Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Review Serial HBO ’Grisse’: Berlatar Gresik, Berbahasa Inggris
30 Oktober 2018 10:34 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Sutradara Mike Wiluan pernah dikritik karena dialog bahasa Indonesia di film ‘Buffalo Boys’ terasa kaku. Kini di serial ‘Grisse ’ produksi HBO Asia, Mike memutuskan dialog antar karakter dilakukan dengan bahasa Inggris. Tapi apakah keputusan itu tepat?
ADVERTISEMENT
Persoalan bahasa dalam dialog film bisa jadi cukup penting untuk dibahas agar cerita yang ditampilkan terasa autentik. Maka ketika penonton melihat seorang perempuan desa berbaju kemben dan kain lusuh di pedalaman Gresik, Jatim, berbicara dengan adiknya—yang juga berbaju khas anak desa—menggunakan bahasa Inggris cas cis cus tentang teknik berburu, tentulah bisa menimbulkan pertanyaan.
Ditambah, sang perempuan berburu di hutan memakai senjata laras panjang mirip Kar98 seperti di game PUBG. Ngomong-ngomong, perempuan yang diperankan Adinia Wirasti itu bernama Kalia, nama yang sering diberikan orang Hawaii untuk anak perempuan mereka. Bukan Ajeng, Ayu, Laras atau Menur seperti perempuan Jawa kebanyakan.
Tiba-tiba datanglah tiga tentara Belanda di tengah-tengah mereka dan langsung memburu Kalia dan adiknya. Singkat cerita Kalia berhasil mengalahkan tiga prajurit tersebut dengan mudah, namun tidak membunuh mereka.
ADVERTISEMENT
Kalia kemudian kembali ke rumahnya yang beralaskan tanah dan berdinding kayu. Kita kemudian diperlihatkan sosok ibu Kalia yang bijaksana dan… juga lancar berbahasa Inggris.
“Ayo makan,” kata Kalia. Itulah mungkin satu-satunya dialog berbahasa Indonesia di episode pertama ‘Grisse .’
Salah satu prajurit yang dikalahkan Kalia berhasil menemukan rumah wanita yang mempermalukannya di hutan. Kemudian lewat adegan overdramatis dan biola yang mendayu-dayu, nasib Kalia berubah 180 derajat. Ibu dan adiknya tewas, dan Kalia menjadi tawanan Belanda.
‘Grisse’ memiliki latar cerita pertengahan tahun 1800-an selama periode kolonial Hindia Belanda. Serial ini berkisah tentang sekelompok orang dari berbagai latar belakang yang memimpin suatu pemberontakan di kota garnisun Belanda bernama Grisse. Dalam keterangan pers dari HBO Asia, Grisse merujuk pada kota Gresik di Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Dalam buku The History of Java karya Thomas Stamford Raffles, Gresik berasal dari kata Giri dan Gisik, yang berarti ‘gunung di tepi pantai’, sesuai dengan topografi kota yang berada di pinggir pantai. Maka tak heran apabila kota ini menjadi pusat perdagangan dan kota bandar yang dikunjungi oleh banyak bangsa seperti, China, Arab, Champa dan Gujarat sejak abad ke-11.
Fakta sejarah itu cukup menjadi alasan yang kuat mengapa Mike Wiluan sebagai showrunner ‘Grisse’ menampilkan banyak karakter dengan latar belakang yang berbeda-beda. Dalam tahanan, Kalia bertemu perempuan gempal beretnis China yang menjadi penguasa rumah bordir. Kemudian ada Jambu (Zack Lee), bule blasteran yang jadi preman jalanan. Lalu ada seorang ronin bersenjatakan samurai yang bekerja pada Belanda. Sisanya orang pribumi dari golongan kelompok pemberontak. Salah satunya teman masa kecil Kalia.
ADVERTISEMENT
Alih-alih karakter multikultural itu berdialog bahasa Inggris, mungkin ada baiknya mereka tetap berbahasa masing-masing. Atau setidaknya memakai bahasa setempat meski terbata-bata. Itu akan terasa lebih autentik daripada kita melihat pria desa berbaju lurik ngoceh dalam bahasa Inggris. Meskipun film ini memang dibuat untuk penonton global, tetap saja ada yang tidak pas dengan penggambaran karakter dan cara mereka berbicara.
Mungkin terlalu dini untuk menilai serial ini secara keseluruhan. Tetapi episode pembuka ‘Grisse ’ kurang memberikan efek ‘nagih’. Ibarat makanan, ‘Grisse’ adalah Nasi Goreng Western racikan koki (sutradara) Australia, yang kaya akan bumbu dan bahan, namun secara rasa belum tentu cocok di lidah Nusantara.