley Scott dan sekuel Aliens tahun 1986 karya James Cameron.
Alien: Romulus mengikuti lima orang penjelajah muda dari negeri koloni yang menemukan stasiun luar angkasa terlantar bernama Romulus.
Mereka hendak pergi keluar dari koloni karena sistem yang korup dan sangat menyusahkan mereka. Salah satu caranya, mereka ingin memanfaatkan teknologi mahal di stasiun luar angkasa Romulus.
Namun, keberanian justru mempertemukan mereka dengan kengerian makhluk asing Xenomorph yang merupakan villain abadi dari waralaba Alien.
Film ini dibintangi oleh Cailee Spaeny, David Jonsson, Archie Renaux, Isabela Merced dan Spike Fearn.
Bumbu Horor
Meski bergenre scifi ilmiah, Alien: Romulus kental dengan nuansa horor di sepanjang filmnya. Beberapa jumpscared membuat kami terkejut dan menutup mata.
ADVERTISEMENT
Latar tempat di luar angkasa yang gelap dan sunyi juga membuat elemen horor film ini lebih kuat.
Level ketegangan yang dihadirkan oleh Fede Alvarez juga meningkat dari babak pertengahan hingga akhir film. Pola tersebut terus berlanjut bahkan hingga menjelang akhir film.
Scoring yang Memukau
Dari segi scoring, penonton bisa mendengar adegan menegangkan yang dibalut sound keras. Musik dengan tempo cepat juga mendukung suasana hingga jantung berdebar tak karuan.
Meski begitu, Fede Alvarez terbilang cerdik dalam menggunakan sound untuk memperkuat logika cerita. Alien: Romulus beberapa kali menghadirkan momen tanpa suara sama sekali untuk menunjukkan bahwa suasana luar angkasa memang hampa suara.
Visual yang Realistis
Dari segi visual, Alien: Romulus memanfaatkan CGI yang sangat mewah untuk sebuah film fiksi-ilmiah. Makhluk villain seperti Facehugger dan Xenomorph jadi terlihat realistis. Beberapa kali kami bergidik ngeri sekaligus jijik dengan wujud tampilan mereka.
ADVERTISEMENT
Bahkan air liur makhluk tersebut pun ditampilkan dengan detail yang sangat pas. Di bayangan saya, makhluk itu benar-benar terlihat nyata dan hadir.
Oleh karenanya, visual realistis di film ini sukses bikin penonton ngilu tiap kali Facehugger atau Xenomorph menyerang manusia.
Akting Luar Biasa David Jonsson
Salah satu yang menyita perhatian saya dalam film ini adalah akting David Jonsson sebagai manusia sintetis bernama Andy.
Jonsson berhasil menampilkan dua versi kepribadian dari Andy dengan sangat baik. Penonton bahkan dibuat percaya seolah dia adalah dua sosok yang berbeda. Jonsson sangat taat pada skrip.
Selain David Jonsson, beberapa aktor lain yang tampil dalam film ini seperti Cailee Spaeny, Archie Renaux, dan Isabela Merced juga ikut membangun cerita dengan apik. Kekompakan mereka membuat film ini semakin menarik disimak hingga habis.
ADVERTISEMENT
Tidak Tepat Ditonton oleh Anak Usia 13 Tahun
Oleh Lembaga Sensor Film Indonesia, film ini bisa ditonton oleh penonton berusia 13 tahun ke atas.
Namun, untuk sebuah film yang memiliki kengerian seperti Alien: Romulus, rasa-rasanya rating tersebut keliru.
Untuk penonton Indonesia, visual dalam film ini sepertinya kelewat brutal untuk ditonton anak berusia 13 tahun.
Meski begitu, Alien: Romulus adalah film yang sangat layak ditonton. Level horor yang terus meningkat dan adegan yang intens membuat film ini layak menjadi salah satu yang terbaik di waralaba Alien.
Penonton awam tidak perlu mengikuti film Alien yang lain untuk bisa menikmati keseruan di film ini. Film ini sudah bisa disaksikan di bioskop Indonesia mulai 14 Agustus 2024.
ADVERTISEMENT