Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Review Film Ben & Jody: Mengejutkannya, Ini Memang Film Rambo
20 Januari 2022 17:09 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
"Ini bukan film Rambo," menjadi satu kalimat yang sangat membekas dari trailer film Ben & Jody . Film tersebut bakal dirilis di bioskop pada 27 Januari mendatang.
ADVERTISEMENT
Ya, film itu merupakan bagian dari franchise Filosofi Kopi milik Visinema Pictures. Namun, berbeda dari dua film Filosofi Kopi terdahulu, Ben & Jody mengusung genre action.
Disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko, film ini—sama seperti dua film Filosofi Kopi terdahulu—menghadirkan Chicco Jerikho dan Rio Dewanto sebagai dua sahabat, Ben dan Jody. Di samping itu, ada pula Yayan Ruhiyan, Hana Malasan, dan Aghniny Haque.
Banyak orang mungkin berpikir, Ben & Jody akan terasa payah jika mengingat dua film Filosofi Kopi terdahulu. Ya, dua film tersebut memang sangat kental dengan unsur drama.
Beberapa orang lainnya mungkin berpendapat, Visinema sudah gila. Sebab, mereka berani mengubah haluan genre dari sebuah franchise film besar.
Namun, Ben & Jody memang menawarkan kejutan yang sangat spesial. Tidak seperti kata tokoh Ben di trailer, Ben & Jody memang layak disebut sebagai film laga yang komplit, ala film Rambo.
ADVERTISEMENT
Film Ben & Jody berkisah tentang Ben yang turut turun ke jalan, mendemo perusahaan kelapa sawit yang menggusur lahan kampung-kampung. Suatu hari, Ben dan para demonstran, yang mayoritas adalah petani, ditangkap oleh oknum tak dikenal.
Sebagai sahabat, Jody yang terpisah dari Ben merasa gundah. Singkat cerita, Jody pun berupaya untuk mencari sang sahabat ke kampung halamannya.
Di sana, Jody menemukan fakta bahwa Ben sedang disekap. Keduanya pun berjuang untuk bertahan sekaligus berupaya kabur dan mengalahkan si centeng nekat, Aa Tubir (Yayan Ruhiyan).
Akankah mereka berhasil mengalahkan Aa Tubir? Untuk mengetahui lebih jauh, tentunya akan lebih baik jika kalian menonton langsung film Ben & Jody di bioskop pekan depan.
Jujur, di permukaan, film Ben & Jody memang terasa sangat meragukan. Dua alasan utamanya adalah latar dari Filosofi Kopi dan Visinema yang terkenal berkat film drama dan keluarga.
ADVERTISEMENT
Namun, semua akan langsung berubah ketika menonton filmnya. Kisah yang tersaji sangat sederhana, namun diramu dengan formula yang pas untuk film action.
Di sisi lain, ada pesan sosial mengenai kelapa sawit dan penggusuran masyarakat kampung yang memang marak terjadi di Indonesia. Apalagi, Chicco Jerikho pernah mengatakan bahwa masalah itu sangat dekat dengan salah satu ikon besar Visinema, mendiang Glenn Fredly.
Dari segi action, film Ben & Jody terasa komplit. Ada adegan bertarung, tembak-tembakan, kejar-kejaran, dan survival. Semua adegan laga seru yang disajikan membuat penonton tidak akan merasa bosan sepanjang film.
Semua tidak lepas dari kepiawaian Yayan Ruhiyan dalam menjadi pengarah koreografi laga. Ia mampu menciptakan satu sajian laga yang terasa seru, tapi tetap terasa menyatu dengan para tokoh serta dekat dengan kehidupan nyata.
ADVERTISEMENT
Kehadiran tokoh-tokoh seperti Rinjani (Hana Malasan) dan Tambora (Aghniny Haque) pun membawa satu dinamika baru untuk franchise Filosofi Kopi dan film Ben & Jody. Secara mengejutkan, Hana dan Aghniny mampu membangun dinamika yang baik.
Tentu ada beberapa kekurangan dari beberapa sisi, seperti desain karakter dari warga desa. Namun, perlu diingat, film ini digarap di masa pandemi dan, dengan keterbatasan itu, eksekusinya tetap luar biasa.
Ada pula adegan yang rasanya tidak perlu dan aneh. Namun, itu hanya hal yang minor dan tidak terlalu mengganggu jalannya cerita dalam film.
Intinya, Ben & Jody memang film laga yang seru untuk ditonton. Layaknya film Rambo, Ben & Jody tentunya bukan film yang sempurna.