Review Film Pasar Setan: Pengungkapan Plot Twist yang Mubazir

29 Februari 2024 11:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Film Pasar Setan. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Film Pasar Setan. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pasar Setan, film karya sutradara Wisnu Surya Pratama produksi IDN Pictures, tayang di bioskop Indonesia mulai 29 Februari 2024.
ADVERTISEMENT
Film ini menghadirkan sebuah kritik yang kuat untuk fenomena konten kreator yang menghalalkan segala cara demi mendapatkan adsense. Selain itu, ada beberapa nilai penting seperti keseimbangan alam dan polemik dalam satu ikatan persahabatan.
Plot twist yang mubazir atau berlebihan juga menjadi hal lain yang patut disorot dalam film ini.

Sinopsis

Pasar Setan menceritakan tentang empat sahabat yang kerap membuat konten horor. Mereka adalah Tamara (Audi Marissa), Kevin (Roy Sungkono), Yunus (Pangeran Lantang), dan Caca (Shindy Huang),
Ambisi untuk meraih adsense dan popularitas mendorong mereka melakukan penelusuran secara nyata dan mengambil penampakan asli di lokasi hutan angker. Padahal penduduk setempat percaya bahwa di hutan itu terdapat pasar setan dan sering terjadi transaksi gaib di sana.
ADVERTISEMENT
Penelusuran tersebut berubah menjadi teror berdarah dengan kehadiran hantu Nyi Salimah dan penunggu Pasar Setan lainnya. Berbagai kejadian mistis terjadi hingga takdir yang tidak terduga terus menimpa mereka.

Kritik untuk Konten Kreator

Sekilas dari sinopsis di atas, Pasar Setan menampilkan detail cerita bagaimana kreator konten bekerja. Seringkali usaha mereka tidak berakhir indah seperti yang ditampilkan di produk hasil.
Upaya dan ambisi itu kerap menjadi boomerang sendiri bagi para konten kreator. Wisnu dengan cermat menerangkan secara rinci apa saja dampak-dampak negatif yang dirasakan konten kreator apabila terus menghalalkan segala cara demi meraih kesuksesan.
Penonton terbawa dalam suasana menjadi konten kreator itu sendiri, karena pengambilan gambar versi dokumenter yang ditawarkan Pasar Setan sepanjang film.
ADVERTISEMENT

Dokumenter

Sekitar 50 persen film ini menampilkan pengambilan video dengan sudut pandang orang pertama yang dihasilkan dari rekaman kamera para pemain. Hal itu membuat film Pasar Setan ini seolah dikemas menjadi sebuah dokumenter.
Perlu diketahui, sutradara Wisnu juga dikenal sebagai salah satu kreator dokumenter film-film terkenal seperti Tsunami Killed My Bandmates (2020). Dalam dokumenter itu Wisnu dan Upie Guava menceritakan bencana tsunami yang menghantam para personel grup band Seventeen dan menyisakan Ifan, sang vokalis.
Dengan latar belakang dokumenter dan pecinta gunung, Wisnu dapat dengan mudah membuat Pasar Setan lebih hidup dan menjadi salah satu horor yang layak diperhitungkan.
Pendekatan dokumenter yang digunakan di Pasar Setan membuat penonton seolah berada di dalam film dan ikut melakukan penelusuran.
ADVERTISEMENT

Pengungkapan Plot Twist yang Mubazir

Meski begitu, salah satu kekurangan yang ada dalam film ini adalah pengungkapan plot twist yang mubazir.
Di bagian akhir film, alur maju mundur ditampilkan dan plot twist pun mulai dikupas satu demi satu. Padahal hal itu bisa saja mengurangi ketegangan penonton yang telah terbangun dari awal hingga pertengahan film.
Jika perhatikan kembali, banyak petunjuk plot twist yang sudah diletakkan di bagian konflik dan antiklimaks. Namun secara keseluruhan, Pasar Setan punya penyelesaian masalah yang tidak terduga dan penonton akan terus menebak kelanjutannya.

Film Ini Belum Berakhir

Beberapa tokoh dan cerita dalam film Pasar Setan sepertinya berpotensi untuk dikembangkan menjadi cerita lagi. Asal-usul Pasar Setan dan siapa Nyi Salimah sebenarnya, misalnya.
ADVERTISEMENT
Sebagai hantu, Nyi Salimah yang diperankan oleh Agni Pratistha juga patut diacungi jempol. Ekspresi dingin, efek visual dan tampilannya yang seram terlihat sangat memukau.
Meski enam tahun vakum di layar lebar, Agni Pratistha sangat lihai memainkan emosi karakter seorang hantu. Sekilas Nyi Salimah mengingatkan penonton pada tokoh hantu besar di perfilman Indonesia seperti Badarawuhi dalam KKN di Desa Penari atau Hantu Ibu dalam Pengabdi Setan.
Hal-hal di atas sepertinya membuat Pasar Setan layak untuk digarap menjadi sekuel atau spin off karakter Nyi Salimah itu sendiri.