Review Film Joker 2: Joaquin Phoenix Menari di Antara Imajinasi dan Kenyataan

5 Oktober 2024 15:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sutradara Todd Phillips, Lady Gaga dan Joaquin Phoenix berpose di karpet merah saat kedatangan pemutaran film "Joker: Folie a Deux", dalam kompetisi, di Festival Film Venesia ke-81, Venesia, Italia, 4 September 2024. Foto: REUTERS/Louisa Goulimaki
zoom-in-whitePerbesar
Sutradara Todd Phillips, Lady Gaga dan Joaquin Phoenix berpose di karpet merah saat kedatangan pemutaran film "Joker: Folie a Deux", dalam kompetisi, di Festival Film Venesia ke-81, Venesia, Italia, 4 September 2024. Foto: REUTERS/Louisa Goulimaki
ADVERTISEMENT
Gotham City, dua tahun kemudian, setelah tragedi pembunuhan Murray Franklin dan Joker dijebloskan ke penjara, cerita masih berlanjut. Joker yakin bahwa membunuh Murray sama dengan membunuh kepahitan masa kecilnya dan membuka akar masalah dalam dirinya.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, hal ini menjadi tantangan bagi Todd Phillips, sang sutradara. Menciptakan sekuel dari sebuah mahakarya sekelas Joker (2019), bukan perkara yang remeh.
Tangga di film Joker. Foto: Dok. Imdb
Di satu sisi, kesuksesan Joker secara box office dan penghargaan Academy Awards 2020 menjadi tuntutan di balik produksi. Kategori yang diraih tak main-main, yaitu film terbaik dan aktor terbaik untuk Joaquin Phoenix.
Setelah film selesai, penonton mungkin bakal banyak bertanya, apa yang sebenarnya terjadi pada Joker? Apakah sepatutnya film Joker ditinggalkan menjadi milestone terbesar tanpa harus dibuat sekuel?

Seperti Film Musikal

Joker: Folie a Deux atau Joker 2 tak ubahnya sebuah film musikal. Hampir 50 persen adegan musikal digambarkan sebagai delusi dari Arthur Fleck alias Joker.
ADVERTISEMENT
Joker 2 juga tak menampilkan adegan aksi yang banyak, juga tak menampilkan sosok Fleck sebagai pembunuh berdarah dingin (kecuali di bagian imajinasinya).
Lady Gaga saat syuting film "Joker: Folie a Deux" di New York pada Sabtu (25/3/2023). Foto: Kena Betancur/AFP
Pada intinya, film ini mengambil latar waktu dua tahun setelah kejadian pada film pertama. Arthur Fleck kini menjadi pasien di Arkham Asylum sambil menunggu sidang atas lima kasus pembunuhan yang dilakukannya, termasuk Murray Franklin saat siaran langsung.
Di situ, Fleck bertemu Lee, Harleen Quinzel atau Harley Quinn, yang diperankan oleh Lady Gaga. Lee adalah seorang pasien yang memiliki obsesi soal kejahatan Joker.
Fleck digambarkan harus menghadapi delusi antara realitas dan imajinasi, sambil menantikan keadilan dari kejahatan yang telah dilakukannya.

Penampilan Joaquin Phoenix

Tak perlu diragukan lagi, rasanya karakter Joker memang jodoh bagi Joaquin Phoenix. Aktor 49 tahun itu berhasil membawakan gerak-gerik, tatapan mata, tutur kata, hingga tingkah laku yang sangat pas pada porsinya.
ADVERTISEMENT
Joaquin Phoenix di Film 'Joker' Foto: IMDb
Fleck adalah lambang kesedihan mendalam. Hal ini membuat penonton menantikan keadilan untuk sang Joker. Bagi masyarakat Gotham City, Fleck adalah sosok penjahat yang diagungkan dan dianggap sebagai inspirasi melawan sistem masyarakat.

Penampilan Lady Gaga

Lady Gaga tampil maksimal sebagai Lee. Dia mampu membawakan ketegangan dalam film sebagai individu yang bebas, cerdas, sekaligus manipulatif.
Lady Gaga saat syuting film "Joker: Folie a Deux" di New York pada Sabtu (25/3/2023). Foto: Kena Betancur/AFP
Selain berakting dan bernyanyi, kehadiran Gaga bisa disebut sebagai daya tarik yang perlu dicermati dari film ini.

Beberapa Elemen dari Film Pertama

Ada elemen dari film pertama yang kembali dihadirkan di Joker 2. Elemen ini menciptakan efek nostalgia sendiri bagi penonton.
Zazie Beetz, Leigh Gill, dan Sharon Washington hadir kembali dengan karakternya di film pertama. Mereka tampil sebagai saksi dalam pengadilan Fleck.
Michael Polansky dan Lady Gaga berpose di karpet merah saat kedatangan pemutaran film "Joker: Folie a Deux", dalam kompetisi, di Festival Film Venesia ke-81, Venesia, Italia, 4 September 2024. Foto: REUTERS/Louisa Goulimaki
Ada juga lagu "That's Life" yang dipopulerkan Frank Sinatra, hingga tarian khas Joker dari film pertama.
ADVERTISEMENT

Antiklimaks

Sayangnya, sajian akhir atau ending dari film ini menjadi antiklimaks. Joker 2 seolah tak menghadirkan rasa keadilan yang sebenarnya bagi karakter Fleck. Fleck diframming sebagai penjahat biasa yang lahir dari ganasnya Gotham City.
Padahal, justifikasi bagi Joker telah dibangun sejak film pertama. Ending film ini sekaligus menegasikan anggapan penonton bahwa Joker siap melakukan aksi kejahatan dan menjelma jadi superhero yang membuat Batman kerepotan.
Pada akhirnya, meski berhasil menjadi sekuel yang berbeda dan unik, Joker: Folie a Deux tak menghasilkan kesan mendalam seperti film pertama.
Sekali lagi, saya sendiri bertanya-tanya, apa memang perlu Joker 2 diproduksi? Atau memang sepatutnya selesai di film pertama agar mempertahankan keanggunan karya Joker?
Setidaknya, penonton patut berterima kasih kepada Todd karena film ini memang menjawab beberapa pertanyaan yang tak terjawab di film pertama. Salah satunya, Arthur Fleck tidak mungkin pantas menjadi Joker lawan Batman.
ADVERTISEMENT